EpochTimesId – Pasar saham Amerika Serikat (AS) meningkat tajam sejak pemilu tahun lalu. Namun, reformasi perpajakan tidak sesuai dengan harapan, dan lolosnya undang-undang akan memberi dorongan pasar. Demikian dikatakann Direktur Utama Morgan Stanley.
“Jika tidak ada yang dilakukan pada pajak perusahaan, itu akan menjadi kekecewaan besar,” kata James Gorman, CEO perusahaan finansial terkemuka AS.
James Gorman dalam sebuah diskusi panel pada pertemuan tahunan Institute of International Finance (IIF) di Washington mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki tingkat pajak penghasilan tertinggi di antara negara maju. Jika kebijakan pajak perusahaan tidak direvisi, maka itu akan merugikan pasar ekuitas.
Menurut rencana reformasi perpajakan yang diumumkan oleh Pemerintahan Donald Trump, batas atas tarif pajak perusahaan akan dipangkas dari 35 persen menjadi 20 persen. Angka ini di bawah rata-rata pajak perusahaan dunia sebesar 22,5 persen.
Presiden Trump menjanjikan reformasi pajak dan deregulasi. Janji itu telah meningkatkan optimisme bisnis sejak dia terpilih. Kondisi tersebut juga mendorong perusahaan untuk berinvestasi dan mempekerjakan lebih banyak orang di Amerika Serikat. Dunia bisnis dinilai merespon positif usaha yang signifikan dalam deregulasi.
Meski optimisme bisnis meningkat, pasar masih pesimistis dengan kemungkinan RUU reformasi pajak. “Market mendiskontokan reformasi pajak. Jika kita melakukan reformasi pajak, pasar akan memiliki bantuan besar. Kita harus menyelesaikannya. Kita perlu menyederhanakan, kita harus lebih kompetitif, kita perlu memodernisasinya,” kata Laurence Fink, chairman dan CEO BlackRock.
Dia yakin pasar saham AS memiliki kualitas lebih baik jika dibandingkan dengan pasar ekuitas negara lain. Sebab, kualitas perusahaan AS dinilai lebih baik.
“Jika kita memiliki kebijakan pajak modern yang bagus dengan tarif pajak efektif yang jauh lebih rendah daripada negara lain, Saya pikir pasar ekuitas AS akan diperdagangkan dengan premi lebih besar lagi,” sambungnya.
Nilai saham rata-rata Dow Jones Industrial telah melonjak hampir 25 persen sejak pemilihan presiden. Dow Jones diperdagangkan pada posisi tertinggi sepanjang masa pada tahun 2017.
“AS telah memperoleh nilai Pasar Saham lebih dari 5,2 triliun dolar sejak Pemilu!” Tulis Donald Trump di Twitter pada 16 Oktober.
Menurut James Gorman, fundamental kuat dan earning positif telah mengangkat pasar tahun ini. “Ini bukan kejutan. Perekonomian berjalan lebih baik. Penghasilan lebih baik. Jadi pada kelipatan yang sama, pasar akan lebih baik,” jelasnya.
Sementara itu CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengatakan sistem pajak yang lebih kompetitif akan menarik lebih banyak investasi di negara ini. Sehingga pada akhirnya akan mendorong naiknya lapangan pekerjaan dan pertumbuhan upah.
“Empat triliun dolar (AS) telah diinvestasikan ke luar negeri. Potongan besar itu apakah mungkin dibawa kembali (ke AS), apakah berpeluang untuk kembali kemari?” kata Dimon pada panel IIF.
Perusahaan lebih memilih untuk menyimpan uang mereka di luar negeri daripada menginvestasikannya kembali di Amerika Serikat di bawah sistem saat ini. Sebab kebijakan pajak saat ini mengenakan pajak penghasilan asing segera setelah mereka dipulangkan.
Rencana reformasi perpajakan tersebut mengusulkan adanya pergeseran dari sistem pajak di seluruh dunia ke sistem pajak teritorial untuk mencegah pajak berganda atas pendapatan luar negeri dan menciptakan lapangan kerja bagi perusahaan Amerika.
“Membangun pabrik di sini versus membangun pabrik di wilayah yurisdiksi 15 persen adalah selisih ekuitas sebesar 50 persen,” kata Dimon.
Sistem pajak AS juga menempatkan perusahaan-perusahaan Amerika pada posisi yang kurang menguntungkan di pasar merger dan akuisisi global. Amerika Serikat telah kehilangan hampir 5.000 perusahaan dan $US 510 miliar aset bisnis dalam 12 tahun terakhir, menurut sebuah studi yang dikeluarkan oleh Ernst & Young (EY).
Laporan EY memperkirakan bahwa dengan tarif pajak penghasilan badan sebesar 20 persen, perusahaan AS bisa menjadi perusahaan pengakuisisi bersih dalam merger dan akuisisi lintas batas.
Eksekutif bank juga meminta keberpihakan peraturan perundang-undangan. Meskipun bank-bank AS lebih baik dikapitalisasi hari ini, mereka percaya bahwa memperbaiki Undang-Undang yang mendukung stabilitas keuangan atau Dodd-Frank sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi.
“Kita tidak perlu mengulang dan menulis ulang semua peraturan. Kami hanya perlu membuat beberapa perubahan yang masuk akal yang memungkinkan sistem keuangan ini sehebat yang dibutuhkan,” kata Gorman.
Gorman mengatakan masuk akal untuk memiliki mekanisme seperti tes stres dan ulasan berkala untuk menghindari krisis keuangan. “Pertanyaannya adalah, seperti apa ulasan periodik itu? Dalam kasus kami ini adalah 45.000 halaman,” katanya.
Undang-undang Reformasi dan Perlindungan Konsumen seperti Dodd-Frank Wall Street adalah seperangkat peraturan perbankan yang kompleks, yang diundangkan pada tahun 2010 oleh pemerintahan Obama. UU itu dirancang untuk mencegah terulangnya krisis keuangan tahun 2008. Namun, tindakan tersebut menambahkan lapisan kompleksitas pada struktur peraturan keuangan, meningkatkan biaya peraturan, dan mempengaruhi ekonomi secara negatif.
“Tidak ada perusahaan besar yang meminta penulisan ulang Dodd-Frank. Tapi dibutuhkan kalibrasi. Perusahaan menghabiskan miliaran dolar, dan kami tidak melihat manfaat positif bagi pemerintah AS,” timpal Dimon.
Perundang-undangan tersebut, yang bertujuan untuk mengakhiri gagasan ‘terlalu besar untuk gagal’ malah melukai bank kecil, usaha kecil, dan konsumen. Lebih dari 900 bank masyarakat telah bergabung dengan bank lain, atau malah gagal bertahan dalam tiga tahun terakhir. (waa)