Warga Tiongkok Berwisata Secara Irit Selama Libur Panjang Hari Nasional

 oleh Huang Yun, Yi Ru

Liburan Festival Pertengahan Musim Gugur dan Hari Nasional tahun ini berlangsung selama 8 hari dan berakhir pada 6 Oktober. Banyak kota dan tempat wisata yang ramai dikunjungi warga Tiongkok, namun banyak pedagang yang mengeluh sepi meskipun jalanan ramai karena mereka tidak masuk ke toko untuk berbelanja.

Tempat-tempat wisata utama ramai pengunjung yang kebanyakan memilih “wisata irit”

Ini adalah liburan merayakan Hari Jadi RRT pertama di Tiongkok setelah epidemi dengan kebijakan pencegahan ketat dicabut, sehingga tempat-tempat wisata utama penuh dengan warga dari segala penjuru. Ada netizen yang mengunggah tulisan berbunyi demikian : Sama sekali tidak merasakan lelah untuk mendaki Tembok Besar pada Pekan Emas yang penuh dengan para wisatawan, karena hanya bisa berjalan 2 langkah dalam 3 menit.

Dalam video yang diunggah netizen, terlihat jalanan di Nanjing Road, Shanghai juga dipenuhi oleh para wisatawan dalam negeri.

Otoritas Tiongkok terus dengan gencarnya mempromosikan mengenai pasar pariwisata yang kembali booming setelah epidemi. Memang banyak warga sipil Tiongkok yang mengaku bahwa mereka ingin sekali keluar rumah untuk mencari udara segar, pergi bertamasya bersama keluarga atau teman dekat karena sudah terlalu lama terkurung dalam rumah. Meskipun mereka lebih memilih untuk berwisata secara irit dengan tanpa banyak berbelanja.

Seorang warga Shanghai bermarga Wang, mengatakan kepada The Epoch Times : “Di masa lalu, orang-orang yang pergi keluar untuk bersenang-senang, berbelanja pada saat liburan itu sangatlah biasa. Tetapi sekarang orang hanya keluar rumah untuk berjalan-jalan saja tanpa berbelanja. Paling-paling mereka hanya menghabiskan 100 sampai kurang dari 200 yuan sehari”.

Mr. Wang berkata : “Bagaimanapun, Shanghai adalah kota terbesar dan kota termewah di Tiongkok. Sebelum epidemi, masyarakatnya memiliki kemampuan belanja yang cukup tinggi, suka bepergian, dan selalu menginap di hotel bintang empat atau lima. Namun, sekarang mereka menghindari hal itu, lebih memilih menginap di hotel yang lebih murah.”

Jalanan ramai dengan orang yang nyaris tidak ingin masuk ke toko untuk berbelanja

Seorang wanita pemilik toko pakaian memposting video dan mengatakan, bahwa hari ini adalah hari ketiga liburan dengan bisnis yang lebih buruk dari hari-hari biasanya.

“Sebenarnya di jalan utama ini penuh sesak dengan orang yang berkunjung, nyaris hanya kepala manusia yang terlihat. Di taman wisata seperti Hutan Singa dan Taman Bambu, pengunjung tampak membludak”, katanya.

Namun dia mengatakan bahwa toko pakaiannya yang buka seharian hanya mendapat 2 kali kunjungan dari total 3 orang calon pembeli, namun hanya pengunjung yang datang pada malam hari itu yang membeli sepotong kemeja lengan pendek seharga RMB.79,- 

“Jika jalanan sepi tidak ada orang yang datang belanja itu lumrah, bukan. Tetapi orang di jalan berjubel, tidak ada yang ingin berbelanja. Mereka hanya berjalan-jalan saja sambil mungkin membeli sedikit makanan atau minuman.” 

Dia mengatakan : “Bisnis di paruh kedua tahun ini tidak akan lebih baik. Orang-orang keluar rumah hanya bertujuan untuk jalan-jalan bukan berbelanja”.

Dalam video lainnya, seorang pemilik restoran mengeluh dengan suara lantang : “Bisnis sudah sepi selama 3 hari sejak Festival Pertengahan Musim Gugur. Di mana-mana bisnis sepi. Hal yang sama juga terjadi pada toko-toko kecil di seberang jalan itu, semuanya sepi pengunjung meskipun jalanan penuh dengan orang, tapi tidak ada orang yang mau mampir untuk makan”.

Rekaman video menunjukkan, bahwa sejumlah meja yang disediakan buat pengunjung di jalanan hanya beberapa saja yang ditempati oleh pengunjung yang mau makan.

Warga : Membatasi pengeluaran 

Setelah dilanda epidemi selama tiga tahun, masyarakat takut menghadapi hari-hari tanpa penghasilan sehingga lebih memilih menabung untuk menghadapi keadaan darurat yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Mr. Wang mengatakan kepada The Epoch Times : “Daya konsumsi mereka bergantung pada tren perkembangan ekonomi Tiongkok di masa depan sebelum mereka berani menggunakan uang tabungannya untuk berbelanja. Jika tidak bermasa depan, percayalah bahwa mereka tidak akan berani menggunakan uang. Kebanyakan anak-anak muda lebih tertekan karena umumnya memiliki KPR, atau KPM. Jadi mereka juga perlu waswas seandainya terkena PHK usai lewatnya liburan Hari Nasional”.

Ia berkata : “Tekanannya sangat tinggi dengan ekspektasi psikologisnya yang memburuk. Itulah sebabnya mereka tidak berani mengeluarkan uang.”

Li Hengqing, seorang ekonom yang tinggal di Amerika Serikat kepada The Epoch Times mengatakan : “Musim dingin perekonomian Tiongkok telah tiba. Semua orang tahu bahwa situasi kuartal berikutnya akan lebih buruk daripada kuartal ini, dan situasi tahun depan akan lebih buruk daripada tahun sekarang, jadi ini adalah sebuah tren umum. Setiap orang tidak optimis terhadap situasi penghasilan masing-masing. Mereka tidak yakin apakah tahun depan masih mendapat pekerjaan, apakah masih ada penghasilan ? Apakah tidak terkena potongan penghasilan ? Saat ini banyak PNS yang gajinya sudah diturunkan. Coba pikirkan, bagaimana mereka bisa optimis menghadapi masa depan ? Berani hidup berfoya ?”

Zibo BBQ yang populer pada May Day berubah sepi pada Hari Nasional

Selain itu, selama libur May Day tahun ini, acara barbekyu di Zibo, Shandong menjadi populer, digembar-gemborkan oleh media resmi PKT bahwa ia telah menciptakan keajaiban berupa lonjakan pesanan pariwisata sebesar 2.000%. Namun, saat libur Hari Nasional, jalanan di mana Zibo BBQ berdiri sepi orang yang lewat.

Ekonom David Huang yang tinggal di AS percaya bahwa fenomena ramainya “Zibo BBQ” dipandu oleh publisitas yang pada kenyataannya, fenomena tersebut tidak memiliki nilai pariwisata dan hanya sebuah konsep hype.

Dia mengatakan bahwa hanya mengandalkan gembar-gembor untuk mengelabui orang selain bersifat jangka pendek, tetapi juga akan menyebabkan investasi berlebihan yang justru berdampak negatif bagi perekonomian masyarakat.

Ia juga berkata : “Karena banyak orang akan berpikir bahwa bisnis barbekyu mungkin masih bisa berkelanjutan di masa depan, sehingga mereka meningkatkan investasi, bahkan menyewa lebih banyak lokasi, membeli lebih banyak persediaan, dan bahkan membangun beberapa pondok, tempat penginapan sederhana. Tapi sekarang ternyata bisnis BBQ sudah tidak berkelanjutan, dengan alasan karena ia tidak memiliki motivasi intrinsik yang benar-benar mampu menarik minat wisatawan.” (sin)