50 Kali Lebih Kuat dari Fentanyl, Narkoba Buatan Tiongkok Mengancam Terjadinya ‘Tsunami Kematian’ di Inggris

oleh Li Zhaoxi

Saat ini, obat opioid Nitazenes sedang melanda Inggris. Para ahli memperingatkan bahwa jenis narkoba baru ini, yang 50 kali lebih kuat daripada fentanyl, dapat mengancam terjadinya “tsunami kematian” di Inggris.

Nitazenes juga dikenal sebagai obat pembunuh “Frankenstein”, sebagian besar diproduksi oleh laboratorium rahasia di Tiongkok kemudian diselundupkan ke Inggris melalui jalur penyelundupan. Dengan adanya penurunan pasokan heroin, dan setelah Taliban melarang penanaman opium, maka peredaran opioid ini kemungkinan akan terus meningkat. 

Akibat pasokan heroin dari Afghanistan akan habis dalam 6 bulan mendatang, maka Nitazenes menjadi semakin populer di kalangan pengedar narkoba. Menurut penuturan Tony D’Agostino, seorang pakar narkoba pelatih pekerja garis depan, bahwa ahli kimia bawah tanah sedang mencari obat semacam itu.

Bulan lalu, polisi Inggris menemukan 150.000 butir pil Nitazenes dan uang tunai senilai GBP. 60.000,- (setara USD. 75.000,-) dalam suatu penggerebekan di wilayah utara Kota London.

Kepada media “The Mirror” Tony D’Agostino mengatakan : “Narkoba itu dikenal sebagai obat ‘Frankenstein’ karena dapat dicampur dengan pil atau bubuk. Ia tidak ‘berwajah’ atau berbentuk lainnya.”

Narkoba sintetik tersebut dicampurkan ke dalam heroin oleh para pengedar narkoba yang sangat membutuhkan uang tunai, karena harganya yang murah selain sangat membuat pemakainya ketagihan dan meningkatkan perasaan gembira berlebihan (euforia). Ketika Nitazenes dicampurkan ke dalam obat terlarang jalanan, hal ini dapat berakibat fatal karena efeknya seringkali lebih kuat dari perkiraan pengguna. Di Kota Dublin misalnya, ada 40 orang pecandu heroin mengalami overdosis hanya dalam waktu 36 jam setelah mengonsumsi obat terlarang tersebut.

Kadang-kadang pengguna pun tidak tahu jika dirinya menggunakan Nitazenes, dan ketika polisi menangkap beberapa pecandu narkoba yang mengira mereka menggunakan heroin, menemukan bahwa mereka sebenarnya menggunakan Nitrazenes, parasetamol, dan kafein.

Di Inggris, Nitazenes telah membunuh 49 orang, termasuk seorang pengusaha muda dan remaja pengembang perangkat lunak.

“Mereka bisa masuk ke rantai pasokan heroin dan obat-obatan mirip alprazolam yang bisa dibeli secara online atau melalui media sosial”, kata D’Agostino. 

“Kekhawatiran yang lebih besar adalah obat terlarang ini bisa memasuki pasar ganja, karena ada sebanyak 16 Juta orang perokok ganja di Inggris”.

Polisi sedang menguji pasokan obat tersebut, namun perusahaan farmasi belum mengembangkan tes urin atau usap untuk pemakai Nitazenes, sehingga sulit untuk mendeteksinya. Bulan lalu, Nitazenes ditemukan di Inggris yang dimasukkan ke dalam 9 batch paket pil dan heroin yang diuji oleh layanan narkoba “Wedinos”.

Nitazenes awalnya dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit oleh perusahaan farmasi Swiss “Ciba” pada tahun 1950an, namun tidak diperkenalkan ke pasar karena efeknya terlalu kuat.

Office for Health Improvement and Disparities (OHID) di Inggris menyatakan, bahwa Naloxone (penangkal overdosis opioid) dapat melawan Nitazenes, namun obat ini harus segera diberikan, karena efek Nitazenes terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan berhentinya napas.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang overdosis dengan Nitazenes seringkali memerlukan dua dosis Naloxone untuk menetralisirnya, sedangkan pengguna fentanyl hanya membutuhkan satu dosis.

Dengan meluasnya peredaran Nitazenes, bukan hanya pengguna narkoba yang terkena dampaknya, tetapi para gembong narkoba pun bisa mengalami pertumpahan darah ketika narkoba jenis baru buatan Tiongkok ini memasuki pasar. Keterlibatan mereka dapat memicu konflik antar geng yang bersaing.

“Kita tahu bahwa beberapa jenis narkoba yang masuk itu diproduksi secara massal di pabrik-pabrik Tiongkok. Jika geng kriminal Tiongkok memasuki pasar, hal ini dapat menyebabkan perpecahan di antara kelompok pedagang narkoba yang berbeda,” kata D’Agostino. (sin)