Home Blog Page 1323

Mengapa Generasi ke 77 Kong Hu Cu Menolak Kembali ke Daratan Tiongkok?

0

Epochtimes.id- Konfusius (Kong Zi, di Indonesia lebih populer sebagai Kong Hu Cu), pendiri Konfusianisme, disebut sebagai “Orang Suci Utusan Langit” semasa hidupnya, kemudian dihormati sebagai “Guru Suci” yang senantiasa dikagumi oleh masyarakat dunia.

Dimulai sejak kaisar Wu dari Han (memerintah tahun 141 SM – 87 SM), kaisar pada setiap dinasti setiap tahun harus mengadakan upacara menyembahyangi Konfusius.

Sampai pada dinasti Ming dan Qing (1368 – 1912) upacara sembayang yang demikian ini malah dipandang sebagai ‘Upacara Kenegaraan’ yang sangat khidmat.

Keturunan Kong Hu Cu juga menerima perlakuan istimewa dan diberi gelar kebangsawanan: ‘Gong (公)’dan ‘Hou (侯)’.

Gelar ‘Yan Sheng Gong (衍聖公 Adipati Yan Sheng)’ yang dianugerahkan oleh kaisar Renzong dari Dinasti Song Utara adalah yang paling lama digunakan. Gelar ini terakhir diwariskan kepada Gong Decheng keturunan Konfusius generasi ke 77 yang lahir pada tahun 1919.

Setelah Kong Decheng tiba di Taiwan, dia bergiat mengembangkan budaya tradisional. (Asosiasi Guru Suci Kong Hu Cu Dacheng Zhong Hua)

Ketika Kong Decheng masih dalam kandungan ibu, ayahnya meninggal. Pada tahun 1920 ketika Kong Decheng genap berusia 100 hari, telah menerima Keputusan Presiden Xu Shichang dari Pemerintah Beiyang (atau Pemerintahan Beijing, 1913 – 1928) dan secara resmi dinobatkan sebagai Adipati Yansheng generasi ke 32; pada tahun 1935 ia diangkat sebagai pejabat Fengsi Dacheng Guru Suci generasi Pertama oleh Republik Tiongkok (pemerintahan nasionalis).

Kong Decheng di usia 5 tahun sudah mulai memimpin upacara sembahyang keluarga di Kuil Konfusius, namun setelah Kong Decheng meninggalkan daratan Tiongkok pada tahun 1949 hingga meninggalnya pada tahun 2008 ia tidak pernah kembali lagi ke daratan. Apakah alasan sesungguhnya sehingga tekadnya begitu kuat?

Ketika berkecamuk perang melawan Jepang yang meletus pada tahun 1937, Kong Decheng sekeluarga demi menghindari agresor Jepang lantas melarikan diri ke kota Chongqing (dibaca: Jong J’ing).

Namun setelah tentara Jepang menduduki Qufu (kota kampung halaman Konfusius) bukan hanya tidak merusak malahan mengirim tentara untuk melindungi Kuil Konfusius tersebut. Para jenderal Jepang secara khusus juga datang beribadah disana, karena orang Jepang yang sangat dipengaruhi oleh budaya Konfusius juga sangat respek terhadap Konfusius.

Pada tahun 1947, tentara nasional Kuomintang merebut Qufu dan Kong Decheng dapat kembali ke kampungnya. Pada saat itu mungkin saja ia tidak menyangka bahwa itulah kali terakhir dia berziarah ke Pemakaman Taman Hutan Marga Kong.

Pada tahun 1949 Kong Decheng mengikuti Kuomintang hijrah ke Taiwan, ia bertanggung jawab sebagai profesor di banyak sekolah tinggi seperti di National Taiwan University dan lain-lain, memberikan materi ajaran San Li (3 karya klasik aliran Konfusius), Jin Wen (Aksara Perunggu), ilmu tentang peralatan perunggu kuno dan lain-lain, juga menjabat di Lembaga Ujian Negara Republik Tiongkok dan Museum Nasional Istana Kekaisaran di Taipei, untuk melanjutkan pengembangan budaya Konfusianisme.

Tetapi di daratan Tiongkok, Revolusi Kebudayaan yang bertujuan menghancurkan Budaya Tradisional Tionghoa dan Agama/Kepercayaan Bangsa, telah meletus pada tahun 1966.

Tan Houlan pemimpin faksi pemberontak Beijing memimpin lebih dari 200 orang melabrak ke kota Qufu di provinsi Shandong dengan slogan “gulingkan Konfusianisme” dan melakukan perusakan besar terhadap cagar budaya yang telah berusia ratusan bahkan 2000 tahun lebih, antara lain: membakar 2.700 jilid kitab kuno, lebih dari 900 lembar lukisan dan kaligrafi, lebih dari 70 benda peninggalan budaya dilindungi tingkat nasional dan lebih dari 1.700 jilid buku edisi terbatas. Selain itu juga menghancurkan 1.000 monumen batu termasuk batu nisan Konfusius, menghancurkan kuil Konfusius dan sebagian hutan di taman pemakaman tersebut.

Yang lebih mengerikan adalah gerombolan Garda Merah itu bahkan menggali makam Konfusius dan makam kedua orang tua Kong Decheng serta menjemur mayat dan diganyang (dikritik) selama beberapa hari lalu dibakar. Kehancuran ini sebenarnya telah memutus warisan budaya Tionghoa selama lebih dari 2000 tahun, mengistilahkannya dengan “Kejahatan luar biasa besar” pun belum memadai.

Tindakan jahat tu masih belum selesai. Pada tahun 1974 laras senapan partai komunis sekali lagi membidik Konfusius, “Gerakan mengganyang Lin Biao dan Konfusius” sudah dimulai. Asal muasal gerakan ini adalah jenderal Lin Biao yang telah ditetapkan sebagai penerus Mao Zedong tiba-tiba melarikan diri lantaran gagal dalam insdden percobaan perebutan kekuasaan dalam internal partai. Saat kediamannya digeledah ditemukan bahwa Lin Biao sangat menggemari ajaran Kong Hu Cu.

Hal tersebut membuat Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyadari bahwa budaya konfusianisme masih belum sepenuhnya terhapus dari benak orang Tiongkok, hal itu benar-benar tidak dapat ditoleransi olehnya. Karena ‘filiosofi’ PKT bertolak belakang dengan budaya tradisional Tiongkok.

PKT menyadari bahwa jika masyarakat Tiongkok menggunakan ajaran Konfusius untuk mengukur sepak terjangnya, pasti tidak akan mengakuinya, itu sebabnya PKT dengan segala daya harus mencabut Konfusianisme, seperti halnya budaya tradisional dan aliran kepercayaan lainnya, dari hati rakyat Tiongkok.

Dengan demikian, kala itu di jalan-jalan besar daratan Tiongkok dipenuhi slogan-slogan, karikatur dan poster-poster yang menghujat dengan keji Konfusius. Hingga hari ini, citra agung Konfusius di dalam hati sebagian orang di daratan Tiongkok masih belum pulih seluruhnya.

Hal tersebut bagi Kong Decheng merupakan penghinaan teramat besar dalam kehidupannya! Meskipun setelah Revolusi Kebudayaan, PKT demi tujuan politik Fron Persatuannya, telah memugar kuil Konfusius dan memperbolehkan ritual “sembahyangan Kong Hu Cu.” Namun Kong Decheng menolak untuk mengakuinya. Dalam pandangannya, hal itu sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya dan dia bersumpah untuk tidak kembali lagi ke Qufu hingga kematiannya di tahun 2008.

Menurut memori Kong Chuimei, cucu perempuan Kong Decheng, setelah bertahun-tahun Revolusi Kebudayaan, di suatu hari pada tahun 1990, tuan Kong Decheng yang sedang membaca koran tiba-tiba berkata: “Garda Merah itu, makam ibu saya saja juga tidak diampuni, telah digali habis”, kemudian adalah helaan nafas panjang: “Ah………..”, dapat dibayangkan rasa sakit yang ditimbulkan oleh malapetaka itu telah terkubur dalam-dalam di hati dan tidak mampu lagi terhapus selamanya.

Tetapi sampai dengan kepergiannya, ia tidak pernah mendapatkan permintaan maaf yang tulus sepatah kata pun dari PKT. (LIN/WHS/asr)

Artikel Ini terbit di Epochtimes cetak versi bahasa Indonesia

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=j8LVdlpJRoI

Gedung Putih : Lighthizer dan Mnuchin akan Menemui Xi Jinping

0

oleh Xu Zhenqi

Negosiasi perdagangan tingkat tinggi Amerika Serikat – Tiongkok diadakan pada Kamis dan Jumat (14 dan 15 Februari) di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing. Kepala penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan pada Kamis bahwa dua perwakilan dari delegasi perdagangan AS akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada hari Jumat.

Kudlow kepada wartawan mengatakan : “Lighthizer dan Mnuchin akan menemui Presiden Xi Jinping, jadi ini pertanda bagus, mereka cukup gigih.”

Usai pembicaraan perdagangan tingkat tinggi di Washington pada akhir bulan Januari, Robert Lighthizer dan Steven Mnuchin memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan di Beijing pada pertengahan bulan Februari.

Kudlow saat memperkenalkan perkembangan terbaru dari negosiasi perdagangan dengan Tiongkok mengatakan bahwa, delegasi AS mencoba membahas semua masalah yang ada di perdagangan.

“Mereka bekerja sangat keras, mereka melakukannya dengan sangat baik, mereka sedang mengatasi semua masalah yang ada, dan suasananya sangat bagus … positif,” katanya kepada wartawan.

Kudlow mengatakan dirinya cukup optimis bahwa negosiasi dapat mencapai kesepakatan.

Pada 13 Februari, tujuh senator Demokrat di Kongres AS mendesak Presiden Trump untuk menekan komunis Tiongkok lebih cepat mencapai kesepakatan perdagangan, khususnya mengatasi isu transfer teknologi wajib dan perlindungan hak kekayaan intelektual, dan bukan terbatas pada komitmen Tiongkok untuk membeli produk pertanian AS dan komoditas energi.

Para senator ini mengirim surat pernyataan kepada Trump yang menyebutkan bahwa dalam perjanjian apa pun yang dicapai dengan Tiongkok, Tiongkok setidaknya harus berkomitmen untuk menghentikan perilaku predator.

Tahun lalu, Kantor Perwakilan Dagang AS mengeluarkan laporan yang merinci praktik perdagangan yang tidak adil, termasuk memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk mentransfer teknologi ke perusahaan-perusahaan Tiongkok, subsidi industri yang dipimpin negara, akses pasar, dan jaringan internet yang didanai negara untuk mencuri rahasia dagang milik AS.

Para senator dalam surat itu menyebutkan bahwa perundingan harus meminta Tiongkok untuk membuat komitmen yang berarti pada setiap masalah dan mengakhiri ancaman yang ditimbulkan oleh kebijakan mereka terhadap ekonomi AS dan keamanan nasional.

Kudlow pada hari Kamis juga mengungkapkan bahwa Presiden Trump tidak memutuskan untuk memperpanjang waktu kesepakatan yang akan berakhir pada 1 Maret.

VOA melaporkan, William Reinsch, pakar perdagangan di Pusat Kajian Strategis dan Internasional mengatakan bahwa perjanjian AS – Tiongkok terdiri dari 3 bagian. Ia percaya bahwa akses pasar hampir selesai.

Namun mengenai perlindungan kekayaan intelektual, ia percaya bahwa Tiongkok tidak akan membuat konsesi yang diinginkan AS, dan tergantung pada apakah ia dapat membuat konsesi yang cukup. Bagian 3 adalah masalah kepatuhan. Rheinsch mengatakan bahwa ada kecurigaan dalam pemerintah AS tentang apakah komunis Tiongkok dapat mematuhi komitmennya.

“Berkenaan dengan negosiasi perdagangan, terutama perundingan dengan pihak Tiongkok, Anda akan selalu menyebutkan hal ini, yaitu, akan berunding sampai menit terakhir. Jadi, sebelum jam 8 malam pada 1 Maret, Anda tidak akan tahu apa yang terjadi,” kata William Reinsch. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=bFXyl2pNQXg

Negosiasi Buntu Karena Komunis Tiongkok Menolak Reformasi Struktural

0

oleh Wu Ying

Pada Kamis, negosiasi perdagangan Tiongkok – AS putaran ketujuh untuk tingkat menteri dimulai. Menurut sumber yang mengetahui masalah ini bahwa pembicaraan pada hari tersebut mengalami kebuntuan karena pihak Tiongkok mengelak komitmen tentang  reformasi struktural, terutama isu yang diprihatinkan AS yakni, pengalihan paksa teknologi, subsidi industri dan kebijakan lainnya. pihak Tiongkok hanya berjanji untuk membeli lebih banyak produk Amerika Serikat.

Negosiator utama AS, Robert Lighthizer dan Menkeu AS, Steven Mnuchin melangsungkan perundingan dengan tim yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He di Diaoyutai State Guesthouse, Beijing.

Pada hari yang sama, Bloomberg mengutip sumber terpercaya memberitakan bahwa Trump sedang menanti hasil perundingan ini untuk menentukan apakah perlu memperpanjang batas waktu “gencatan senjata”.

Dengan “memutar ulang lagu lama” delegasi Tiongkok berharap isu pelik diatasi di KTT

Sumber informasi memberitakan kepada Wall Street Journal bahwa negosiator Tiongkok dalam negosiasi tingkat menteri pada 14 Februari itu masih membantah tuduhan AS soal transfer teknologi wajib dan masalah subsidi, mencoba dengan memperluas pembelian produk-produk Amerika Serikat sebagai strategi untuk meredakan perang perdagangan.

Selain komitmen sebelumnya untuk membeli produk pertanian AS dan produk energi, Komisi Pengembangan dan Reformasi Nasional mengusulkan untuk membeli produk semikonduktor AS senilai USD. 200 miliar dalam 6 tahun ke depan. Angka ini sekitar lima kali lebih tinggi dari nilai ekspor AS saat ini. Menurut statistik, pada tahun 2017, ekspor produk semikonduktor AS ke Tiongkok berjumlah USD. 6,1 miliar.

Selain itu, negosiator Tiongkok mengusulkan untuk membatalkan kebijakan yang memberikan insentif berupa subsidi kepada rakyat Tiongkok yang membeli mobil nasional.

Sumber tersebut menyebutkan bahwa negosiator utama Tiongkok Liu He berharap proposal membeli lebih banyak produk AS dapat dijadikan sebagai pembuka jalan bagi pertemuan pemimpin kedua negara. Kemudian melalui pertemuan itu nantinya memecahkan masalah kelebihan kapasitas produksi yang dialami Tiongkok dan sejumlah masalah pelik lainnya.

Strategi pencabangan pihak Tiongkok bisa menggagalkan negosiasi

Namun, angan-angan Tiongkok mungkin tidak memenuhi persyaratan administrasi Trump, sehingga harapannya terhadap KTT Trump – Xi untuk memperpanjang batas waktu “gencatan senjata” semua itu menjadi gagal.

Pada 5 Februari, Trump mengatakan dalam pidato kenegaraan di Kongres bahwa Amerika Serikat sedang berupaya untuk mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan komunis Tiongkok. Tetapi harus mencakup reformasi struktural nyata yang dapat mengakhiri praktik perdagangan tidak adil dan mengurangi defisit perdagangan, serta melindungi peluang kerja AS.

Robert Lighthizer terus meminta Beijing untuk melakukan reformasi struktural yang komprehensif, seperti penghapusan transfer teknologi wajib dan subsidi pemerintah untuk perusahaan-perusahaan Tiongkok. Namun, dalam negosiasi minggu ini, pihak Tiongkok belum mengusulkan solusi untuk masalah-masalah struktural ini.

Ahli : Komunis Tiongkok memiliki beberapa cara menyalurkan subsidi

Meskipun pihak Tiongkok mengusulkan untuk mencabut kebijakan pemberian insentif kepada rakyatnya yang membeli mobil nasional, tetapi tidak disebutkan apakah akan membatalkan kebijakan subsidi pemerintah daerah.

Adapun pihak Tiongkok mengusulkan untuk mengimpor lebih banyak jumlah produk semikonduktor AS, sebenarnya hal tersebut tidak merugikan  rencana Tiongkok untuk mengembangkan industri teknologi tinggi, seperti dirgantara dan robotika. Ini adalah kebijakan industri yang sangat dikritik oleh pemerintah Trump.

Untuk pembatalan subsidi sebagaimana yang diminta oleh AS, Tiongkok hanya berjanji untuk meningkatkan transparansi dari berbagai langkah subsidinya. Tetapi, Tiongkok tidak mau menghapus atau secara substansial merevisi kebijakan industrinya seperti yang dipersyaratkan oleh AS.

James Green, seorang rekan senior di Universitas Georgetown dan kepala Kantor AS dari Perwakilan Dagang AS (USTR), mengatakan kepada Financial Times : “Meningkatkan transparansi adalah langkah pertama, tetapi meskipun demikian, ini juga merupakan langkah yang sangat sulit.”

James Green mengatakan bahwa, bahkan jika Beijing setuju untuk menghapuskan salah satu program subsidi tertentu, itu tidak menjamin, karena Beijing memiliki banyak saluran subsidi lainnya untuk proyek-proyek industri utama mereka, khususnya, Presiden Xi menekankan bahwa Tiongkok perlu mandiri dan pemerintah daerah akan menggunakan sumber daya keuangan mereka yang cukup besar untuk mendukung keberhasilan dari rencana ini.

Industri semikonduktor AS : Komunis Tiongkok berniat jahat

Wall Street Journal mengutip ucapan pihak berwenang dari sebuah industri semikonduktor AS memberitakan bahwa perusahaan-perusahaan AS sedang berupaya untuk melepaskan ketergantungan penjualan mereka terhadap pasar Tiongkok dan mendesak pemerintah Trump untuk tidak menerima proposal delegasi Tiongkok untuk membeli produk semikonduktor AS.

John Neuffer, kepala eksekutif dari Asosiasi Industri Semikonduktor AS mengatakan proposal untuk membeli produk semikonduktor AS hanya membuat muak dan menjijikkan, tujuan mereka tak lain adalah untuk mensukseskan program Made in China 2025.

Trump : Perpanjangan waktu dapat dipertimbangkan bila berpotensi mencapai kesepakatan

Presiden Trump pada Selasa lalu mengatakan, jika Amerika Serikat dan Tiongkok dapat  mencapai kesepakatan dalam waktu dekat, ia baru akan mempertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu “gencatan senjata”, tetapi ia tidak cenderung melakukannya.

Steve Bannon, mantan kepala ahli strategi Gedung Putih berpendapat bahwa Presiden Trump tidak perlu mengurangi tekanan untuk komunis Tiongkok. Dia pasti akan memberlakukan kenaikan tarif pada 2 Maret nanti, biar komunis TIongkok tidak memiliki jalan lain, dan para eksekutif Wall Street tidak perlu melemahkan tekat Trump.

Selain itu, menurut juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dan pidato Wakil Menteri Pertanian AS Steve Censky pada hari Rabu, KTT Trump – Xi Jinping berikutnya mungkin akan diadakan di Mar-aLago, Florida, AS pada suatu waktu di bulan Maret mendatang. (Sin/asr)

Kendaraan Penjelajah Mars Milik NASA Mati Setelah Bertugas 15 Tahun

0

Washington DC – Opportunity, robot rover atau penjelajah milik NASA kini tidak lagi mampu melanjutkan misinya. Robot otonom yang diluncurkan pada 2003, telah mengakhiri misinya, menurut badan antariksa AS.

Penjelajah itu menghabiskan sekitar 15 tahun di planet merah. Tapi delapan bulan lalu, Opportunity tidak lagi sanggup bergerak. Hal itu mendorong NASA untuk menyatakannya robot mereka telah mati pada 13 Februari 2019.

“Saya menyatakan misi Opportunity telah selesai, dan dengan itu misi Mars Exploration Rover selesai,” Thomas Zurbuchen, associate administrator dari Direktorat Misi Sains NASA, mengatakan kepada Space.com.

Foto suasana Mars yang dikirim Opportunity ke Bumi. (NASA/JPL-Caltech/Cornell Univ./Arizona State Univ./The Epoch Times)

“Opportunity dan penjelajah kembarnya, Spirit, telah menjadikan Mars tempat yang akrab,” kata manajer proyek Opportunity, John Callas kepada Space.com. “Ketika kita berkata dunia kita, Kita tidak lagi hanya berbicara tentang Bumi. Kita harus memasukkan bagian-bagian Mars juga.”

Menurut The Associated Press, pengendali penerbangan berusaha untuk menghubungi Opportunity beberapa kali, namun tidak ada jawaban.

Di tengah keheningan, Zurbuchen berkata, “Oleh karena itu saya berdiri di sini dengan rasa penghargaan dan rasa terima kasih yang mendalam sehingga saya menyatakan misi Opportunity telah berakhir.”

“Ini masa-masa yang emosional,” simpulnya.

Selama masa tugasnya, Opportunity berkeliaran sekitar 28 mil di sekitar Mars.

Bersamaan dengan Spirit, Opportunity menemukan bukti bahwa air sudah ada sejak lama di planet ini. Mereka menunjukkan bahwa air mungkin dapat menopang kehidupan pada sebuah massa.

“Ini adalah hari yang sulit,” kata manajer proyek John Callas, seperti dilaporkan oleh AP.

Dia juga mencatat bahwa biaya sekitar 500.000 dolar AS per bulan, selama belasan tahun dikeluarkan untuk mengoperasikan kendaraan penjelajah.

“Meskipun ini sebuah mesin, namun kami mengucapkan selamat tinggal, itu masih sangat sulit dan sangat pedih, tetapi kami harus melakukannya. Kami sampai pada titik itu. Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal,” sambung Callas.

“Itu telah menjadi misi yang sangat sukses yang telah sepenuhnya melampaui umur wajarnya,” kata Dr. Andrew Coates, seorang ilmuwan peneliti Mars, kepada Guardian.

“Salah satu hal inti tentang Opportunity adalah mendarat di kawah yang berada di sekitar jenis batuan sedimen dan itu adalah pertama kalinya hal semacam itu terlihat di Mars.”

Coates mencatat bahwa langkah selanjutnya adalah mengebor dan mencari tanda-tanda kehidupan di Mars.

Pada tanggal 30 Mei 2018, Mars Reconnaissance Orbiter NASA menemukan badai debu yang menuju ke Opportunity. Selama beberapa hari berikutnya, badai besar itu menutupi panel-panel surya Opportunity dengan debu.

“Badai adalah salah satu yang paling intens yang pernah diamati di Planet Merah. Pada 10 Juni 2018, badai mencakup lebih dari 15,8 juta mil persegi. Suatu luas gabungan wilayah Amerika Utara dan Rusia,” kata NASA saat itu. “Ini telah menghalangi begitu banyak sinar matahari, secara efektif telah mengubah siang menjadi malam bagi Opportunity, yang terletak di dekat pusat badai, di dalam Lembah Perseverance Mars.”

Spirit, sementara itu, mati pada tahun 2010, setelah terjebak dalam perangkap pasir pada sudut yang mencegah pengisian batery-nya.

Pada 2018, penjelajah lainnya, Curiosity dan InSight masih beroperasi di Mars. NASA mengatakan pihaknya berencana untuk mengirim robot penjelajah lain ke Mars pada tahun 2020. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Saat Pemimpin Bolivia Membangun Kekuasaan Periode Ke-4, Pengaruh Tiongkok Tumbuh

0

Sebuah insiden baru-baru ini di Bolivia telah menunjukkan dampak pengaruh Tiongkok.

Pada 14 Februari, surat kabar Bolivia, Los Tiempos, melaporkan bahwa penyelidikan oleh otoritas-otoritas kehutanan Bolivia menemukan bahwa empat pabrik penggergajian kayu lokal secara ilegal telah mengekspor spesies kayu bernilai tinggi ke Tiongkok. Mantan karyawan yang tidak disebutkan namanya dan saat ini di lembaga tersebut, yang diberi nama ‘Forest and Land Audit dan Social Control Authority’, telah terlibat dalam skema ini.

Mereka sedang dalam penyelidikan.

Sekarang, investasi Tiongkok di Bolivia berada di bawah pengawasan, mengingat implikasi politik dan sosialnya yang berjangkauan luas bagi negara Amerika Selatan tersebut.

INVESTASI TIONGKOK

Pemimpin Bolivia saat ini Evo Morales, yang telah menjadi presiden sejak tahun 2006, telah bersekutu dengan Beijing sejak awal, tepat setelah ia memenangkan pemilihan dan menjadi presiden terpilih.

Pada Januari 2006, ketika mengunjungi Tiongkok, Morales menyebut Beijing sebagai “sekutu ideologis” dan menyatakan kekagumannya terhadap rezim komunis Tiongkok tersebut, menurut surat kabar harian Spanyol, El Mundo.

Surat kabar harian Spanyol lainnya, El Periódico de Aragón, melaporkan bahwa Morales menyatakan dirinya pengagum berat mantan pemimpin Partai Komunis Mao Zedong dan “revolusi proletar”-nya, mencatat bahwa ia telah membaca biografi Mao “sejak kecil.” Kampanye Revolusi Kebudayaan Mao pada tahun 1966, yang berlangsung hingga kematiannya pada tahun 1976, telah mengakibatkan kematian jutaan orang.

Hubungan-hubungan dengan Tiongkok meningkat cepat setelah kunjungan Morales. Perdagangan bilateral antara Bolivia dan Tiongkok tumbuh secara signifikan pada tahun 2008, menurut laporan resmi 2018 yang diterbitkan oleh Global South Unit di London School of Economics. Ekspor dari Bolivia ke Tiongkok naik dari US$16.000 pada tahun 1992 menjadi US$434 juta pada tahun 2014, sementara impor dari Tiongkok tumbuh dari US$7,5 juta menjadi US$1,8 miliar selama periode yang sama.

Pada tahun 2018, Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar keempat Bolivia, menurut Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai melakukan bisnis di Bolivia, termasuk di sektor perminyakan, konstruksi, manufaktur, dan telekomunikasi. Sebagai contoh, Bolivia telah mendapatkan pinjaman US$251 juta dari China Development Bank yang dikelola pemerintah pada tahun 2013 untuk meluncurkan satelit telekomunikasi Túpac Katari 1, menurut surat kabar harian Bolivia Página Siete.

Pada tahun 2015, bank kebijakan milik pemerintah Tiongkok, Export–Import Bank of China, setuju untuk memberikan pinjaman US$7 miliar untuk membiayai investasi dalam proyek-proyek Bolivia, termasuk energi hidroelektrik dan infrastruktur kereta api, menurut Reuters.

Sementara itu, raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei juga telah bekerja dengan penyedia telekomunikasi nasional Bolivia, Entel, dan penyedia swasta seperti Tigo dan Viva, menurut surat kabar Bolivia Los Tiempos. Huawei melaporkan di situs webnya pada Juni 2018 bahwa Entel telah menyelesaikan penyebaran stasiun pangkalan seluler barunya, untuk komunikasi 4G dan 5G, yang dinamakan TubeStar.

Dan yang terbaru, pada 7 Februari, perusahaan konstruksi dan teknik elektro yang terdaftar di Tiongkok, Xinjiang TBEA Group, dipilih oleh pemerintah Bolivia untuk kemitraan pada proyek-proyek lithium senilai US$2,3 miliar, menurut Reuters. TBEA Group akan memegang 49 persen saham dalam usaha patungan dengan perusahaan lithium Bolivia, YLB.

Beijing telah mencari akses di seluruh dunia untuk lithium, salah satu komponen utama dalam baterai mobil listrik, untuk memasok pengembangan agresif industri kendaraan listrik domestiknya.

PENGARUH TIONGKOK

Setelah bertahun-tahun investasi Tiongkok, ada tanda-tanda bahwa Beijing memegang kendali tertentu di Bolivia.

Pada 2016, mantan pacar Morales, Gabriela Zapata terlibat dalam kasus korupsi yang terbukti menjadi skandal besar bagi sang pemimpin tersebut.

Zapata adalah manajer komersial di kantor cabang China CAMC Engineering di Bolivia, anak perusahaan dari konglomerat konstruksi dan pembuat peralatan yang dikelola oleh pemerintah, China National Machinery Industry.

Dia ditangkap pada Februari 2016 sebagai bagian dari penyelidikan korupsi. Sementara dakwaan terkait penangkapannya tidak dipublikasikan pada saat itu, CAMC telah diberi kontrak bernilai jutaan dolar di Bolivia, termasuk proyek kereta api dan pabrik ekstraksi garam dan penyulingan.

Pada Mei 2017, Zapata dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena pencucian uang, kontribusi tidak sah, dan penggunaan barang dan jasa publik yang tidak sesuai.

Menurut surat kabar Bolivia, El Deber, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa Zapata tidak memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang dibutuhkan untuk posisinya di CAMC.

Lawan politik Morales menuduhnya menjajakan pengaruh, menurut Associated Press (AP), tuduhan yang disangkal Morales.

Insiden lain yang melibatkan PBB juga mengungkapkan pengaruh Tiongkok terhadap Bolivia.

Pada 13 April 2018, pasukan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis melancarkan serangan udara terhadap Suriah, sebagai tanggapan atas serangan gas beracun seminggu sebelumnya, dilaporkan oleh tentara Suriah, telah menewaskan sedikitnya 70 orang di kota Douma, Suriah.

Menanggapi serangan udara tersebut, Rusia menyerukan pertemuan darurat, mengusulkan resolusi mengutuk “agresi” oleh ketiga negara tersebut, menurut AP.

Setelah pemungutan suara oleh Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang, delapan negara memberikan suara menentang rancangan resolusi Rusia sementara empat negara abstain.

Rusia hanya mendapat suara dari dua negara, Tiongkok dan Bolivia.

KRISIS POLITIK BOLIVIA

Negara ini sekarang menghadapi krisis, karena Morales mempersiapkan diri untuk masa jabatan lain.

Konstitusi Bolivia telah menetapkan bahwa presiden hanya dapat bertugas maksimal dua masa jabatan 5 tahun.

Namun pada April 2013, putusan pengadilan telah mengizinkan Morales mencalonkan diri untuk jabatan ketiga pada Oktober 2014. Putusan pengadilan tersebut menyatakan bahwa masa jabatan pertama Morales di kursinya tidak diperhitungkan terhadap pembatasan dua masa jabatan di bawah konstitusi karena disahkan pada bulan Desember 2009, setelah Morales mulai menjalani masa jabatan pertamanya.

Pada November 2017, putusan pengadilan lain membatalkan batas masa jabatan presiden. Keputusan pengadilan ini membuka jalan bagi Morales untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat dalam pemilihan umum yang akan diadakan pada Oktober 2019.

Senator-senator A. Bob Menendez, Dick Durbin, Dan Ted Cruz baru-baru ini memperkenalkan resolusi bipartisan yang meningkatkan kekhawatiran tentang masa depan negara tersebut. “Penting bagi semua pihak untuk menghormati Konstitusi Bolivia, yang mencakup batasan masa jabatan yang berfungsi sebagai pemeriksaan institusional penting terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan,” kata Cruz dalam siaran pers 1 Februari oleh Komite Senat AS untuk Hubungan Luar Negeri, dimana senator-senator tersebut adalah anggota.

Mereka menyerukan prinsip-prinsip demokratis dan mendukung “keinginan rakyat Bolivia untuk mempertahankan batas masa jabatan presiden.”

Para senator tersebut juga mencatat bahwa Bolivia telah bersekutu dengan “rezim-rezim kejam dan tidak sah termasuk Maduro di Venezuela.”

Dalam kekacauan politik yang sedang berlangsung di Venezuela, legitimasi diktator Venezuela, Nicolás Maduro, yang dilanda kritik telah ditantang oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.

Sejumlah negara telah mengumumkan dukungan mereka untuk Juan Guaido, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Argentina, dan Brasil.

Namun Beijing dengan gigih membela Maduro. (ran)

Video pilihan:

Sosialisme Membuat Venezuela Terpuruk, dari Negara Kaya Menjadi Miskin

https://www.youtube.com/watch?v=-awjffyF_Ds

George Soros Umumkan Perang Dingin: Elit Global Berbalik Melawan Tiongkok, Meminta Bantuan Amerika

0

Oleh Steven W. Mosher

Bagaimanapun, itu adalah kinerja yang luar biasa. George Soros, doyen dari elit global, menyatakan pada 24 Januari di Davos bahwa Republik Rakyat Tiongkok adalah ancaman utama bagi masyarakat bebas di seluruh dunia.

Pada kenyataannya, miliarder eksentrik tersebut memikirkan masalah ini bahkan secara lebih bersungguh-sungguh, mengatakan dia ingin “memperingatkan dunia tentang bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat terbuka.”

“Bahaya yang mematikan ini,” lanjutnya mengatakan, muncul dari “instrumen-instrumen pengontrol yang menggunakan keterampilan mesin dan kecerdasan buatan yang berada di tangan rezim yang represif [seperti] Tiongkok, di mana Xi Jinping menginginkan negara satu partai itu untuk memiliki kekuasaan tertinggi.”

Menyuarakan bagi seluruh dunia seperti dia pernah memberi arahan Ronald Reagan, Soros memperingatkan bahwa Tiongkok, melalui penggunaan teknologi semacam itu, sedang dalam perjalanan untuk menjadi “totaliter.”

Saya membayangkan bahwa para pendengarnya terkesiap secara kolektif saat mendengar kata itu. Para progresif (orang yang terbuka yang menyukai ide, kebijakan, atau metode baru, terutama dalam politik) dari semua peringkat telah lama mencemooh bahwa tidak ada negara yang benar-benar totaliter, dalam arti benar-benar mengendalikan populasi mereka. Dan inilah George Soros, salah satu dari mereka sendiri, menggunakan istilah yang tidak hanya salah secara politis, tetapi juga dilarang di antara kelompok mereka.

Apa yang mengejutkan Soros dalam menggambarkan Tiongkok sebagai totaliter dan ancaman bagi dunia? Tampaknya, ia telah belajar tentang “sistem kredit sosial” negara yang baru lahir tersebut.

Sistem kredit sosial adalah rencana Tiongkok untuk secara terus-menerus memantau perilaku elektronik semua orang di negaranya. Teks, kicauan, dan posting-posting mereka, pergerakan dan aktivitas mereka, kebiasaan membaca dan teman-teman mereka, semuanya akan dimasukkan ke dalam basis data terpusat di mana algoritma komputer akan memberi mereka “skor kredit sosial” yang akan mencerminkan tingkat keandalan atau kepercayaan politik mereka.

Mereka yang mendapat skor tinggi akan menerima perlakuan istimewa oleh negara dalam bidang pendidikan, pekerjaan, perjalanan, dan kredit. Mereka yang memiliki skor kredit sosial rendah akan ditiadakan untuk manfaat-manfaat yang sama tersebut. Yang paling menakutkan, mereka yang nilainya jatuh terlalu rendah akan dinilai sebagai ancaman bagi negara satu partai itu. Mereka akan ditahan terlebih dahulu dan dikirim ke kamp-kamp pendidikan ulang yang sudah menampung jutaan orang.

Mimpi buruk George Orwell yang menggangu tidur masyarakat dari pengawasan yang dilakukan terus-menerus sedang dalam perjalanan untuk menjadi kenyataan hidup sehari-hari untuk orang-orang Tiongkok. Soros benar dalam menggambarkan ini sebagai “menakutkan dan mengerikan.”

Sementara untuk mengakui keberadaan tentang Tiongkok bukan satu-satunya rezim otoriter di dunia, Soros membedakannya dari yang lain karena “ia tidak diragukan lagi adalah yang terkaya, terkuat dan paling berkembang dalam pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan.”

Jadi apa yang mendukung Soros lakukan sebagai tanggapan, selain “mengenali ancaman [Tiongkok]?”

Di sinilah dia pasti mengejutkan penontonnya lagi.

Soros memuji pemerintahan Trump karena “mengidentifikasi Tiongkok sebagai “saingan strategis” … [seperti] yang diuraikan dalam pidato seminalis oleh Wakil Presiden Mike Pence pada 4 Oktober.”

Tentu saja, tidak ada anggota yang bonafid dari elit global tersebut, tidak sama dengan George Soros, yang dapat melakukan untuk terlihat memuji kebijakan-kebijakan Donald Trump tentang “America Firster”. Jadi dia memuji kebijakan baru itu untuk “Penasihat urusan Asia Dewan Keamanan Nasional, Matt Pottinger.” Trump sendiri dia cemooh sebagai “terkenal tidak dapat diprediksi.”

America Firster anggota organisasi terdahulu (Komite Pertama Amerika) yang menentang masuknya AS ke dalam Perang Dunia II, bahwa bahwa kepentingan AS harus selalu mendapat prioritas di atas kepentingan negara lain dan bahwa AS harus menghindari keterlibatan dalam urusan internasional.

Sekarang saya yakin bahwa Mr. Pottinger, yang saya hormati, telah memberikan kontribusi-kontribusi penting bagi kebijakan baru tentang Tiongkok di Amerika. Meskipun demikian semua orang, selain, kelihatannya, George Soros, tahu bahwa Donald Trump telah membunyikan alarm peringatan tentang praktik perdagangan yang tidak adil di Tiongkok, manipulasi mata uang, dan pencurian kekayaan intelektual selama lebih dari dua dekade.

Dengan kata lain, kebijakan baru Amerika yang keras terhadap Tiongkok berutang keberadaannya pada kepemimpinan Trump, apakah Soros mau mengakuinya atau tidak.

Dan dia jelas tidak. Bahkan, ia kemudian dengan aneh menuduh Trump telah melanggar kebijakannya sendiri: “Presiden Trump tampaknya mengikuti jalan yang berbeda,” kata Soros, “membuat konsesi-konsesi dengan Tiongkok dan menyatakan kemenangan sambil memperbarui serangan-serangannya terhadap sekutu-sekutu AS.”

Apakah Soros memperhitungkan tarif-tarif Trump atas barang-barang Tiongkok senilai US$250 miliar, sanksi-sanksinya terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok, atau penangkapannya terhadap “puteri” Huawei Meng Wanzhou, sebagai konsesi? Saya ragu bahwa pemimpin Tiongkok Xi Jinping memandangnya seperti itu.

Ini adalah contoh sempurna dari Trump Derangement Syndrome (TDS). Elit global sangat membenci Trump sehingga mereka tidak akan memberinya pujian penghargaan bahkan ketika mereka setuju dengan kebijakan-kebijakannya.

Sebenarnya, keluhan utama pendukung kebijakan luar negeri untuk Tiongkok yang baru saja dibuat adalah kebijakan AS saat ini tidak menjangkau cukup jauh.

“[Kebijakan Amerika] perlu jauh lebih canggih, terperinci dan praktis; dan itu harus mencakup respons ekonomi Amerika terhadap Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road),”sanggah Soros. “Kenyataannya adalah kita berada dalam Perang Dingin yang mengancam akan berubah menjadi panas.”

Sudahkah Anda mengerti? Salah satu dari pemimpin elit global menginginkan Amerika menyelamatkan dunia lagi dengan mendeklarasikan Perang Dingin terhadap Tiongkok.

Berita baiknya adalah, terima kasih kepada Presiden Trump, kita sudah memilikinya. (ran)

Steven W. Mosher adalah Presiden dari Population Research Institute dan penulis Bully of Asia: “Why China’s Dream is the New Threat to World Order” (Mengapa Impian Tiongkok adalah Ancaman Baru bagi Tatanan Dunia).

Video pilihan:

Penghinaan Besar!!! Turki Desak Tiongkok Tutup Kamp Konsentrasi Xinjiang

https://www.youtube.com/watch?v=bivw7mSx9Fg

Teroris ISIS si Penjagal Eksekusi Mati Tewas Diserbu

0

Epochtimes.id- Seorang teroris ISIS yang terlihat memenggal kepala orang asing pada 2016 silam dilaporkan tewas di Suriah di tengah pertempuran dengan pasukan yang didukung Amerika Serikat.

Muhammad Saifuddin dari Indonesia juga dikenal sebagai Abu Walid dan Mohammed Karim Yusop Faiz, dipastikan tewas oleh polisi dan anggota keluarga minggu ini sebagaimana dilaporkan Daily Mail.

Saifuddin terbunuh di provinsi Deir Ezzor timur di Suriah, tempat koalisi pasukan berusaha mengambil kembali daerah yang dikuasai ISIS terakhir di negara itu.

“Abu Walid (Saifuddin) adalah seorang teroris veteran. Di Suriah, ia dikenal sebagai algojo dan ia memiliki pengaruh dan peran besar di kalangan militan Indonesia di Suriah. Kami berharap kematian Abu Walid akan menurunkan moral para militan di Suriah dan di rumah, ”kata Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Prasetyo menambahkan: “Dia terbunuh oleh pecahan peluru dari tank pasukan Suriah dalam pertempuran.”

Muinudinillah Basri, saudara lelakinya, mengatakan keluarga mengetahui kematiannya melalui aplikasi pesan instan, mengatakan, “Ada foto tubuhnya dan saya bisa mengenalinya,” sebagaimana ditulis Dailymail.

Pihak Keluarga mengatakan mereka belum mendengar kabar darinya sejak dia pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris.

Saifuddin yang berusia 40 tahun juga seorang perekrut untuk ISIS dan muncul dalam video ISIS. Dalam satu video, ia terlihat bersama dua teroris lainnya yang membunuh tiga tahanan yang mengenakan jumpsuits oranye.

Para tahanan di video tersebut dipaksa untuk berlutut sebelum mereka terbunuh.

Saifuddin dan warga negara Malaysia Mohammad Rafi Udin serta warga negara Filipina Mohammed Reza Lahaman Kiram dimasukkan oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai teroris global.

Saifuddin juga diyakini sebagai teman pemimpin teror Sofyan Tsauri, yang berafiliasi dengan teroris al-Qaeda yang bertanggung jawab atas pemboman Bali tahun 2002 yang menewaskan 88 orang.

Saifuddin juga dikatakan dipercaya oleh pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi. “Sejak dulu dia bercita-cita untuk go internasional,” kata Tsauri kepada Mail.

“Dia memiliki rekam jejak yang meyakinkan yang mendapatkan kepercayaan dan posisi penting dalam ISIS. Pada satu titik, Saifuddin ditangkap oleh pejabat Filipina karena mencoba menyelundupkan senjata dan bom ke Indonesia sebagaimana ditulis The Australian.

Kematiannya, menurut analis terorisme Adhe Bhakti, harus menjadi pukulan besar bagi ISIS dan teroris Indonesia.”Pejuang Indonesia di Suriah telah kehilangan salah satu dari boneka terakhir mereka yang tersisa dan karena calon jihadis yang pulang, mereka kehilangan seorang perekrut kunci dan panutan,” kata Bhakti kepada The Australian.

“Mereka mulai merasakan gelisah di rumah. Mereka dimonitor secara ketat baik online maupun offline, menghambat kemampuan mereka untuk berkumpul dan merencanakan serangan dan berpikir untuk pergi ke Suriah, ”kata Bakhti.

“Tapi kematian Abu Walid bagi mereka berarti telah kehilangan saluran lain untuk sampai ke Suriah dan membuat mereka berpikir dua kali untuk pergi. Kematiannya secara serius akan melemahkan semangat mereka. ” (asr)

PM Inggris Kalah dalam Voting Simbolis Brexit di Parlemen

0

EpochTimesId — Perdana Menteri Inggris, Theresa May menderita kekalahan dalam voting strategi Brexit pada 14 Februari 2019. Kekalahan yang merusak janjinya kepada para pemimpin Uni Eropa, agar persetujuan perceraian Inggris dengan Uni Eropa disetujui Parlemen Inggris, jika mereka memberikan konsesinya.

Dalam unjuk rasa, pendukung Brexit garis keras di Partai Konservatifnya memutuskan untuk abstain, dan menghasilkan kekalahan memalukan. Meskipun voting itu bersifat simbolis, ketika dia mencoba untuk menegosiasikan kembali kesepakatannya dengan Uni Eropa.

Hasil voting itu tidak akan menghalangi upaya May untuk mencoba mengamankan perubahan pada masalah yang paling kontroversial dari kesepakatan Brexit.

May absen dari House of Commons untuk debat dan melihat hasil pemungutan suara, yang memperdalam rasa krisis politik atas kepergian Inggris dari UE, lebih dari dua tahun setelah pemilih Inggris memilih untuk meninggalkan blok ekonomi Eropa dengan selisih 52 persen berbanding 48 persen.

Pemungutan suara krisis diperkirakan akan digelar pada 27 Februari 2019, ketika May dijadwalkan kembali datang ke parlemen. Anggota parlemen yang takut meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, akan mencoba untuk mengambil alih negosiasi kepergian Inggris dari UE.

Masalah terbaru dalam negosiasi selama dua tahun untuk meninggalkan UE, menggarisbawahi keretakan di parlemen tentang bagaimana, atau bahkan apakah, Inggris harus meninggalkan blok UE, suatu perubahan kebijakan politik dan perdagangan terbesar dalam lebih dari 40 tahun.

Ini meningkatkan kemungkinan Inggris keluar tanpa kesepakatan kerjasama dengan Uni Eropa, skenario mimpi buruk bagi banyak bisnis. Akan tetapi juga ada potensi Brexit tertunda atau berpotensi tidak pernah terjadi sama sekali.

Juru bicara May mengatakan dia masih yakin parlemen ingin dia terus mendesak untuk perubahan pada kesepakatan Brexit, “Pemerintah akan terus mengejar ini dengan Uni Eropa untuk memastikan kita pergi tepat waktu pada 29 Maret 2019.”

Para pemimpin UE, sementara itu, telah berulang kali mengatakan tidak akan ada perubahan substantif pada perjanjian penarikan yang mengikat secara hukum yang mengandung hambatan, sebuah jaminan bahwa tidak akan ada pengembalian kontrol perbatasan antara provinsi Inggris di Irlandia Utara dan anggota UE di Irlandia.

Dengan kepercayaan pada perdana menteri pada titik terendah sepanjang masa, seorang anggota parlemen Konservatif pro-Brexit mengatakan pemerintah tidak bisa lagi mengabaikan pandangan euroceptics.

“Meskipun pemungutan suara mungkin tidak penting secara substantif, apa yang dilakukannya adalah memberi tahu pemerintah bahwa mereka benar-benar tidak dapat menerima Brexiteers begitu saja,” kata anggota parlemen itu dengan syarat anonimitas.

Dengan banyak anggota parlemen Konservatif yang abstain, kekalahan pemerintah pada mosi yang menegaskan kembali dukungan untuk strategi May adalah berat, dengan 303 suara melawan 258. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Mantan Wakil Presiden Katalan Menegaskan Dirinya Adalah Tahanan Politik Spanyol

0

EpochTimesId — Mantan wakil pemimpin Katalan, Oriol Junqueras, yang diadili di Madrid atas kasus pemberontakan, mengatakan pada 14 Februari 2019 bahwa Dia adalah seorang tahanan politik. Oriol menegaskan bahwa wilayahnya memiliki hak untuk memisahkan diri dari Spanyol.

Junqueras adalah yang paling menonjol dari 12 pemimpin Catalan yang diadili di Mahkamah Agung sejak 12 Februari atas deklarasi kemerdekaan yang gagal pada 2017. Dalam kasus penting yang telah memecah belah divisi sosial yang mendalam, dan memicu krisis politik terbesar Spanyol dalam beberapa dekade.

“Saya yakin bahwa saya didakwa karena ide-ide saya dan bukan karena perbuatan saya,” katanya kepada pengadilan. “Saya diberhentikan sebagai wakil kepala pemerintahan Katalan setelah Madrid mengambil kendali, dan karena itu, saya yakin saya seorang tahanan politik.”

Madrid menutup parlemen wilayah dan mengambil alih pemerintahannya setelah daerah otonom (negara bagian) Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan pada Oktober 2017.

Deklarasi itu mengikuti referendum pemisahan diri, yang secara konstitusional dianggap ilegal oleh pengadilan Spanyol dan yang ditanggapi oleh pemerintah pusat dengan mengirim polisi anti huru hara. Aksi represif oleh pasukan keamanan dalam mencoba mencegah pemungutan suara jajak pendapat kemerdekaan kemudian menyebabkan kritik yang meluas.

Ditanya oleh pengacaranya tentang hari itu, Junqueras berkata, “Memilih bukanlah kejahatan, tetapi itu adalah kejahatan untuk mencegah orang melakukannya dengan menggunakan kekerasan.”

Dia membantah setiap tudingan bahwa dia telah menghasut kekerasan, komponen penting dari hukuman atas pemberontakan berdasarkan hukum Spanyol, selama pemungutan suara.

Dalam kesaksian yang berbelok dari pernyataan datar hingga berbicara disertai emosi, Junqueras, pada satu titik, meminta maaf atas jawaban yang terkadang bertele-tele.

“Jika kadang-kadang saya sedikit bersemangat dalam jawaban saya, itu karena saya sudah satu setengah tahun tanpa bisa berbicara,” katanya.

Dia menolak untuk menjawab pertanyaan dari jaksa.

Para terdakwa dan pendukung mereka mengatakan mereka adalah tahanan politik. Sementara pemerintah mengatakan mereka diadili secara layak, sesuai dengan aturan hukum. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

North University of China Diduga Sebagai Sekolah Spionase

0

Epochtimes.id- Dua kasus tindakan kriminal masing-masing terjadi di Amerika Serikat dan Australianyang dilakukan oleh 2 orang asal Tiongkok yang sama-sama pernah mengenyam pendidikan di akademi militer yakni North University of China, Shanxi. Dicurigai sebagai pelaku kegiatan mata-mata oleh kedua negara dan universitas tersebut diduga sebagai sekolah spionase milik komunis Tiongkok.

Mantan personel intelijen angkatan laut daratan Tiongkok mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok meluncurkan program spionase di negara asing dengan sebutan “Burung Layang-layang” yang pelakunya adalah siswa dari universitas tersebut yang berada di luar negeri.

Mahasiswa Tiongkok mengaku bersalah di pengadilan telah memotret fasilitas militer AS

Zhao Ganli, mahasiswa berusia 20 tahun dari North University of China di Provinsi Shanxi telah dijatuhi hukuman 1 tahun penjara oleh pengadilan AS karena memotret fasilitas militer AS pada 5 Februari.

Pada September tahun lalu, Zhao Ganli memasuki Stasiun Udara Angkatan Laut di Key West, Florida tanpa izin untuk mengambil foto. Ia kemudian ditangkap. Penyelidik menemukan di kamera dan telepon genggamnya bahwa ia memotret secara ilegal foto dan video dari beberapa fasilitas di area terbatas yang menjadi pangkalan militer AS.

Zhao Ganli mengaku datang sebagai turis dan memasuki daerah terlarang itu karena tersesat. Namun, Biro Investigasi Federal AS menemukan bahwa Zhao Ganli memasuki daerah terlarang melalui jalan pantai, memutar lewati daerah yang tidak berpagar keamanan di stasiun pangkalan militer itu, dan mengabaikan papan bertulisan peringatan : “Zona terbatas militer, Dilarang Masuk yang berada di tempat ia lalui.”

Zhao Ganli masuk ke Amerika Serikat tahun lalu dengan visa resmi untuk mengikuti kursus pertukaran mahasiswa musim panas yang jatuh waktu bulan September. Namun, saat ia ditangkap, visanya telah kadaluwarsa.

Media AS ‘The Washington Free Beacon’ melaporkan bahwa para penyelidik AS menemukan bahwa Zhao Ganli tetap berhubungan dengan personel intelijen Tiongkok di Amerika Serikat sebelum ia memasuki pangkalan militer AS. Zhao Ganli mengakui bahwa ia adalah putra dari seorang perwira militer senior Tiongkok dan ibunya juga anggota dari pemerintah Tiongkok.

Dokumen pengadilan juga menunjukkan bahwa latar belakang profesionalnya di bidang musik berbeda dengan faktanya. Zhao juga mengaku pernah mengikuti pelatihan militer, tetapi ia tidak mengungkapkan dalam aplikasi permohonan visa AS bahwa ia pernah melayanan militer Tiongkok sesuai dengan persyaratan visa. Zhao Ganli juga diduga melakukan penipuan usia karena ia tampaknya lebih tua dari foto yang terlampir dalam visa.

Laporan ini juga memberikan perhatian khusus kepada North University of China di Propinsi Shanxi itu. Akademi militer ini adalah institusi rahasia kelas dua nasional. Terletak di sebuah gunung di wilayah Taiyuan, Provinsi Shanxi. Ia berafiliasi dengan Komisi Iptek dan Industri untuk Pertahanan Nasional, yang sebelumnya dikenal sebagai Sekolah Industri Taihang yang didirikan oleh Tentara Rute Kedelapan dari Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1941.

Warga asal Tiongkok mengaku bersalah mencuri rahasia dagang milik Australia

Tindakan kriminal di Australia juga melibatkan warga asal Tiongkok. Zheng Yi, warga asal Tiongkok berusia 28 tahun dituduh mencuri rahasia dagang saat bekerja di perusahaan manajemen keuangan internasional AMP yang berpusat di Australia. Ia mengaku bersalah di pengadilan Sydney pada 7 Pebruari. Pengadilan baru akan memutus kasus ini bulan depan.

Zheng Li ditangkap polisi Australia sebelum ia naik pesawat meninggalkan Australia pada bulan Januari tahun ini. Menurut penyelidikan, Zheng Yi mengunduh 23 dokumen dari 20 pelanggan yang berbeda dari sistem komputer AMP, termasuk identitas pribadi seperti paspor dan SIM, dan mengirimkannya ke akun email pribadinya Oktober lalu. Polisi menerima laporan tentang pelanggaran keamanan dari jaringan AMP pada bulan Desember tahun lalu kemudian melakukan penyelidikan.

Kedua pelaku kriminal berasal dari North University of China, Shanxi

Qin Peng, seorang komentator ekonomi yang berbasis di Amerika Serikat melalui media sosial mengungkapkan : Zheng Yi juga mahasiswa lulusan North University of China, Shanxi. Kebetulan luar biasa dari latar belakang kedua pelaku spionase yang tertangkap di luar negeri ini membuat sejumlah netizen tertarik terhadap universitas yang kurang dikenal di Tiongkok itu.

Yao Cheng, mantan letnan kolonel Komando Angkatan Laut Tiongkok yang saat ini tinggal di Amerika Serikat mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa, tidak diragukan lagi apa yang dilakukan Zhao Ganli itu adalah kegiatan spionase. “Mengambil foto tentu berkaitan dengan tugas, jika tidak siapa yang berani ambil risiko begitu besar untuk memotret dalam pangkalan militer AS ?”

Yao Cheng mengatakan bahwa setelah dilakukan pengurangan dan penyesuaian terhadap fasilitas militer komunis Tiongkok pada tahun 1992, banyak sekolah mata-mata yang terdaftar “diubah” menjadi perguruan tinggi di suatu daerah. Kemampuan mereka diperkuat dari tahun ke tahun, terutama yang berkaitan dengan pencurian teknologi militer. Di masa lalu, ia sendiri pun pernah dididik di sebuah perguruan tinggi rahasia di Chongqing.

Yao Cheng mengatakan : “Badan intelijen komunis Tiongkok dibagi menjadi enam blok utama yang pusat pimpinannya adalah Kementerian Penghubung Internasional PKT. Ada dua pusat komando, satu adalah Lembaga Intelijen, kemudian Kantor Keamanan Nasional dan Kantor Keamanan Publik. Instansi yang paling menarik adalah Komisi Pendidikan Negara, khususnya mahasiswa “pilihan” biasanya ke luar negeri dengan membawa tugas.”

Yao Cheng juga mengekspos soal kegiatan “Burung layang-layang” PKT yang mengirim beberapa mahasiswa ke luar negeri untuk melakukan kegiatan mata-mata. Orang-orang ini tidak memiliki file dalam sistem intelijen. Mereka bisa terbang ke mana saja seperti burung layang-layang, membawa pulang tugas yang sudah diselesaikan untuk disetorkan kepada orang khusus yang ditunjuk. Cukup aman bukan ?!

Spionase yang tertangkap di luar negeri langsung “dibuang” komunis Tiongkok

Yao Cheng juga mengingatkan para pelaku spionase untuk komunis Tiongkok di luar negeri, terutama siswa internasional muda, bahwa mereka akan dibuang oleh PKT begitu mereka tertangkap dan dihukum negara-negara Barat.

“Saya adalah contoh kasus pelaku yang dibuang” kata Yao Cheng yang pada tahun 1998 dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Angkatan Laut Tiongkok selama 7 tahun karena secara ilegal memberikan rahasia negara kepada orang asing.

Chen Yonglin, mantan atase politik di Konsulat Jenderal Tiongkok untuk Sydney di waktu lalu telah berulang kali mengungkap kepada media tentang penetrasi dan ekspansi strategis PKT. Dia juga mempertanyakan apakah North University of China adalah akademi spionase karena 2 kasus kegiatan mata-mata yang tertangkap asing itu adalah siswa mereka.

Chen Yonglin mengatakan bahwa PKT telah menebar jaringan cukup luas ke luar negeri, “Telah  mencuri terlalu banyak teknologi tinggi dari Barat, terutama teknologi militer”, katanya.

Pada Oktober tahun lalu, Lembaga Kebijakan Strategis Australia merilis sebuah laporan yang berjudul “Picking flowers, making Honey” (Memetik bunga untuk membuat madu), isinya mengkritik militer Tiongkok yang sejak lama mengirim mahasiswa untuk mencuri teknologi militer negara Barat.

Laporan itu mengungkapkan bahwa dari 2.500 ekspatriat yang dikirim oleh militer komunis Tiongkok ke Australia, 17 dari 300 orang yang bekerja di bidang teknologi tinggi diketahui telah menyembunyikan identitas militer mereka.

Situs web resmi North University of China, Shanxi memiliki hubungan dengan situs-situs web dari Biro Iptek Pertahanan Nasional, Jaringan Informasi Senjata dan Peralatan Militer, Grup Industri Senjata, dan Grup Peralatan Senjata.

Beberapa tahun yang lalu, Institut Bahasa Asing Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok di kota Luoyang, Provinsi Henan disinyalir adalah lembaga pembinaan mata-mata untuk komunis Tiongkok.

Pada tahun 2017, lembaga intelijen Selandia Baru meluncurkan investigasi kepada Yang Jian, seorang anggota kongres Selandia Baru yang memiliki latar belakang militer Tiongkok. Dia sengaja menyembunyikan informasi bahwa ia pernah dididik selama 3 tahun di institut Bahasa Asing tersebut.

Beberapa komentator percaya bahwa kedua kasus mata-mata telah terungkap, yang membuat orang curiga bahwa North University of China dan Institut Bahasa Asing Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok di Luoyang itu merupakan sekolah yang mencetak mata-mata komunis Tiongkok. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=U0Rr8g8TyMo

Trump : Negosiasi AS-Tiongkok Berjalan Lancar di Gedung Putih, KTT Selanjutnya di Florida

0

oleh Wu Ying

Pada Rabu (13/2/2019) negosiasi dagang antar Tiongkok – AS memasuki hari ketiga, Presiden Trump mengatakan bahwa perundingan berjalan sangat lancar, pihak Tiongkok telah menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Amerika Serikat dan hasil negosiasi akan dapat terlihat dalam waktu dekat.

Selain itu, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan di Beijing pada hari Rabu bahwa negosiasi berjalan dengan baik. Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa tempat terbaik untuk mengadakan KTT Trump – Xi Jinping berikutnya adalah di Mar-a-Lago, Florida.

Negosiasi perdagangan putaran ketujuh antara Amerika Serikat dengan Tiongkok berlangsung di Beijing pada Senin (11 Februari). Tiga hari pertama dinegosiasikan oleh tingkat wakil menteri dari kedua belah pihak lalu diikuti oleh pejabat tinggi. Negosiator utama AS Robert Lighthizer selaku Perwakilan Perdagangan AS dan Steven Mnuchin selaku Menteri Keuangan AS tiba di Beijing pada 12 Pebruari. Keduanya dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok pada 14 – 15 Pebruari.

Trump di Gedung Putih kepada wartawan mengatakan bahwa situasi ekonomi AS saat ini sangat baik. Tim negosiasi besar yang dikirim Washington ke Beijing terdiri dari pejabat yang sangat berbakat dan mereka sedang bernegosiasi dengan Tiongkok.

“Negosiasi berjalan sangat lancar, kita akan segera melihat hasilnya, saya pikir itu akan sangat lancar. Pihak Tiongkok telah menunjukkan rasa hormat yang besar kepada kita, ini yang berbeda besar dengan negosiasi di masa lalu,” katanya.

Mnuchin mengatakan kepada wartawan pada Rabu : “Sejauh ini, negosiasi berjalan dengan baik.” Sebelumnya, saat ia meninggalkan hotel mengatakan bahwa ia berharap putaran negosiasi ini bisa membuahkan hasil.”

Menurut kesepakatan antara Trump dengan Xi Jinping pada 1 Desember tahun lalu ‘gencatan senjata’ perang dagang dihentikan sementara selama 90 hari guna perundingan. Jika kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan sebelum tengah malam pada tanggal 1 Maret 2019, Maka mulai 2 Maret pukul 00:00 waktu AS kenaikan tarif dari 10 % – 25 % terhadap komoditas impor asal Tiongkok senilai USD. 200 miliar akan diberlakukan.

Presiden Trump pada hari Selasa mengatakan bahwa jika kesepakatan terjadi, ia akan mempertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu untuk gencatan senjata, tetapi sebenarnya ia tidak cenderung untuk melakukannya.

Ketika ditanya mengenai apakah pertemuan dengan Presiden Xi Jinping akan diadakan sebelum akhir Maret ? Trump menjawab : “Saya belum bisa memutuskan sekarang”. Ia mengatakan bahwa pertemuan dengan Presiden Xi untuk kesepakatan akhir tetap akan dilakukan.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders pada hari Rabu kepada Fox News mengatakan : “Kita dapat melihat apakah Presiden Trump akan memperpanjang batas waktu ‘gencatan senjata’ dalam perang dagang”.

Adapun lokasi KTT Trump – Xi berikutnya, ia mengatakan bahwa resor pribadi milik Trump di Florida, Mar-a-Lago, adalah tempat yang sangat cocok.

“Presiden Trump dan Presiden Xi akhirnya harus duduk berhadapan dan menyelesaikan perjanjian akhir, karena merekalah satu-satunya yang akhirnya dapat membuat keputusan akhir”, kata Sarah.

Wakil Menteri Pertanian AS Steve Censky pada hari Rabu saat menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh industri pengisian bahan bakar mengatakan, KTT Trump – Xi mungkin diadakan pada suatu hari di bulan Maret mendatang.

Setelah KTT Trump – Xi tahun lalu, negosiator utama AS dan Tiongkok, Robert Lighthizer dan Liu He melakukan pembicaraan tatap muka untuk pertama kalinya di Washington pada 30 dan 31 Januari. Kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dan tidak mengeluarkan pernyataan bersama.

Liu He pada kesempatan itu tidak membawa agenda pembicaraan soal reformasi struktural yang disyaratkan Amerika Serikat. Ia hanya mengatakan bahwa Tiongkok setuju untuk membeli 5 juta ton kedelai AS tambahan, dan keinginannya untuk membuka pasar keuangan, melindungi hak kekayaan intelektual AS, dan mengusulkan untuk mengadakan KTT Trump – Xi  di Pulau Hainan pada akhir bulan Pebruari.

Lighthizer pada 31 Januari mengatakan meskipun ada perkembangan yang baik dalam negosiasi putaran keenam itu, tetapi masih terdapat banyak hal yang perlu penyelesaiannya. Sejauh mana tahapan yang bisa tercapai, itu baru diketahui setelah pertemuan putaran ketujuh di Beijing pada bulan Pebruari ini.

“Isu penting yang paling kami perhatikan adalah reformasi struktural, melindungi hak kekayaan intelektual AS, menghentikan transfer teknologi wajib, dan penegakan hokum,” katanya. (Sin/asr)

231 Kegiatan Fintech P2P Lending Ilegal Dihentikan

0

Epochtimes.id- Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi atau Satgas Waspada Investasi mengumumkan Pada Rabi (13/2/2019) kembali menghentikan kegiatan 231 Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Fintech Peer-To-Peer Lending) yang tidak terdaftar atau memiliki izin OJK.

Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L. Tobing meminta masyarakat untuk tidak melakukan pinjaman terhadap Fintech Peer-To-Peer Lending tanpa terdaftar atau izin OJK tersebut, agar tidak dirugikan ulah Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal tersebut.

Tongam mengatakan saat ini banyak entitas Fintech Peer-To-Peer Lending yang melakukan kegiatan melalui aplikasi yang terdapat di appstore atau playstore bahkan juga di sosial media yang tidak terdaftar dan tidak berizin dari OJK sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 sehingga berpotensi merugikan masyarakat.

Satgas Waspada Investasi telah melakukan upaya pencegahan dan penanganan yang sangat tegas terhadap Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal, dengan langkah-langkah:

  1. Mengumumkan FintechPeer-To-Peer Lending ilegal kepada masyarakat;
  2. Mengajukan blokir website dan aplikasi secara rutin kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia;
  3. Memutus akses keuangan dari FintechPeer-To-Peer Lending ilegal;
    1. Menyampaikan himbauan kepada perbankan untuk menolak pembukaan rekening tanpa rekomendasi OJK dan melakukan konfirmasi kepada OJK untuk rekening existingyang diduga digunakan untuk kegiatan Fintech Peer-To-Peer Lending 
    2. Meminta Bank Indonesia untuk melarang Fintech Payment Systemmemfasilitasi Fintech Peer-To-Peer Lending 
  4. Menyampaikan laporan informasi kepada Bareskrim Polri untuk proses penegakan hukum;
  5. Peningkatan peran Asosiasi FintechPendanaan Bersama Indonesia (AFPI) untuk penanganan Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal;
  6. Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara berkelanjutan untuk menggunakan Fintech yang legal.

Sebagai bentuk perlindungan kepada konsumen dan masyarakat secara berkelanjutan, Satgas Waspada Investasi memberikan tips kepada masyarakat yang ingin melakukan pinjaman pada Fintech Peer-To-Peer Lending yaitu:

    • Pinjam pada fintech peer-to-peer lending yang terdaftar di OJK;
    • Pinjam sesuai kebutuhan dan kemampuan;
    • Pinjam untuk kepentingan yang produktif; dan
    • Pahami manfaat, biaya, bunga, jangka waktu, denda, dan risikonya.

Saat ini, sampai Februari sudah ada 99 perusahaan fintech peer to peelending yang terdaftar dan berizin OJK. Khusus untuk perusahaan yang berizin dan terdaftar di OJK, berbagai ketentuan sudah dikeluarkan OJK dan AFPI untuk melindungi konsumen peminjam dan pemberi pinjaman.

Seperti diatur dalam POJK 77, OJK mewajibkan Penyelenggara/platform fintech lending untuk  mengedepankan keterbukaan informasi terhadap calon pemberi pinjaman dan peminjamnya agar dapat menilai tingkat risiko peminjam dan menentukan tingkat bunga.

Setiap fintech lending yang telah terdaftar/berizin dari OJK telah dilarang untuk mengakses daftar kontak, berkas gambar dan informasi pribadi dari smartphone pengguna fintech lending yang tidak berhubungan langsung dengan pengguna. Kemudian, setiap bentuk kerja sama Penyelenggara dengan pihak ketiga, antara lain kerja sama penagihan, wajib disampaikan kepada OJK untuk dilakukan penilaian apakah kerja sama dapat dilanjutkan atau tidak.

Bagi masyarakat yang sudah atau merasa dirugikan oleh kegiatan perusahaan Fintech Peer-To-Peer Lending yang tidak terdaftar atau berizin OJKSatgas menyarankan untuk segera melapor kepada pihak Kepolisian untuk segera ditindaklanjuti. (asr)

Inilah Program Kerja 99 Hari Pemerintahan Khofifah dan Emil di Jawa Timur

0

Epochtimes.id- Khofifah Indar Parawansa bersama Emil Elistianto Dardak resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/2/2019) sore.

Khofifah langsung tancap gas dengan membeberkan program kerja dalam 99 hari kepemimpinan.

Langkah yang dilakukan Khofifah dan Emil nantinya tercerminkan dalam tiga periode yakni periode 33 hari pertama, kedua dan ketiga.

Menurut Khofifah, pemerintahannya melakukan percepatan respon yang dilaporkan disampaikan oleh masyarakat. Nantinya, bisa menyatukan layanan-layanan dan termasuk adalah percepatan-percepatan respon lewat sistem disebut CETAR atau Cepat, Tanggap dan Responsif.

Apa-apa saja yang terdapat dengan CETAR, system ini terkait dengan izin Produksi Industri Rumah Tangga pangan (PIRT), terkait dengan izin POM, sertifikasi halal. Tak hanya soal perizinan semata, layanan kesehatan menjadi program prioritas percepatan respon lainnya.

Menurut Khofifah, terhadap layanan kesehatan tak hanya soal percepatan dan responsif dalam pelayanan. Pemerintahannya, memastikan masyarakat mendapatkan layanan yang baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Bagi  program pendidikan, Khofifah Indar Parawansa membeberkan saat ini Guru Tidak Tetap (GTT) yang masih PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Jawa Timur berjumlah 21.700 orang. Oleh karena itu pada 2019, semuanya sudah teratasi melalui APBD.

Dia menambahkan, hal demikian terwujud berdasarkan hasil koordinasi yang sangat pihaknya dengan Soekarwo selaku Gubernur Jatim periode 2014-2019.

Tak hanya Pendidikan, Pogram produk pesantren modern menjadi gebrakan Gubernur  Khofifah Indar Parawansa. Artinya, satu pesantren di Jawa Timur memiliki satu produk unggulan dalam masa kerja 99 hari pemerintahannya. Hal demikian dalam rangka mewujudkan perdagangan berbasis santri.

Program selanjutnya adalah bagaimana percepatan penurunan kemiskinan di pedesaan. Terkait. beban lansia di keluarga miskin, Pemprov Jatim  ingin mengikut sertakan lansia di keluarga miskin lewat PKH (Program Keluarga Harapan) Plus dalam 33 hari pertama. (asr)

Analisa Gempa 5,2 Magnitudo di Lebak, Banten, Tak Berpotensi Tsunami

0

Epochtimes.id- Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi  Gempa bumi terjadi pada Kamis (14/2/2019) pukul 06:41:52 WIB.

Menurut BMKG, pusat gempa bumi terletak pada koordinat 105,75° BT dan 7,07° LS, dengan magnitudo M 5,2 pada kedalaman 56 km, berjarak 79 km baratdaya Lebak, Banten.

The United States Geological Survey (USGS), Amerika Serikat, menginformasikan bahwa pusat gempa bumi terletak pada koordinat 105,746° BT dan 6,799° LS, dengan magnitudo M 4,9 pada kedalaman 69,6 km.

Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan pusat gempa bumi berada di perairan selatan Jawa. Tatanan tektonik wilayah dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan.

Menurut PVMBG, kejadian gempa bumi tersebut diperkirakan melanda wilayah pesisir selatan yang tersusun oleh batuan berumur Kuarter berupa batuan aluvium, gamping, dan endapan rawa.

Guncangan gempa bumi akan terasa pada batuan terlapukkan yang bersifat urai, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rentan terhadap guncangan gempa bumi.

Berdasarkan posisi pusat gempa bumi, kedalaman dan fokal mekanisme oblique normal, kejadian gempa bumi kemungkinan besar berasosiasi dengan aktifitas intraslab, bagian lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah.

Adapun dampak gempa, berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi dapat dirasakan dengan intensitas III MMI (Modified Mercalli Intensity) di Malimping, Cijaku, Panggarangan, Bayah, Ciptagelar, dan Wanasalam, serta II MMI di Pelabuhan Ratu. Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk memicu tsunami. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi kerusakan yang diakibatkan gempa bumi ini.

PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat.

“Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil,” imbau PVMG. (asr)

Anak-anak Keracunan Vaksin Meninggal Selama Perayaan Tahun Baru Tiongkok

0

Skandal kesehatan di Tiongkok dari mulai vaksin-vaksi yang dibuat dengan sembrono sampai produk-produk bayi yang tercemar tidak hanya merusak kepercayaan orang tua tetapi juga sangat merugikan banyak anak-anak bangsa. Dan sekarang, dalam dua kasus baru-baru ini, krisis yang sedang berlangsung tersebut sedang meminta lebih banyak nyawa anak-anak.

Pada saat warga Tiongkok merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga mereka, dua keluarga berduka atas kehilangan anak-anak mereka setelah mereka menerima vaksin beracun.

Seorang anak laki-laki bernama Han Xu, telah lahir pada 29 Oktober 2014. Ketika dia berusia 10 bulan, dia menerima vaksinasi kusta. Segera setelah itu, dia menjadi lemah fisiknya. Pada 8 Februari tahun ini, dia telah meninggal.

kisah bayi Han Xu  keracunan vaksin
Perawat merawat bayi di ICU Departemen Obstetri dan Ginekologi di rumah sakit anak-anak di Tiongkok. (China Photos/Getty Images)

“Saya pasti akan mencari keadilan untuk anak saya,” kata ayahnya, Han. Dia menjelaskan situasinya secara rinci kepada wartawan Epoch Times pada 11 Februari.

KISAH HAN XU

Han mengatakan bahwa setelah putranya menerima vaksinasi kusta pada tahun 2015, ia mulai menderita demam dan kejang. Dia dibawa ke unit perawatan intensif (ICU) di mana dia dirawat selama dua bulan dan sesudahnya, dibiarkan dalam kondisi vegetatif, keadaan seperti koma ditandai dengan mata terbuka dan penampilannya terjaga

Kedua orangtuanya merawatnya agar tetap hidup melalui intubasi nasogastrik menggunakan selang makanan melalui hidungnya. Setelah beberapa waktu, dia bisa tersenyum dan makan tetapi dia kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berjalan. Kekebalan tubuh Han sangat menderita dan dia secara teratur menderita demam.

Kedua orangtuanya sering membawa putra mereka ke Beijing untuk perawatan medis, membayar perawatan dari rumah sakit-rumah sakit besar di kota. Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun mereka, sebagai sebuah keluarga, dapat mengikuti tradisi pulang ke kampung halaman mereka untuk merayakan Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada 5 Februari.

kisah bayi meninggal keracunan vaksin palsu kadaluwarsa
Han Xu, setelah penderitaan, dalam foto yang tidak bertanggal. (Han family)

Tetapi sebelum Tahun Baru Imlek, anak umut empat setengah tahun itu sekali lagi menderita demam dan dikirim ke rumah sakit setempat. Han segera dipindahkan ke rumah sakit anak-anak provinsi. Namun pada saat ini, dia sudah sakit parah.

Rumah sakit mendiagnosis dia menderita virus meningitis yang parah.

Saat ini, tubuh bocah tersebut ditahan di kamar mayat dan pemerintah setempat tidak membebaskannya atau memberikan penjelasan tentang tindakan-tindakan mereka.

Han mengatakan bahwa putranya telah menjalani berbagai pemeriksaan dan tes untuk memeriksa masalah metabolisme atau masalah keturunannya. Semua tes kembali normal.

Pada setiap langkah perjuangannya, orangtua tersebut membela putranya tetapi Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak pernah mau mengakui bahwa vaksinasi kusta pada saat umur 10 bulan yang menyebabkan penyakit Han. Dokter-dokter spesialis selalu dilarang menandatangani evaluasi apa pun yang mereka lakukan terhadap bocah tersebut.

“Saya sudah mengikuti prosedur yang tepat, dan mereka mengabaikan saya,” kata Han. “Untuk merawat anak kami, kami telah kehilangan pekerjaan; kami hanya bisa mengandalkan pekerjaan serabutan untuk menghasilkan uang yang cukup untuk bertahan hidup. Kami dari pedesaan dan keluarga kami tidak kaya, dan sejak saat itu, putra kami jatuh sakit.

“Sampai sekarang, kami telah menghabiskan lebih dari satu juta yuan (US$150.000).”

Han berkata bahwa mereka tidak hanya menggadaikan rumah mereka tetapi mereka juga mengambil lebih banyak pinjaman. Dia mengatakan bahwa PKT telah mengklaim setiap kali anak laki-laki tersebut menderita demam yang 80 persen dari biaya medis akan dikembalikan kepada orang tua. Ini tidak pernah menjadi kenyataan.

Setiap penggantian yang diterima sangat kecil dibandingkan dengan biaya keseluruhan, kata Han.

“Saya pasti akan mengambil tindakan hukum untuk anak saya. Saya akan menemukan departemen yang terlibat, dan saya akan membela hak anak saya.

“Ketika putra saya lahir, dia benar-benar sehat. Ketika dia menjalani vaksinasi, dia menjadi seperti ini, dan sekarang dia telah pergi.

“Bagaimana saya bisa mengatasi ini? Saya tidak akan melupakan ini!”

KISAH HE SHANGZE

Anak lain yang berumur empat setengah tahun bernama He Shangze, juga mengalami efek samping yang merugikan setelah menerima vaksinasi.

Setelah intervensi medis untuk menyelamatkan hidupnya tidak efektif, anak itu meninggal pada 10 Februari. Orang tuanya tidak dapat dihubungi untuk wawancara.

Menurut dokumen publik yang diperoleh pada Agustus 2018, He telah menerima vaksinasi untuk Polio dan DPT (difteri, batuk rejan, dan tetanus) pada 28 Oktober 2014. Malam berikutnya, bayi itu kembali ke rumah sakit dengan demam tinggi dan menjadi shock atau renjatan. He dikirim ke ICU dan dokter mendiagnosis dia menderita meningitis.

Ibunya, Gao Li, curiga bahwa itu adalah masalah yang terkait dengan vaksinasi. Pada bulan Maret 2015, kelompok spesialis dapat menentukan bahwa penderitaan He Shangze adalah reaksi terhadap vaksin beracun.

ORANGTUA BEREAKSI

Banyaknya kasus susu bubuk yang tercemar meninggalkan ketakutan yang tersisa di antara para orangtua di Tiongkok daratan. Sekarang, mereka dibebani dengan kekhawatiran tambahan tentang vaksin beracun.

keracunan vaksin palsu
Seorang dokter menyuntik bayi dengan vaksin. (FRED TANNEAU / AFP / Getty Images)

Berita tentang dua kematian anak-anak ini membuat para orangtua yang lain sangat khawatir tentang anak-anak mereka sendiri yang juga telah divaksinasi.

Saalah satu orangtua meninggalkan pesan yang mengatakan, “Saya tidak bisa berhenti menangis. Kita semua adalah ibu dari anak-anak. Rasa sakit semacam ini membanjiri hati orang.

“Anak-anak di negara ini [Tiongkok] tidak beruntung. Susu bubuk tercemar, vaksin beracun, perdagangan anak, makanan berbahaya, polusi, dan sistem pendidikan cuci otak ini sedang menunggu mereka. Jika Anda tidak berhati-hati, maka Anda akan terinfeksi.

“Dari mulai tubuh sampai jiwa seseorang, setiap aspek hancur. Apakah ada negara lain di dunia ini yang sebegitu berbahaya?”

Orang tua yang anaknya juga menderita akibat vaksin polio dan DPT beracun dengan menyindir mengatakan bahwa ini bukan surga yang kejam. Itu adalah “kehangatan” sosialisme.

Salah satu orangtua juga mengklaim bahwa statistik kesehatan di seluruh negeri telah dipalsukan. Dia mengatakan bahwa di satu daerah saja, sekitar 20.000 anak telah diberikan vaksin kadaluwarsa dan banyak anak sekarang yang lumpuh.

Yang tidak kalah menakutkan, otoritas PKT, bukannya memberikan penawar hati dan penyembuhan, malah telah bereaksi dengan penindasan yang keras terhadap masalah ini. (ran)

Video pilihan:

FDA: Obat-obat Tiongkok Mengandung Unsur Kanker, Ditarik Dari Peredaran

https://www.youtube.com/watch?v=_k2pBwnP3x4

https://www.youtube.com/watch?v=_k2pBwnP3x4