Epochtimes.id- Televisi milik pemerintah Iran Senin (1/1/2018) menyebut protes skala nasional di Iran dengan nama “pemerotes bersenjata”.
Warga yang berunjuk rasa juga disebut mencoba menguasai pangkalan militer dan kantor polisi sebelum pasukan keamanan menghalau pengunjuk rasa sehingga jumlah korban tewas dalam kerusuhan mencapai 12 orang.
Unjuk rasa besar-besaran melibatkan puluhan ribu orang. Aksi protes merupakan tantangan bagi kepemimpinan Iran sejak kerusuhan pro-reformasi pada tahun 2009. Seruan untuk demonstrasi lebih lanjut pada Senin meningkatkan kemungkinan ketidakstabilan yang berkepanjangan.
Televisi pemerintah Iran menyiarkan rekaman sebuah bank swasta yang dijarah, jendela yang rusak, mobil-mobil yang terbalik dan sebuah firetruck yang tampak terbakar. Dilaporkan bahwa bentrokan pada Minggu malam menewaskan 10 orang.
“Beberapa pemerotes bersenjata mencoba untuk mengambil alih beberapa kantor polisi dan pangkalan militer namun menghadapi perlawanan serius dari pasukan keamanan,” demikian dilaporkan TV pemerintah. Namun demikian, TV Pemerintah Iran ini tak mengatakan di mana serangan tersebut terjadi.
Kemudian Senin, TV pemerintah mengatakan bentrokan membunuh enam orang di kota Tuyserkan, barat daya, 295 km barat daya Teheran. Dikatakan bentrokan di kota Shahinshahr, 315km selatan Teheran, menewaskan tiga lainnya. Namun demikian, TV pemerintah Iran tak mengatakan di mana 10 korban yang terbunuh.
Sebelumnya Senin, kantor berita semi-resmi ILNA mengutip Hedayatollah Khademi, seorang pejabat kota Izeh, yang mengatakan bahwa dua orang meninggal di sana pada Minggu malam. Akan tetapi pejabat ini mengatakan penyebab kematian belum diketahui.
Dua pemerotes juga tewas dalam bentrokan Sabtu malam di Doroud, sekitar 325 km barat daya Teheran di provinsi Lorestan seperti dikatakan pihak berwenang sebelumnya.
#Iran protesters rally again despite warning of crackdown https://t.co/m3Erpegct4
— Middle East Monitor (@MiddleEastMnt) 1 Januari 2018
Iran adalah negara produsen minyak utama. Namun demikian frustrasi rakayat telah berkembang di dalam negeri sementara negara terlibat di Suriah dan Irak.
Intervensi pemerintah Iran juga memicu kemarahan di negara tersebut karena orang Iran ingin para pemimpin mereka menciptakan lapangan kerja alih-alih terlibat dalam perang proxy yang mahal.
Pernyataan yang tidak ditandatangani di media sosial mendesak warga Iran untuk berdemonstrasi lagi di ibukota Teheran dan 50 pusat kota lainnya.
Kerusuhan tersebut meletus di kota kedua Masyhad melawan kenaikan harga namun dengan cepat menyebar dan berubah menjadi demonstrasi politik.
Beberapa orang meminta Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk turun dan meneriakkan sebuah pemerintahan yang mereka gambarkan sebagai pencuri.
Demonstran mengatakan mereka marah atas korupsi dan kesulitan ekonomi di sebuah negara di mana pengangguran kaum muda mencapai 28,8 persen tahun lalu.
Protes berlanjut pada hari Minggu malam meski Presiden Hassan Rouhani meminta tetap tenang. Dalam sambutan yang disampaikan di TV pemerintah, dia mengatakan bahwa rakyat Iran memiliki hak untuk mengkritik pihak berwenang. Rohunai memperingatkan adanya tindakan keras.
“Pemerintah tidak akan menunjukkan toleransi bagi mereka yang merusak properti publik, melanggar ketertiban umum dan menciptakan keresahan di masyarakat,” kata Rouhani.
Polisi di pusat Teheran menembakkan meriam air pada Minggu untuk mencoba membubarkan demonstran seperti beredar di media sosial. Demonstrasi berbalik menjadi kekerasan di Shahin Shahr di Iran tengah. Video menunjukkan pemerotes menyerang polisi, membalikkan mobil dan menyalakannya. Reuters tak bisa segera memverifikasi keaslian rekaman tersebut.
Ada juga laporan demonstrasi di kota-kota barat Sanandaj dan Kermanshah serta Chabahar di tenggara dan Ilam dan Izeh di barat daya.
Protes skala besar tersebut merupakan yang terbesar sejak kerusuhan di tahun 2009 yang diikuti oleh pemilihan kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Video menunjukkan orang-orang di Teheran tengah meneriakkan: “Turun dengan diktator!” Dalam referensi yang jelas mengarah kepada Khamenei.
Pengunjuk rasa di Khorramabad di Iran barat berteriak: “Khamenei, Shame on you, tinggalkan negara ini sendirian!”
Pemerintah mengatakan untuk sementara membatasi akses ke aplikasi pesan Telegram dan Instagram. TV Pemerintah Iran juga melaporankan bahwa akses mobile ke Internet diblokir di beberapa daerah.
“Iran gagal di setiap tingkat meskipun kesepakatan mengerikan dilakukan dengan mereka oleh pemerintahan Obama,” Presiden AS Donald Trump dalam tweet pada Senin.
“Orang-orang besar Iran telah mengalami tekanan selama bertahun-tahun. Mereka lapar akan makanan dan kebebasan. Seiring dengan hak asasi manusia, kekayaan Iran sedang dijarah. Time for Change,!” tulis Trump.
Menteri Intelijen Israel Israel Katz pada Senin menyuarakan dukungan untuk demonstrasi tersebut. Namun demikian mengatakan bahwa kebijakan Israel tidak terlibat dalam internal Teheran. (asr)
Sumber : Arabnews/Reuters