Jumlah Kematian Warga Henan Akibat Epidemi Melonjak, Krematorium Beroperasi 24 Jam Sehari

Epidemi ini terus melanda Tiongkok. Orang-orang di Henan mengungkapkan kepada NTD bahwa jumlah kasus pneumonia parah dan paru-paru putih serta kematian telah meningkat tajam. Krematorium di Kota Nanyang beroperasi 24 jam sehari, dan rumah duka swasta sangat sibuk

oleh Xiong Bin dan Chen Jie

Pada Rabu (20 Desember) Zhou Xiang (nama samaran), warga Kota Nanyang, Provinsi Henan kepada NTDTV memberitakan bahwa jumlah kematian dalam gelombang epidemi baru-baru ini kembali melonjak. Di waktu-waktu sebelumnya, krematorium menghentikan kegiatan kremasi jenazah setelah lewat tengah hari, namun kini krematorium setempat terpaksa beroperasi 24 jam sehari.

“Gelombang epidemi kali ini telah membunuh banyak orang. Krematorium kewalahan menangani permintaan, bekerja siang malam. Padahal mereka memiliki 8 tungku yang terpaksa bekerja 24 jam sehari. Sedangkan krematorium swasta ada 5 yang baru dibangun dalam 3 tahun terakhir, bisnis mereka sepertinya lebih baik. Karena krematorium swasta berfungsi ganda, ia seperti rumah duka yang ruangannya bisa disewa selama beberapa hari guna menyemayamkan jenazah, dan memberi kesempatan kepada keluarga atau kerabat untuk menyampaikan belasungkawa”, kata Zhou Xiang.

Zhou Xiang juga menambahkan bahwa baru-baru ini di komunitas tempat tinggalnya, ada saja berita duka yang muncul setiap 2 atau 3 hari. Beberapa hari yang lalu, ketika dia pergi ke rumah duka swasta setempat untuk membantu temannya yang sedang berduka. Saat itu hanya ada 2 jenazah yang disemayamkan di sana. Namun keesokan harinya ketika dirinya datang kembali, jumlah jenazah sudah bertambah menjadi 7.

“Episode kali ini jelas lebih ganas. Sekarang sistem medis tidak mengizinkan penggunaan istilah virus komunis Tiongkok (COVID-19). Ayah dari seorang teman saya yang berusia 70-an tahun meninggal 2 hari lalu karena flu yang gagal diselamatkan sistem medis. Rumah sakit bersikeras mengatakan itu akibat penyakit dasar yang dibawah almarhum. Karena sekarang semua yang terlibat dalam sistem medis PKT diharuskan untuk tidak menggunakan istilah virus partai komunis Tiongkok (COVID-19), juga tidak boleh membicarakan apapun yang berhubungan dengan virus tersebut,” kata Zhou Xiang.

Seorang pria warga Provinsi Henan bermarga Mu mengatakan, bahwa ada banyak kasus kematian mendadak selama gelombang epidemi baru ini, yang umumnya diyakini masyarakat Tiongkok berkaitan dengan vaksin virus corona baru buatan dalam negeri. Salah satu temannya diancam fasilitas perumahan dan asuransinya akan dibatalkan bila tidak menerima vaksinasi. Namun, kurang dari sebulan setelah divaksin, pria yang dikenal banyak orang sehat walafiat tersebut tiba-tiba mengidap leukemia akut, sehingga harus menjual rumahnya untuk berobat.

“Saya membaca postingan ini dari WeChat Moments. Berita terbaru tentang kematian mendadak dialami seorang guru wanita dari Henan berusia 53 tahun yang tiba-tiba jatuh dan meninggal. Juga seorang guru pria dalam usia 49 tahun. Sekarang epidemi lebih serius, Di kota besar seperti Beijing, ada banyak rumah duka dan penduduknya juga banyak. Saya biasanya mencari nafkah di utara (Beijing dan lainnya), tetapi sengaja pulang ke Henan untuk menghindari epidemi. Saya pasti tidak akan kembali ke sana dalam waktu jangka pendek ini,” ujar Mr. Mu.

Mr. Shao dari Kota Xuchang, Provinsi Henan mengatakan bahwa semua rumah sakit setempat penuh sesak pasien. Pamannya yang menerima vaksin COVID-19 produksi dalam negeri masih saja harus dirawat di rumah sakit karena pneumonia parah dan penyakit paru-paru putih. Diduga vaksinlah penyebabnya.

“Rumah sakit di mana saja penuh pasien, bahkan banyak yang terkena paru-paru putih. Paman saya juga penderita paru-paru putih. Dia mengatakan bahwa ada banyak rumah sakit, dan beberapa orang pasien yang diizinkan keluar rumah sakit tetapi membawa gejala sisa yang tidak dapat disembuhkan secara total,” kata Mr. Shao. (sin)