Home Blog Page 415

Tiongkok Mengubah Sebutan COVID-19 Menjadi Influenza Tipe A ? Dokter : Gejala “Paru-Paru Putih” Serius

oleh Luo Tingting

Baru-baru ini banyak orang di Tiongkok mengalami demam, sampai sekolah-sekolah diliburkan, dan pembelian panik obat mengatasi demam kembali terjadi. Pejabat mengklaim bahwa ini adalah “influenza” atau “flu”, bukan lagi COVID-19. Tetapi sejumlah warga menduga bahwa pihak berwenang dengan maksud tertentu telah mengubah nama COVID-19 menjadi “influenza”. Namun, beberapa dokter Tiongkok memperingatkan bahwa “Influenza” juga bisa menyebabkan “paru-paru putih”, bahkan gejalanya bisa serius.

“Flu Juga dapat Menyebabkan paru-paru putih” jadi pencarian panas di Internet

Pada 27 Februari, entri “Dokter menyebut influenza juga dapat menyebabkan paru-paru putih” muncul di pencarian trending Weibo. Tercatat pada 28 Februari pukul 15:00, jumlah penayangan telah mencapai lebih dari 120 juta.

Dr. Hu Yang, Wakil Direktur Unit Bagian Pernafasan di Rumah Sakit Paru Kota Shanghai, pada 22 Februari memperingatkan di Weibo bahwa virus influenza juga dapat menyebabkan paru-paru memutih dalam skala besar, dan kasusnya cukup serius.

Digambarkan bahwa pasien yang mengalami gejala batuk, berdahak, dispnea atau sesak napas, dan hipoksemia, sebaiknya segera berobat ke rumah sakit. Bagi mereka yang gejalanya parah bahkan perlu dirawat di ICU, dan sejumlah kecil pasien perlu Intubasi endotrakeal.

Pada 27 Februari, media Tiongkok “yicai” yang mengutip ucapan Dr. Zhang Zhenhua, Direktur Penyakit Dalam (penyakit menular) Rumah Sakit Afiliasi Kedua Universitas Kedokteran Anhui memberitakan, bahwa tingkat rawat inap dan kematian bagi orang berusia lanjut yang terinfeksi virus “influenza” dapat meningkat dari 10 hingga 100 kali lipat.

“Jika terinfeksi virus ‘influenza’ bersamaan dengan virus pernapasan lain seperti virus COVID-19, maka risiko terjadinya gangguan pada pernapasan bawah akan semakin meningkat”, tulis Dr. Zhang Zhenhua.

Menjelang pertemuan Dua Sesi, pasien demam melonjak di seluruh negeri

Menjelang pertemuan Dua Sesi Partai Komunis Tiongkok, para siswa di Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan tempat-tempat lain mengalami demam kolektif, sehingga banyak sekolah diliburkan. Warga masyarakat khawatir bahwa epidemi COVID-19 akan kembali mencapai puncak baru.

Namun, kecuali dua sekolah di Kota Hangzhou yang pertama kali meliburkan sekolah bagi murid-muridnya. Hampir semua pejabat yang berwenang mengklaim bahwa demam yang dialami para siswa itu adalah akibat virus “influenza”.

Menurut laporan terbaru WHO, bahwa peningkatan angka infeksi influenza di Tiongkok pada bulan Februari 2023 terkait dengan penularan simultan dari dua subtipe virus influenza A. Dengan meningkatnya secara tiba-tiba jumlah pasien demam, entri terkait “flu” terus muncul di pencarian panas Weibo, dan obat “oseltamivir” sampai habis di pasar akibat diborong warga.

Komentar para warganet antara lain : “Flu sedang merajalela, anak saya bahkan juga setengah dari siswa kelasnya di sekolah terserang”. “Banyak siswa yang sekelas anak saya tidak masuk sekolah, begitu banyak anak yang terkena ‘flu’ secara bersamaan, sungguh baru kali ini saya alami”. “Tiba-tiba 20 orang anak TK dalam satu kelas mengalami demam dalam dua hari. Tidak pernah terjadi di masa lalu (kecuali saat COVID-19).”

“Sedih saya melihat anak-anak mengalami demam dan sakit. Kemarin pagi, ada 11 orang anak yang tidak masuk sekolah, dan jumlahnya bertambah menjadi 17 orang pada sore harinya. Hari ini, setelah melihat video yang diposting seorang guru bernama Xiao Liu, siswa di kelas tinggal setengahnya. Gurunya juga ikut terkena demam, liburkan saja pelajaran, supaya masing-masing bisa dirawat di rumah”.

Sebuah video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa banyak anak yang demam sedang berobat di Rumah Sakit Kota Liaoyuan, Provinsi Jilin.

Seorang wanita warga Kota Changchun mengungkapkan, bahwa banyak taman kanak-kanak di kota telah ditutup, tampak gelombang epidemi telah muncul kembali.

Pada 27 Februari, sebuah video menggambarkan situasi di Tiongkok yang beredar di Twitter. Di mana seorang pria sedang mengantar seorang anak tetangganya yang berusia 9 tahun ke rumah sakit untuk berobat. Terlihat rumah sakit tersebut telah dipenuhi oleh anak-anak yang berobat. Untuk itu mereka terpaksa mengantri selama 4 jam sebelum mendapat giliran menemui dokter. Hasil diagnosis menyebutkan bahwa anak tersebut menderita influenza tipe A dan diberikan obat resep. Rawat inap di rumah sakit tidak dimungkinkan karena penuh.

Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak yang mengalami gejala demam. Netizen bernama “Daohan” menuliskan komentarnya : “Penyebarannya sangat cepat. 5 dari 10 orang rekan sekantor semua terserang flu. Satu dari mereka mengalami demam sampai 40℃. Saya sendiri 39℃. Bahkan obat ibuprofen pun tidak bisa mengatasi keluhan”.

Netizen bernama “Pengacara Lei Jiamao” : “Badan terasa lemas dan nyeri, tenggorokan sakit, pusing saat menggelengkan kepala. Meski demam ringan hanya sedikit di atas 37℃. Tetapi saya merasakan gejala kali ini lebih tidak nyaman daripada COVID-19. Saya curiga apakah kembali positif COVID-19, tetapi antigen menunjukkan negatif”.

“Axiba 68” : “Saya juga terserang ‘flu’ yang gejalanya tidak berbeda dengan COVID-19”.

“COVID-19 berganti nama menjadi influenza tipe A”

Karena peningkatan tajam dalam jumlah orang yang terserang demam, masyarakat khawatir akan kebangkitan kembali epidemi virus Partai komunis Tiongkok (COVID-19). Wang Baozeng, Direktur Unit Penyakit Menular Rumah Sakit Tiantan Beijing yang berafiliasi dengan Capital Medical University, mengatakan kepada media bahwa kemungkinan orang terinfeksi secara bersamaan virus H1N1 dan virus COVID-19 sangat kecil. Tetapi keterangannya itu justru mengundang cemooh netizen : “Harap pakar bisa mengurangi bicara”. “Tidak mendengarkan ‘saran’ ahli malah bisa hidup lebih lama.”

Dokter Tiongkok Hu Yang baru-baru ini memposting video di media sosial yang menyebutkan : Masih ada banyak pasien rawat jalan dengan gejala terkait COVID-19 yang mendatangi klinik. Disarankan kepada pasien yang mengalami gejala terus-menerus, agar tidak mengabaikannya dan segera berobat. “Hari ini ada lebih dari 100 orang pasien yang menemui saya. Dan hampir 70 dari mereka datang dengan keluhan seperti pasien yang pulih dari COVID-19.”

Banyak netizen berkomentar : “Tindakan perlindungan masih sangat diperlukan. Terlalu banyak orang yang mengalami positif ulang”. “Belakangan ini, banyak orang di sekitar saya yang mengalami positif ulang. Semoga saja kita terbebas dari ancaman itu”.

Ada netizen menduga bahwa karena Dua Sesi PKT sebentar lagi akan diadakan, jangan-jangan pihak berwenang menggunakan “influenza” untuk menutupi munculnya gelombang baru epidemi COVID-19. “Apakah tidak mungkin mengganti COVID-19 dengan influenza tipe A ?”

Yue Shan, seorang komentator politik mengatakan kepada NTDTV : “Apa yang PKT lakukan sekarang adalah menjaga stabilitas politik. Terlepas dari Kongres Nasional ke-20 sebelumnya atau Dua Sesi yang segera akan berlangsung, dan masih akan terus ada di masa mendatang. Oleh sebab itu, PKT tidak akan pernah berhenti membual. Dengan mencari cara, mengganti nama untuk menutupi kesalahan. Jelas, bawahan tidak berani melaporkan, terutama karena Xi Jinping sendiri pernah menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok berhasil menciptakan keajaiban dalam mengatasi epidemi COVID-19.” (sin)

Gejala Demam Massal Pecah di Beijing, Orang-orang Kembali Berburu Obat Hingga Stok Oseltamivir Ludes

0

Chen Jie dan Wang Yanqiao – NTD

Baru-baru ini, orang-orang di Beijing dan Shanghai diguncang oleh serentetan demam massal, dengan beberapa penyakit bersamaan. Pada saat yang sama, terjadi lagi perburuan besar-besaran untuk membeli obat-obatan di Tiongkok.

Orang Tiongkok: “Ketika saya terjangkit influenza A dan ditambah efek lanjutan dari COVID, seluruh dada saya terasa sakit saat batuk. Keluarga seorang rekan kerja terinfeksi, dan gejala yang dialami orang tua  sangat parah.

Beberapa orang mengatakan bahwa mereka, teman dan kolega mereka dicurigai tertular influenza A, dan tingkat penularannya tinggi. Sebagai akibat dari kurangnya transparansi dalam informasi yang diberikan oleh pihak berwenang Tiongkok, terjadi gelombang baru perburuan obat di kalangan masyarakat umum, dengan banyak apotek yang kehabisan stok obat Oseltamivir.

Masyarakat Tiongkok: “Obat anti-flu Oseltamivir sudah habis di banyak tempat. Intensitas wabah influenza musiman di Beijing telah meningkat akhir-akhir ini, dan beberapa sekolah serta fasilitas penitipan anak menderita demam yang disebabkan oleh infeksi virus influenza A.

Penjual obat di apotek Tiongkok berkata : “Flu telah sangat lazim di Changsha akhir-akhir ini. Obat ini, Oseltamivir dan Oseltamivir Phosphate, tetapi tidak tersedia. Toko obat dan rumah sakit kehabisan stok, mereka tak bisa mendapatkannya.

Oseltamivir Phosphate

Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Beijing melaporkan bahwa kasus “influenza A” yang dilaporkan melebihi kasus COVID. Pada 25 Februari saja, jumlah pencarian dan laporan untuk “influenza A” melebihi 70.000, mencapai peringkat pertama, dan pada  27 Februari, frasa “dokter mengatakan bahwa influenza A juga dapat menyebabkan paru-paru putih” telah ditonton lebih dari 57 juta kali.

Warga Beijing, Tuan Zou berkata : “Saya khawatir akan ada gelombang (epidemi) lagi, bagaimana orang-orang dapat membuktikannya, ketika Anda pergi ke rumah sakit, dia akan memberitahu Anda apa itu pilek dan flu. Setelah Anda terinfeksi corona Anda takut, pada saat itu mengatakan Gelombang pertama, gelombang kedua, dan gelombang ketiga semuanya telah disebutkan pada saat itu. Bisakah kita tidak curiga? wajar jika hal ini menjadi topik hangat.”

Sebelumnya, ada laporan tentang kasus demam tinggi yang meningkat di banyak sekolah dasar dan menengah di Tiongkok. Para  netizen bertanya-tanya apakah gelombang baru COVID-19 akan datang.

Warga Tiongkok: “Beberapa waktu lalu, banyak orang masih mengatakan bahwa orang-orang memiliki antibodi dan perlindungan kekebalan tubuh, dan wabah ini menghilang secara ajaib. Namun dalam dua hari terakhir, dua sekolah di Hangzhou telah positif terjangkit wabah baru, dan banyak tempat  melaporkan terjadinya demam, sehingga membuat orang-orang kembali cemas. Apakah puncak infeksi gelombang kedua akan tiba?” (hui)

Persiapan Perang ? Kongres Rakyat Nasional Ubah UU. Agar Militer Tiongkok Berhak Terapkan Hukum Acara Pidana di Masa Perang

0

oleh Zhang Danxia dan Liu Fang – NTD

Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok pada 24 Februari mengeluarkan keputusan tentang “Penerapan Hukum Acara Pidana Nasional Bagi Militer Selama Masa Perang” yang telah disahkan dan mulai berlaku. Para ahli berpendapat bahwa ini adalah persiapan perang dari aspek hukumnya, dan sekaligus untuk mempersempit hak kebebasan bicara rakyat.

Menurut laporan kantor berita resmi Partai Komunis Tiongkok “Xinhua”, bahwa pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional yang diadakan pada 20  Februari telah mengesahkan sebuah keputusan mengenai penyesuaian beberapa ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, dan memberi hak kepada militer Tiongkok untuk diterapkan di masa perang yang berlaku mulai 25 Februari 2023. RUU ini dari mulai diusulkan hingga implementasinya hanya butuh waktu 3 hari.

Isi keputusan tersebut menunjukkan bahwa di masa perang, militer Tiongkok dapat mengambil alih peradilan, dapat menyesuaikan beberapa ketentuan khusus seperti semua prosedur hukum yang berlaku pada “Hukum Acara Pidana Republik Rakyat Tiongkok” yang prosedur khususnya akan ditetapkan oleh Komisi Militer Pusat.

Tang Jingyuan, komentator politik yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan : “Dengan pemberlakuan UU ini maka militer Tiongkok dalam periode khusus masa perang ini dapat menangani semua yang diatur dalam Hukum Acara Pidana RRT. Mulai dari yurisdiksi kasus hingga penangkapan, pengarsipan, dan pelaksanaan vonis kasus. Hak-hak ini dari A sampai Z berada dalam genggaman satu tangan militer.”

Misalnya, kata Tang Jingyuan bahwa begitu keadaan perang diumumkan, siapa pun yang mengungkapkan pendapat berbeda di masyarakat atau lewat Internet, ia bisa langsung ditangkap oleh tentara. Karena semua prosedur hukum sudah dipegang dan diputuskan oleh Komisi Militer, jadi dalam beberapa jam saja beberapa orang militer sudah dapat memutuskan hidup atau matinya seseorang.

Lai Jianping, Magister Hukum Internasional, Universitas Ilmu Politik dan Hukum Tiongkok mengatakan : “Sudah sangat jelas bahwa ini adalah langkah-langkah PKT untuk mempersiapkan perang dengan Taiwan. Ia (PKT) telah membentuk sistem hukum yang lengkap guna memfasilitasinya. Sehingga sejak hari pertama invasi ke Taiwan diumumkan nantinya, PKT sudah memiliki apa yang disebut ‘lingkungan hukum’ guna melayani perang agresinya. Agar para prajuritnya tidak membangkang, memaksa mereka menjadi umpan meriam.”

Lai Jianping mengatakan bahwa dalam masyarakat sipil yang diatur oleh penegakan hukum militer, rakyat (termasuk tentara) hanya dapat mengikuti jalan yang diarahkan, tidak mungkin memiliki kebebasan berbicara. (sin)

Menkeu AS Kunjungi Ukraina, Umumkan Bantuan Uang USD.1,25 Miliar

oleh Lin Yan

Menteri Keuangan AS Janet Yellen melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina pada Senin (27/2) dan mengumumkan bantuan stimulus ekonomi tambahan sebesar USD.1,25 miliar. Langkah itu dimaksudkan untuk menggarisbawahi dukungan AS yang berkelanjutan kepada Ukraina setelah 1 tahun invasi Rusia.

Dana tersebut merupakan bagian pertama dari total hampir USD.10 miliar dukungan anggaran yang dijanjikan oleh Amerika Serikat kepada Ukraina yang ditransfer pada tiga kuartal pertama tahun 2023. Demikian menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan AS.

Yellen bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan meletakkan karangan bunga di Lapangan St. Michael di Kiev untuk mengenang rakyat Ukraina yang tewas dalam perang. Dia juga mengunjungi sekolah lokal yang telah menerima bantuan anggaran AS.

Yellen menekankan bahwa bantuan ekonomi dari Amerika Serikat dan sekutunya membantu menjaga pemerintah Ukraina dan layanan utama agar tetap bisa beroperasi secara normal dan pada gilirannya “memperkuat kemampuan Ukraina untuk menang di medan perang”.

“Kami akan mendukung Ukraina selama diperlukan”, kata Yellen dalam pertemuan bilateral dengan Zelensky pada Senin (27/2).

Dia juga menambahkan : “Amerika Serikat bangga menjadi donor bilateral terbesar bagi Ukraina.”

Hingga saat ini, Amerika Serikat telah memberi Ukraina bantuan keamanan, ekonomi, dan kemanusiaan senilai hampir USD.50 miliar. Tetapi dukungan ekonomi AS yang terus berlanjut untuk Ukraina telah menjadi masalah politik dalam negeri.

Melalui sebuah pernyataan Zelensky berterima kasih kepada Amerika Serikat. “Sejak hari pertama perang ini, (Amerika Serikat) sangat mendukung kami, tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan dukungan finansial”, demikian isi pernyataan itu.

Yellen mengatakan pada Senin bahwa Amerika Serikat bekerja sama dengan sekutu melalui Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, juga dengan Bank Dunia, Komisi Eropa, dan anggota lain dari G7 untuk menjamin agar infrastruktur dasar dan rantai pasokan Ukraina dapat berfungsi normal. Sementara itu, dia menekankan bahwa Amerika Serikat berharap kepada IMF dapat bergerak cepat untuk menciptakan sebuah program ambisius yang didanai dengan baik bagi Ukraina.

Janet Yellen juga menekankan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak akan berhenti menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, supaya dapat “melemahkan mesin perang Rusia” dan membatasi kelanjutannya untuk membiayai perangnya.

Yellen baru saja mengakhiri pertemuan Menteri Keuangan G20 di India. Dalam sebuah wawancara dengan Axios pada bulan Januari, dia mengakui bahwa sanksi terhadap Rusia tidak mempengaruhi nilai rubel, tetapi mengatakan : “Tujuan dari sanksi kami adalah merusak kemampuan mereka untuk berperang.”

“Mereka mengais suku cadang pesawat yang layak digunakan karena mereka tidak dapat membeli suku cadang untuk memperbaiki pesawat. Mereka memiliki dua pabrik tank terbesar tetapi tidak dapat memperbaiki tank yang rusak (karena kekurangan suku cadang),” katanya. (sin)

Khawatir dengan Meluasnya Sengketa Perdagangan AS – Tiongkok, Asing Memperlambat Investasi di Tiongkok

0

oleh Chen Ting

Sebuah survei menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dua tahun terakhir, ketegangan perdagangan AS – Tiongkok semakin memengaruhi perusahaan asing di Tiongkok, sehingga mereka ragu untuk melakukan investasi besar karena kekhawatiran terhadap risiko.

Kamar Dagang Amerika di Tiongkok Selatan (AmCham in South China) menyebutkan bahwa sekitar 90% perusahaan yang disurvei percaya bahwa sengketa perdagangan AS – Tiongkok “sangat mungkin” atau paling tidak “mungkin” meluas tahun ini, dan 64% dari responden perusahaan memperkirakan bahwa sengketa AS – Tiongkok akan berdampak pada bisnis mereka selama lebih dari dua tahun.

Laporan yang dirilis pada Senin (27 Februari) menunjukkan (tautan) bahwa pengenaan tarif AS pada komoditas Tiongkok tahun lalu telah berdampak negatif sebesar hampir 60% terhadap perusahaan AS di Tiongkok Selatan, meningkat terus dari tahun 2021 yang 55%, dan tahun 2020 yang 53%.

Sebelum otoritas Tiongkok sepenuhnya melonggarkan kebijakan Nol Kasus, kamar dagang tersebut telah mensurvei 210 perusahaan pada Desember 2022. Di antara responden ada 40% perusahaan yang kepemilikan sepenuhnya adalah asing, 18% adalah perusahaan patungan, dan 38% adalah perusahaan Tiongkok. 40% responden adalah perusahaan besar dengan lebih dari 250 karyawan.

Ada pun perusahaan yang berpartisipasi dalam survei : 28% berasal dari Amerika Serikat, 25% dari Eropa, Kanada, Hong Kong atau Makau dan Asia Tenggara, 43% adalah perusahaan Tiongkok.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa dampak negatif dari tarif Tiongkok juga menunjukkan peningkatan pada tahun 2022, meningkat sekitar 5% dari tahun ke tahun. Tetapi laporan itu mengatakan bahwa dampaknya masih relatif lebih ringan ketimbang tarif AS.

Perusahaan memperlambat ekspansi bisnis di Tiongkok, enggan berinvestasi besar

Laporan itu mencatat bahwa surplus perdagangan Tiongkok dengan Amerika Serikat menggelembung ke rekor $877,6 miliar tahun lalu. Investasi asing langsung di Tiongkok mencapai USD.189,13 miliar, meningkat 8% YoY. Namun, karena ketidakpastian pasar dan risiko investasi, mulai 2022, perusahaan berhati-hati dengan investasi skala besar dan pada tahun ini berencana untuk memperlambat ekspansi bisnis mereka di Tiongkok.

Ada sekitar 10% dari perusahaan yang disurvei awalnya berencana untuk menginvestasikan kembali lebih dari USD.250 juta di Tiongkok pada 2022, tetapi hanya 5% dari mereka yang investasinya mencapai angka itu.

Menurut laporan tersebut, diperkirakan pada 2023 dan tiga sampai lima tahun ke depan, perusahaan di Tiongkok yang bersedia mengeluarkan keuntungan dari bisnis mereka untuk diinvestasikan kembali di Tiongkok, secara keseluruhan hanya berjumlah USD.18,3 miliar, atau turun sekitar 31% jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Pada 2023, jumlah perusahaan dengan anggaran reinvestasi lebih dari USD.250 juta turun tajam ke level terendah dalam 5 tahun terakhir, yakni hanya 4%. Hanya ada sekitar 74% perusahaan yang bersedia mengeluarkan USD.10 juta dari laba keuntungan bisnisnya di Tiongkok untuk diinvestasikan kembali, termasuk 79% perusahaan asal Tiongkok dan 81% perusahaan asal AS.

Tidak ada perusahaan AS yang memiliki rencana untuk reinvestasi proyek-proyek senilai lebih dari USD.250 juta, sedangkan perusahaan Tiongkok juga hanya 6% yang tertarik. persentase ini turun sekitar 50% dibanding dengan tahun lalu.

Proporsi Tiongkok sebagai target utama investasi mencapai titik terendah baru

Menurut kamar dagang tersebut, 40% dari perusahaan yang disurvei masih menganggap Tiongkok sebagai yang teratas dalam rencana investasi global mereka, tetapi angka ini telah mencapai titik terendah dalam 5 tahun terakhir.

Pada tahun 2022, sekitar 26% perusahaan yang disurvei memilih untuk mentransfer sebagian investasi mereka dari Tiongkok ke negara lain, meningkat 3 poin persentase dari tahun 2021.

35% perusahaan mempertimbangkan untuk memindahkan sebagian atau seluruh investasi mereka dari Tiongkok ke negara lain. Dan Vietnam menjadi tujuan utama. Amerika Serikat adalah lokasi terpopuler kedua (14%), sementara Singapura turun ke urutan ketiga (9%).

Harley Seyedin, Presiden Kamar Dagang Amerika Serikat di Tiongkok Selatan mengatakan : “Pembangunan ekonomi Tiongkok masih menghadapi tantangan besar …… Pada tahun 2023, para pemimpin Tiongkok akan terus menghadapi tekanan besar dari dalam negeri berupa masalah sosial, ekonomi, kesehatan masyarakat”.

Dia menambahkan bahwa kontraksi di sektor real estate, ketidakpastian yang disebabkan oleh varian virus COVID-19, serta populasi yang menurun, pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat, semua ini menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

“Konflik Rusia – Ukraina berpotensi memperburuk kesenjangan antara pasar negara maju, dengan negara berkembang, dan berkembang. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa, ekonomi global mungkin dapat terpecah atau terbagi ke dalam ‘blok geopolitik’ yang menerapkan standar teknis yang berbeda, masing-masing memiliki sistem pembayaran lintas batas, dan mata uang cadangan”, kata Harley Seyedin.

Perubahan struktural ini menimbulkan tantangan paling serius terhadap sistem yang mengatur hubungan internasional dan ekonomi selama 75 tahun terakhir, juga merupakan ancaman paling serius terhadap kinerja yang telah tercapai selama beberapa dekade, katanya.

“Amerika Serikat dan Tiongkok terjebak ke dalam persaingan jangka panjang untuk menentukan model pemerintahan mana yang paling baik untuk memecahkan masalah global dan meningkatkan kehidupan warga. Hasilnya akan mempengaruhi persepsi orang tentang kekuasaan,” kata Harley Seyedin. (sin)

Pemerintah Umumkan Waspadai KLB Flu Burung di Seluruh Indonesia

0

ETIndonesia- Pemerintah menyatakan mewaspadai Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung Clade Baru 2.3.4.4b, meski pada saat ini risiko infeksi pada manusia masih rendah. 

Dikutip dari rilis Sehat Kemenkes RI, aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Nomor PV.03.01/C/824/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4.4b yang ditetapkan pada 24 Februari 2023

Menurut Kemenkes RI, tindakan ini sebagai bentuk kewaspadaan mengingat mutasi virus yang cepat dan konsisten pada mamalia, sehingga virus memiliki kecenderungan zoonosis dan berpotensi menyebar ke manusia

“Saat ini memang belum ada laporan penularan ke manusia, tapi kita tetap harus waspada” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta dalam keterangannya. 

Melalui Aturan ini, Kepada Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten/Kota dan kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh indonesia diminta untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi yang membidangi fungsi kesehatan hewan serta sektor terkait lainnya dalam upaya pencegahan dan pengendalian flu burung pada manusia

Dinkes Provinsi, Kabupaten/Kota juga diminta menyiapkan fasilitas kesehatan untuk penatalaksanaan kasus suspek flu burung sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Serta Meningkatkan kapasitas labkesmas untuk pemeriksaan sampel dari kasus dengan gejala suspek flu burung.

Mengintensifkan kegiatan surveilans dan Tim gerak Cepat (TGC) terutama dalam mendeteksi sinyal epidemiologi di lapangan

Bagi daerah yang menjadi sentinel surveilans influenza like illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) agar meningkatkan kewaspadaan dini untuk penemuan kasus suspek Flu Burung di daerah yang terjadi KLB Avian Influenza pada unggas

Setiap ditemukan adanya kasus suspek flu burung, maka Puskesmas segera melapor dalam waktu kurang dari 24 jam ke Dinkes Kab/Kota melalui sistem Surveilans Berbasis Kejadian (Event Based Surveillance/EBS) dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota segera melapor dalam waktu kurang dari 24 jam ke PHEOC Ditjen P2P. Berkoordinasi dengan instansi yang membidangi fungsi kesehatan hewan setempat.

Sebagai bentuk kewaspadaan di pintu negara, Dirjen Maxi juga menginstruksikan KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan dalam negeri dan luar negeri di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat negara. Melakukan pemeriksaan dan penanganan kasus jika ditemukan perilaku perjalanan yang memiliki gejala ILI sesuai pedoman yang berlaku. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan seluruh lintas sektor yang berada di wilayah kerja KKP

“Semua kita siagakan,” ujar dirjen Maxi. (Kemenkes RI/asr)

Perang Rusia-Ukraina Bentuk Ulang Aliansi Dunia

0

Beijing Terjebak Dalam Posisi Tidak Menguntungkan

oleh Zhang Ting

Sudah hampir genap setahun Perang Rusia-Ukraina. Berkat dipersenjatai oleh Barat, Pasukan Ukraina telah menimbulkan hambatan yang sangat besar bagi pasukan Rusia untuk menjangkau sasarannya. Walaupun perang belum membuahkan hasil, tapi dampak diplomatik yang ditimbulkannya telah terlihat pada ruang lingkup global. Perang ini membuat negara-negara Barat menjadi semakin kompak bersatu, dan sekaligus memperingatkan PKT yang berpotensi akan mengobarkan perang di Selat Taiwan.

Kantor berita Associated Press mengatakan, Perang Rusia-Ukraina telah membentuk kembali aliansi global, membangkitkan kembali kekhawatiran lama, serta menyuntikkan vitalitas baru bagi kekompakan antara Eropa dengan Amerika Serikat dan NATO.

Walaupun perang kali ini telah mendekatkan jarak antara para rezim diktator Rusia dengan PKT, Iran, dan Korea Utara; memicu isu yang luas dari kalangan luar terkait kedaulatan, keamanan, dan penggunaan kekuatan militer, tapi juga telah meningkatkan kewaspadaan internasional terhadap kemungkinan RRT menyerang Taiwan, serta membuat lebih banyak negara mendekat pada Amerika Serikat.

Perang Rusia Ukraina Membuat Sekutu AS Waspadai Perang Selat Taiwan

Kantor berita Associated Press mengutip pernyataan Wakil Direktur German Marshall Fund yakni Ian Lesser bahwa perang ini telah menekankan hubungan interaksi antara diplomatik dan penggunaan kekuatan militer.

Presiden Rusia Putin mengklaim, Ukraina adalah “bagian yang tak terpisahkan” dari sejarah Rusia, dan belum pernah “benar-benar mendapatkan status sebagai negara”. Sikap ini saling bergema dengan sikap Xi Jinping terhadap Taiwan bahwa: Taiwan adalah sebuah pulau otonomi, dan Beijing menyatakan berdaulat atas Taiwan.

Enam bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, Beijing telah memublikasikan Buku Putih Taiwan, yang mengklaim bahwa “sejak dulu kala Taiwan adalah bagian dari wilayah kedaulatan Tiongkok”. Dokumen itu juga menekankan, Beijing mutlak tak akan “mengabaikan opsi menyatukan Taiwan dengan kekuatan militer”.

Selama ini Jepang selalu mengkhawatirkan Perang Rusia-Ukraina akan mendorong PKT mengobarkan perang di Selat Taiwan. Karena bila perang meletus, dengan letak geografis Jepang, keamanannya akan sangat terancam. PM Jepang Fumio Kishida dalam pidatonya pada Januari lalu di Johns Hopkins University mengatakan, ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari tahun lalu, hal itu “menandakan telah berakhirnya dunia pasca Perang Dingin”.

Ia juga mengatakan, jika Rusia dibiarkan meraih keberhasilan dalam Perang Ukraina, maka rezim diktator seperti RRT juga akan berani bertindak lebih jauh, karena pandangan mereka yang selalu bertentangan dengan ketertiban internasional dan “berbeda dengan kami, selamanya kami tidak bisa menerimanya”.

Hal ini sebaliknya menekankan arti penting untuk menahan Rusia. Kishida berjanji akan memanfaatkan kesempatan Jepang sebagai tuan rumah G7 tahun ini, untuk mempererat “kekompakan negara yang senasib”, dalam rangka menentang invasi Rusia.

“Jika kita membiarkan tindakan dengan kekuatan militer sepihak semacam ini tidak tertantang, maka ia akan terjadi lagi di tempat lain di dunia ini, termasuk di Asia”, tandasnya.

NATO Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap PKT

Perang Rusia-Ukraina juga membuat NATO meningkatkan kewaspadaan terhadap PKT. NATO dan AS telah memperingatkan, PKT memandang hasil Perang Rusia-Ukraina ini sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam mengobarkan perang Selat Taiwan.

Sekjen NATO Jens Stoltenberg dalam Konferensi Keamanan Munich (Munich Security Conference) pada Sabtu (18/2) lalu memperingatkan para peserta konferensi, “Kita juga mengetahui, Beijing sedang menyoroti terus, mengamati harga yang dibayar atau imbalan yang diperoleh Rusia dalam aksi invasinya ini.”

“Hal yang terjadi di Eropa hari ini mungkin akan terjadi besok di Asia.” Ia mengatakan, “Amerika Utara dan Eropa harus bersatu.” Ia bersamaan itu juga menyerukan negara peserta agar menyerap pelajaran akibat ketergantungan pada Rusia, untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada RRT. 

Juru bicara Kemenlu RRT Wang Wenbin mengecam NATO telah “membesar-besarkan ancaman, dan memotivasi konfrontasi”.

Pakar wadah pemikir dari International Institute for Strategic Studies (IISS) di Singapura yakni Euan Graham berkata, invasi RRT terhadap Taiwan akan lebih rumit daripada serangan Rusia terhadap Ukraina. “Performa Rusia yang lemah di medan perang Ukraina, mau tidak mau telah membuat semua pemimpin politik maupun militer Beijing menunda menempuh risiko berskala lebih besar terhadap Taiwan”, kata Graham. Namun kekhawatiran semacam ini benar adanya. Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen pada Desember tahun lalu telah mengumumkan diperpanjangnya masa wajib militer di Taiwan, dan mengebutkan soal perang Ukraina.

Graham berkata, “Taiwan telah menyerap hikmah dari Ukraina, jika terjadi konflik, Anda membutuhkan lebih banyak perlengkapan militer.”

Pasca Perang Rusia Ukraina Makin Banyak Negara Merapat Pada AS

Walaupun aliansi negara Barat telah menjalin kerjasama erat dalam menghadapi perang, tapi masih harus meyakinkan lebih banyak negara di dunia untuk menyadari pentingnya tindakan antisipasi invasi. India masih terus membeli minyak bumi dari Rusia, tetapi pakar IISS di London yakni Viraj Solanki mengatakan, seiring dengan merapatnya pesaing regional RRT dengan Rusia, India diam-diam telah merapat ke AS, yang terutama di dalam kerangka QUAD (Dialog Keamanan Kuadrilateral). Negara anggota QUAD adalah AS, Jepang, Australia, dan India.

Perang Rusia-Ukraina telah membuat Eropa dan Amerika lebih bersatu dibandingkan sebelumnya. Negara anggota NATO dan sekutunya beramai-ramai mendukung Ukraina, sejumlah negara di antaranya bahkan telah mengubah kebijakan melarang penjualan senjata kepada negara konflik. Khususnya setelah AS setuju untuk memberikan tank tempur utama jenis M1 Abrams kepada Ukraina, negara besar Eropa yakni Jerman telah melepaskan diri dari pantangan pasca PD-II, dengan memberikan tank Leopard buatan Jerman kepada Ukraina.

Perang Rusia-Ukraina juga menekankan pentingnya hubungan AS dengan Eropa. Wakil Direktur German Marshall Foundation Lesser mengatakan, ini adalah “kunci mutlak” untuk memberlakukan sanksi dan pembatasan ekspor terhadap Rusia.

Setelah Perang Rusia-Ukraina berkobar, AS dan Eropa bersatu mencekal Rusia, kecepatan dan kekuatannya telah jauh melampaui prakiraan semua orang. Surat kabar Wall Street Journal memberitakan, Direktur Carnegie Europe yakni Rosa Balfour menilai, tindakan responsif terhadap Perang Rusia-Ukraina “ibarat orkestra yang rumit, tapi dia dikomando oleh Washington”.

Filipina juga berinisiatif merapat pada AS. Pada 2 Februari lalu Menhan AS Lloyd Austin menemui Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Menhan Filipina Carlito Galvez Jr. Usai pertemuan disampaikan pernyataan bersama yang memublikasikan, Militer AS dapat menggunakan Pangkalan Militer Filipina dari yang saat ini hanya 5 bertambah menjadi 9.

Lokasi penting ini akan menjadi sebuah benteng perbatasan, untuk mengawasi gerak gerik PKT di Laut Tiongkok Selatan dan sekitar Selat Taiwan. Lewat kesepakatan ini, Washington telah menambal kekosongan rantai pulau Pasifik dari Korea Selatan, Jepang, sampai Australia. (Sud/Whs)

Pengadilan HAM Eropa Memutuskan Larangan Rusia atas Materi-materi Falun Gong adalah Ilegal

Eva Fu

The European Court of Human Rights (ECHR) atau Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa memutuskan larangan Rusia terhadap materi-materi yang berkaitan dengan latihan spiritual Falun Gong adalah unlawful atau melanggar hukum. 

ECHR dalam keputusannya pada 31 Januari bahwa larangan Rusia – yang diberlakukan pada empat materi informasi Falun Gong, termasuk buku utama latihan, “Zhuan Falun” – melanggar perlindungan kebebasan berekspresi dalam Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa, “ditafsirkan berdasarkan” hak kebebasan beragama yang juga tercantum dalam piagam tersebut.

Larangan tersebut dikeluarkan pada Agustus 2008 pada saat Olimpiade Musim Panas Beijing. Pengadilan distrik di Krasnodar di barat daya Rusia menetapkan materi tertentu yang berkaitan dengan latihan spiritual – “Zhuan Falun”; dua pamflet yang memperkenalkan latihan dan mempromosikan protes obor Olimpiade di seluruh dunia  dimaksudkan untuk menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Beijing terhadap agama tersebut; dan sebuah laporan investigasi mengenai pengambilan organ tubuh secara paksa oleh rezim Tiongkok – sebagai “ekstremis.”

Seorang wanita menandatangani petisi selama nyala lilin yang diadakan oleh praktisi Falun Dafa di pusat kota Warsawa, Polandia, pada 9 September 2022. (Mihut Savu/The Epoch Times)

Pengambilan organ secara paksa adalah bagian dari kampanye penganiayaan besar-besaran, yang dilakukan sejak tahun 1999 oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang bertujuan untuk memusnahkan Falun Gong.

Latihan spiritual ini terdiri seperangkat ajaran moral yang dijelaskan dalam “Zhuan Falun,” dengan Sejati-Baik-Sabar sebagai prinsip-prinsip intinya, serta lima perangkat latihan termasuk meditasi. 

Pada 1999, diperkirakan 70 juta hingga 100 juta orang berlatih Falun Gong. Menganggap popularitas latihan ini sebagai ancaman terhadap kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, pemimpin saat itu, Jiang Zemin, memerintahkan kampanye penindasan nasional secara brutal yang terus berlanjut hingga hari ini.

Larangan Rusia untuk menerbitkan dan menyebarkan materi-materi Falun Gong “merupakan ‘campur tangan oleh otoritas publik’ terhadap hak kebebasan berekspresi para pemohon,” demikian keputusan ECHR, sebagai tanggapan atas pengaduan yang diajukan oleh dua warga negara Rusia, Mikhail Vladimirovich Sinitsyn dan Sergey Nikolayevich Alekhin, yang keduanya adalah pengikut Falun Gong.

Praktisi Falun Dafa membawa foto para korban penganiayaan di Tiongkok selama pawai melalui pusat Warsawa, Polandia, pada 9 September 2022. (Mihut Savu/The Epoch Times)

Pengadilan menemukan bahwa otoritas hukum Rusia, dalam keputusan mereka pada tahun 2008 dan sidang-sidang berikutnya, tidak melakukan analisis hukum terhadap teks publikasi dan tidak membuktikan kerugian yang diklaim dari penyebaran materi tersebut.

Pengadilan Rusia “gagal menilai perlunya melarang publikasi-publikasi tersebut dalam konteks di mana mereka diterbitkan, sifat dan kata-katanya, dan kemungkinan dampak buruknya,” kata keputusan pada 31 Januari itu.

“Selain itu, pengadilan bahkan tidak menyebutkan, apalagi mendiskusikan secara panjang lebar, dampak dari pelarangan tersebut terhadap hak-hak para pemohon di bawah Pasal 9 dan 10 Konvensi… sehingga gagal menimbang hak-hak mereka dengan kepentingan publik,” tambahnya, mengutip bagian yang melindungi kebebasan berekspresi dan berpendapat.

ECHR memerintahkan pihak berwenang Rusia untuk membayar kedua penggugat masing-masing 7.500 euro ($7.984) sebagai kompensasi dan 3.096 euro ($3.296) untuk setiap biaya dan pengeluaran  terkait dengan kasus ini, beserta pajak yang berlaku.

Rusia menarik diri dari Dewan Eropa-pengawas hak asasi manusia terkemuka di benua itu, termasuk ECHR-pada pertengahan Maret tahun lalu di tengah-tengah perang Ukraina dan  menolak untuk mematuhi putusan pengadilan hak asasi manusia Eropa yang dikeluarkan setelahnya. Secara resmi tidak lagi menjadi bagian dari Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia pada  September.

Namun, Komite Menteri Dewan Eropa menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan semua permohonan yang diajukan sebelum Rusia secara resmi keluar dari badan hak asasi manusia tersebut dan memantau pelaksanaan keputusan-keputusannya. Gugatan yang dipermasalahkan diajukan pada tahun 2012, jauh sebelum Rusia keluar.

Direktur Eksekutif Falun Dafa Information Center, Levi Browde menyambut baik keputusan pengadilan Eropa, dan menambahkan  dia berharap untuk “mengingatkan pihak berwenang Rusia bahwa tidak akan pernah berhasil untuk berkolaborasi dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT).”

“Namun, kami menyadari bahwa Moskow bukanlah PKT dan masih berpikir bahwa pihak berwenang Rusia dapat memperbaiki arah mereka dan tidak melakukan perintah PKT dalam menindas kebebasan beragama,” katanya kepada The Epoch Times.

Seorang pengacara hak asasi manusia Kanada dan salah satu penulis laporan yang dilarang oleh pengadilan Rusia, David Matas, mengatakan bahwa keputusan tersebut mencerminkan model pemerintahan Rusia dan Tiongkok, di mana warga negara berhak atas kebebasan berbicara hanya dalam nama semata.

David Matas, pengacara hak asasi manusia internasional pemenang penghargaan Kanada dan rekan penulis “Bloody Harvest: Organ Harvesting of Falun Gong Practitioners in China (Woody Wu/AFP/Getty Images)

Pada saat keputusan pengadilan Rusia 15 tahun lalu, Matas bertanya-tanya mengapa pihak berwenang Rusia “akan terlibat dalam parodi seperti itu,” karena tuduhan itu “sangat melenceng.”

“Burung-burung yang sama akan hinggap pada dahan yang sama,” katanya kepada The Epoch Times melalui email. 

“Apa yang ditawarkan pemerintah Rusia kepada pemerintah Tiongkok adalah penindasan di Rusia atas laporan pelanggaran berat hak asasi manusia di Tiongkok,” khususnya “laporan pembunuhan massal praktisi Falun Gong demi merampas organ tubuh mereka.”

Meskipun ia meragukan bahwa Rusia akan mematuhi keputusan tersebut, Matas menggambarkan keputusan pengadilan Eropa sebagai “suara kewarasan di tengah kegilaan pemerintah Rusia dan Tiongkok.”

“Kita hanya bisa berharap bahwa suara itu akan bergema,” katanya.

Lingkungan yang membatasi di Rusia menjadi titik keprihatinan AS. Pada Juli 2021, setelah pengadilan Rusia menegakkan larangan terhadap cabang regional Falun Gong di Khakassia, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keprihatinan mendalam atas tindakan penindasan tersebut.

“Pihak berwenang Rusia mengusik, mendenda, dan memenjarakan praktisi Falun Gong hanya karena tindakan sederhana seperti bermeditasi dan memiliki teks-teks spiritual,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price. 

“Kami mendesak pemerintah Rusia untuk mengakhiri praktik penyalahgunaan sebutan ‘ekstremis’ sebagai cara untuk membatasi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental,” tambahnya. 

“Kami terus menyerukan kepada Rusia untuk menghormati hak kebebasan beragama atau berkeyakinan bagi semua orang, termasuk praktisi Falun Gong dan anggota kelompok agama minoritas lainnya di Rusia yang hanya ingin menjalankan keyakinannya secara damai.”

Di Rusia, para pengikut Falun Gong terus menghadapi tekanan karena berpegang teguh pada keyakinan mereka.

Pada November 2022, kantor kejaksaan kota Mezhdurechensk, Rusia tengah, mengajukan gugatan untuk melarang beberapa publikasi Falun Gong. Pengadilan memutuskan mendukung para pengikut pada  Desember, tetapi jaksa mengajukan banding pada 2 Februari. Sidang di Pengadilan Regional Kemerovo dijadwalkan pada 2 Maret.

Proposal Perdamaian Rusia-Ukraina Versi Tiongkok Dibombardir Eropa dan Amerika Serikat Sebagai “Tak Memenuhi Syarat”

0

Ruili

Setahun berlangsungnya invasi Rusia ke Ukraina, Partai Komunis Tiongkok (PKT)  mengajukan 12 poin proposal perdamaian yang dengan suara bulat dikecam oleh negara-negara Barat. 

Pada 24 Februari, peringatan setahun pecahnya perang Rusia-Ukraina, Partai Komunis Tiongkok secara sepihak merilis sebuah dokumen berjudul “Posisi Tiongkok dalam Penyelesaian Politik Krisis Ukraina” tanpa konsultasi dengan negara-negara yang bersangkutan.

Dokumen tersebut berisi total 12 pasal, yang mencakup sejumlah “teori utama” yang samar-samar seperti kedaulatan, gencatan senjata, perundingan damai, dan rekonstruksi, tanpa menyebutkan siapa yang menjadi “agresor” dan tanpa “proposal gencatan senjata” yang konkret.

Sejauh ini, Ukraina belum memberikan tanggapan secara resmi, tetapi apa yang disebut “rencana perdamaian” ini dengan cepat dikritik secara luas oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan NATO.

” Dari apa yang saya lihat, tidak disebutkan siapa ‘agresor’ itu, yang agak aneh karena jelas akan ada ‘agresor’ dan ‘yang diagresi’, yaitu orang yang menjadi sasaran agresi ilegal dan tidak beralasan, jadi (dokumen) ini agak mengkhawatirkan,” kata Duta besar Uni Eropa untuk Tiongkok Jorge Toledo.

Tidak hanya itu, dalam 12 poin proposal, PKT sama sekali tidak meminta Rusia untuk “meletakkan senjatanya”, juga tidak menyebutkan bagaimana melindungi kedaulatan dan integritas Ukraina.

Gedung Putih Amerika Serikat juga merespon bahwa proposal 12 poin PKT dari poin pertama sudah “dapat dihentikan”.

“Jika mereka serius dengan nomor satu, yaitu (menghormati kedaulatan) negara-negara, maka perang ini bisa berakhir besok,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Menurut Blinken, Tiongkok telah bermain di “dua sisi pagar”, mencoba menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dan mencari perdamaian, dan pada saat yang sama semakin bersikeras mendukung Rusia.

Dokumen ini juga secara khusus menuntut Barat untuk “menghentikan sanksi sepihak” terhadap Rusia, yang telah digempur oleh NATO dan Uni Eropa, dengan mengatakan bahwa  Tiongkok tidak memenuhi syarat untuk menjadi penengah.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg: “Berkenaan dengan proposal Tiongkok dan poin-poin lainnya. Pertama-tama, Tiongkok tidak memiliki kredibilitas, karena tidak ada satupun dari mereka yang pernah mengutuk invasi ilegal ke Ukraina.”

Presiden Komisi Uni Eropa Von der Leyen: “Ini bukan rencana perdamaian, ini hanya mengungkapkan pandangannya (PKT), dan pandangan ini harus dilihat dalam konteks tertentu. Misalnya, Tiongkok  menandatangani dengan Rusia sebelum Rusia menginvasi Ukraina . Perjanjian dengan kerja sama tanpa batas.”

Sehari sebelumnya, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk invasi Rusia dengan 141 suara setuju dan 7 suara menentang, menyerukan Moskow untuk menarik pasukannya, dan  Tiongkok memberikan suara “abstain”.

Komentator urusan terkini, Tang Jingyuan berkata : “Standar ganda yang khas ini membuat pernyataan Partai Komunis Tiongkok ini menjadi tak berharga. Jadi logika ini tampak sangat nakal dan konyol. Usulan Partai Komunis Tiongkok sama saja dengan meminta komunitas internasional untuk mencabut semua sanksi terhadap Rusia. Ini adalah pembicaraan yang terang-terangan.”

Komentator urusan saat ini, Wang He berkata : “Ini menambah bahan bakar ke dalam api, mempertajam konfrontasi dan memperparah citra (PKT) sendiri yang semakin tidak dapat diterima oleh Barat. Oleh karena itu, seluruh pendekatan ini merupakan kegagalan besar. Saya tidak tahu lembaga pemikir mana yang memberikan ide yang sedemikian buruk.” (hui)

Kandidat Anggota Kongres dan Pengusaha AS : Prinsip “Sejati, Baik, Sabar” Bermanfaat Bagi Semua Orang yang Mengikuti

0

 oleh Shi Ping

Lily Tang Williams adalah kandidat dari Partai Republik untuk Dewan Perwakilan AS Distrik Kongres ke-2 New Hampshire. Ia juga merupakan kandidat pertama Partai Republik untuk Kongres AS yang kelahiran Tiongkok.

Lily Tang Williams adalah seorang Buddhis, sangat terinspirasi setelah membaca artikel Master Li Hongzhi yang berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia.”

Dia mengatakan bahwa “Sejati, Baik, Sabar” karakteristik alam semesta yang diajarkan oleh Master Li tidak hanya untuk praktisi Falun Gong, tetapi juga untuk seluruh umat manusia. Ini adalah sebuah nilai universal yang lebih tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang dari berbagai agama. Semua orang dapat menggunakan prinsip ‘Sejati, Baik, Sabar’ ini untuk membimbing dirinya sendiri. Karena, kita semua adalah anak-anak Sang Pencipta.”

Semua orang dapat berpedoman pada “Sejati, Baik, Sabar”

Lily Tang lahir di keluarga Buddhis dan sejak kecil memeluk agama Buddha. Dia masih ingat bahwa nenek dan ibunya memberi makanan kepada pengemis yang datang atau orang cacat ketika keluarga mereka miskin. Hal mana meninggalkan kenangan mendalam pada dirinya. Karena itu pula yang membuat dirinya tidak meragukan bahkan sangat yakin dengan penjelasan dalam artikel Master Li.

“Saya terkejut setelah membaca artikel ini. Saya pikir beliau sangat bijaksana. Pemahaman beliau tentang alam semesta, manusia dan Tuhan sangat bijaksana, yang mengejutkan saya”, kata Lily  Tang. 

“Saya setuju dengan konsep ‘Sejati, Baik. Sabar’, yang sejalan dengan keyakinan saya,” tambahnya.

“Tetapi selama Revolusi Kebudayaan, kita tidak berani mengakui beragama Buddha. Saat itu, kita diharuskan untuk percaya kepada Mao Zedong, dan orang Tiongkok memujanya sebagai dewa,” katanya. 

Selama terjun di bidang politik AS, Lily Tang pernah lupa menceritakan pengalamannya dalam Revolusi Kebudayaan Tiongkok kepada orang-orang Amerika, dan mengingatkan mereka tentang bahaya komunisme. Pada pemilu paro waktu tahun 2022, dia yang mencalonkan diri untuk pertama kalinya berhasil memenangkan 25% suara di antara tiga pemimpin. Hanya berselisih 5.000 suara dari pemenang. Hasil ini membuat para pemilih mengaguminya sebagai seorang pendatang baru di dunia politik.

“Saya khawatir dengan terulangnya kembali kejadian di masa lalu. Agar kejadian buruk di masa lalu tidak terulang kembali, hanya jika masyarakat memiliki iman yang sempurna. Lihat saja bahwa Falun Gong difitnah di Tiongkok, orang Kristen Amerika dituding sebagai ‘penindas’. Pemuda Amerika saat ini tidak memiliki keyakinan yang kuat, percaya begitu saja terhadap perubahan iklim, rasisme, percaya pemerintah, atau sosialisme.”

Dia mengatakan : “Faktanya, semua orang di Amerika Serikat mendapat perlakuan yang adil dan sama selama orang mau bekerja keras, maka ia dapat mewujudkan impiannya di Amerika Anda. Impian Amerika bukan saja soal menggapai kemakmuran dalam hidup, tapi juga termasuk kebebasan, kebebasan beragama, kebebasan berbicara.”

Lily Tang memanggil Master Li dengan sebutan “Guru”. Dia berkata bahwa waktu dipublikasikannya artikel Guru Li adalah “terlalu penting”.

“Saya memiliki perasaan bahwa Guru juga mengkhawatirkan situasi masyarakat saat ini, karena sekarang Amerika Serikat tidak lagi dapat membedakan antara baik dengan buruk, menumbangkan budaya tradisional umat manusia.” 

Dia mengatakan : “Penerbitan artikel Guru terlalu penting, sangat tepat waktu. Konsep ‘Sejati, Baik, Sabar’ yang ajarkan Guru adalah benar. kita wajib mempromosikan mengenai kesempurnaan iman dengan tanpa mempermasalahkan agama yang dipeluk. Anda harus percaya kepada Pencipta Alam, dan konsep ‘Sejati, Baik, Sabar’ akan menginspirasi semua orang untuk meningkatkan diri dalam dunia spiritual.”

Lily Tang percaya bahwa meskipun orang memiliki agama yang berbeda, mereka harus saling menghormati. Sedangkan “Sejati, Baik, Sabar” adalah nilai universal yang lebih tinggi yang harus dihormati dan perlu coba dicapai oleh setiap orang.

“Saya pikir ‘Sejati, Baik, Sabar’ yang diajarkan oleh Falun Gong mengharuskan orang untuk melakukan perbuatan baik, dan jika mereka mengumpulkan pahala surgawi, mereka akan diberi pahala pada kehidupan selanjutnya. Saya pikir prinsip ini berlaku untuk orang-orang dari agama Buddha, Kristen, atau agama lain. Konsep tersebut memiliki fungsi membimbing, terutama untuk masyarakat saat ini, lebih-lebih kaum muda yang membutuhkan keyakinan seperti itu.”

Lily Tang berterima kasih kepada para praktisi Falun Gong dan media Epoch Times yang tak henti-hentinya melakukan klarifikasi fakta di seluruh dunia.

“Kalian telah menanggung begitu banyak derita, tetapi kalian masih mengklarifikasi fakta di seluruh dunia, terus mempromosikan ‘Sejati, Baik, Sabar’ untuk menyadarkan orang AS. Saya sangat berterima kasih untuk ini. Saya pikir ini adalah tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kalian”, katanya.

Setiap orang harus mempromosikan “Sejati, Baik, Sabar”

Meskipun Lily Tang beragama Buddha, tetapi dirinya juga sangat percaya pada apa yang dikatakan Guru Li Hongzhi tentang penciptaan manusia oleh para dewa.

Setelah membaca artikel Master Li, dia menyadari bahwa semua manusia adalah sama, dan kita semua memiliki nilai-nilai inti, jadi kita semua adalah anak-anak Sang Pencipta, dan kita semua bersaudara”.

“Saya mendorong semua orang memiliki keyakinan, jika tidak, orang akan seperti domba yang kehilangan induk, hidup tanpa tujuan dan makna. Artikel Guru Li telah memainkan peran yang sangat positif dan mencerahkan dalam masyarakat manusia, membuat semua umat manusia bersatu. Kita semua harus percaya kepada Tuhan, karena kita semua adalah anak-anak Sang Pencipta”.

Oleh karena itu, Lily Tang merasa bahwa kita masing-masing harus memberikan kontribusi, dengan cara mempromosikan konsep “Sejati, Baik, Sabar”.

“Artikel Guru Li adalah untuk seluruh umat manusia, tidak hanya untuk praktisi Falun Gong, tetapi untuk seluruh umat manusia”. 

Dia mengatakan : “Karakteristik alam semesta yang ‘Sejati, Baik, Sabar’ adalah nilai universal yang lebih tinggi dan lebih luas. Semua orang, umat manusia di seantero perlu berlatih mempraktikkan ‘Sejati, Baik, Sabar’. Hanya ini yang akan membuat keturunan kita sejahtera untuk selamanya.” (sin)

Lapangan Kerja Sulit Didapat di Tengah Terpuruknya Industri Manufaktur, Pabrik di Shenzhen Tak Mempekerjakan yang Berusia di Atas 36 Tahun

0

oleh Zhou Guihang

Partai Komunis Tiongkok (PKT) menggembor-gemborkan “kesulitan merekrut pekerja untuk pemulihan ekonomi”, tetapi internet penuh dengan jeritan. Sejumlah besar pabrik di Jiangsu, Zhejiang, Shanghai, dan Guangzhou ditutup dan mengurangi produksi, sehingga banyak pekerja yang dirumahkan dan tidak dapat menemukan pekerjaan. Kondisi perekrutan pekerja di pabrik semakin berat dan sulit, dan upahnya semakin rendah.

Beberapa hari lalu, sebuah video langsung dari sebuah pabrik di Shenzhen yang sedang merekrut pekerja diunggah di internet di Tiongkok. Video tersebut menunjukkan sejumlah besar anak muda melamar pekerjaan di pintu masuk pabrik, dengan seorang wanita berteriak, ” Pria yang lahir 1986 tahun atau lebih bisa pergi sekarang. Pengguna internet yang mengedarkan video tersebut mengatakan bahwa pabrik tersebut “tidak menginginkan siapa pun yang memiliki gelar sarjana atau sarjana keahlian.”

Beberapa media Tiongkok memfokuskan pada masalah ini dan menyesalkan kesulitan mata pencaharian masyarakat: di masa lalu, industri IT yang menganggur pada usia 35 tahun ke atas, tetapi sekarang bahkan pabrik biasa pun tidak menginginkan orang dengan kelahiran 1986 tahun ke atas, jadi apa lagi yang bisa dilakukan oleh orang berusia tiga puluhan selain mengantarkan makanan, kurir, dan mengoperasikan taksi online? Apakah sebelum usia 65 tahun harus jadi pengemis?

Faktanya, seiring dengan merosotnya perekonomian Tiongkok, kelangsungan hidup bukan hanya bagi generasi tua, tetapi juga sebagian besar penduduk yang bekerja, menjadi sangat sulit.

Ada banyak video di internet yang menunjukkan di wilayah pesisir tenggara, pabrik-pabrik kecil serta menengah tutup yang tak mampu lagi bertahan hingga mem-PHK karyawan, meliburkan diri, dan memotong gaji akibat menurunnya pesanan. Banyak distrik bisnis menjadi jarang penduduknya, dan kawasan industri yang dulunya penuh sesak dengan pabrik-pabrik telah menjadi kota hantu. Perekrutan karyawan menurun tajam, dan pabrik-pabrik yang masih bertahan segera menghentikan perekrutan setelah Tahun Baru Imlek.

Video di internet menunjukkan bahwa banyak pabrik memiliki situasi di mana jumlah pelamar jauh melebihi jumlah pekerja yang mereka rekrut. Dalam beberapa kasus, 20 orang direkrut dan 300 orang datang; dalam kasus lain, 100 orang direkrut dan 1.500 orang datang; dalam kasus lain, 500 orang direkrut dan lebih dari 10.000 orang datang. Banyak video yang menunjukkan suasana ramai di pabrik-pabrik dan bursa kerja terbuka di kota.

Dalam keadaan seperti itu, pabrik memberlakukan berbagai persyaratan yang ketat dalam perekrutan pekerja, seperti usia dan kualifikasi akademis.

Ada juga pabrik yang menyuruh pelamar melakukan push-up secara berkelompok dan hanya mereka yang melakukan 100 kali berturut-turut yang akan diwawancarai. Beberapa pabrik cenderung hanya menerima staf yang masih muda dan penurut, bahkan ada yang tidak mau menerima laki-laki.

Pada saat yang sama, tunjangan perekrutan juga terus menurun, di beberapa tempat seperti Jiangsu dan Shenzhen, ada beberapa kasus di mana upah per jamnya adalah RMB 9 atau bahkan RMB 6. Ada juga sejumlah calo  tak bermoral yang memanfaatkan kesempatan untuk mengeksploitasi para pekerja dengan menuntut pembayaran sebelum mereka ditempatkan, bahkan sengaja menipu para pekerja dengan menagih uang tetapi tak kunjung menempatkan mereka dalam pekerjaan.

Netizen lokal melaporkan bahwa puluhan ribu, bahkan ratusan ribu, pekerja migran di kota-kota besar seperti Shanghai, Suzhou, Shenzhen, dan Guangzhou  terlunta-lunta tanpa pekerjaan.

Beberapa video menunjukkan bahwa semakin banyak orang berbondong-bondong ke kota-kota besar karena percaya pada propaganda resmi “pemulihan ekonomi”. Stasiun kereta api Shenzhen terus mengalami peningkatan jumlah pekerja migran yang datang. 

Pada saat yang sama, orang-orang yang tidak dapat menemukan pekerjaan menaiki kereta api dan pergi satu per satu. Banyak pekerja lain yang terdampar, tak mampu membayar hotel, dan menghabiskan malam mereka di stasiun kereta api, di koridor warnet, bahkan di bawah jembatan layang dan terowongan bawah tanah, dengan harapan akan menemukan pekerjaan.

Ada juga video yang menunjukkan puluhan pekerja migran diusir oleh petugas keamanan publik setelah sebuah video mengerikan yang menunjukkan mereka bermalam di terowongan terungkap, dan mereka tak diizinkan menetap.

Dalam beberapa tahun terakhir, karena hubungan antara Partai Komunis Tiongkok dan Barat semakin tegang, sebagian besar perusahaan asing telah memindahkan jalur produksi mereka dari Tiongkok ke Asia Tenggara dan Meksiko. Pada saat yang sama, daya beli masyarakat domestik anjlok akibat kemerosotan ekonomi. Meskipun Partai Komunis Tiongkok masih sesumbar tentang “pemulihan”, beberapa orang dalam industri merilis video yang mengatakan bahwa proses ini tidak mungkin berbalik setelah tiga tahun pengekangan yang menghancurkan ekonomi.

Sejak tahun lalu, prediksi pesimis beredar di internet Tiongkok: “Tahun ini akan menjadi tahun terbaik dalam satu dekade ke depan.” (hui)

Laporan Penelitian : The Fed Tidak Dapat Menghambat Inflasi Tanpa Kenaikan Suku Bunga yang Signifikan

0

oleh Gao Shan

Menurut sebuah laporan penelitian yang dirilis pada Jumat (24 Februari), The Fed tidak mungkin mencapai tujuannya untuk menurunkan tingkat inflasi yang menyebabkan resesi ekonomi dengan tanpa menaikkan suku bunga secara tajam.

Mantan direktur Federal Reserve Frederic Mishkin adalah salah satu penulis laporan penelitian tersebut. Buku putih yang berisi laporan hasil penelitian mempelajari sejarah upaya the Fed untuk menciptakan pengetatan mata uang.

Meskipun banyak pejabat the Fed saat ini percaya bahwa mereka dapat mencapai “pendaratan lunak” sambil memecahkan masalah harga barang yang tinggi, tetapi laporan tersebut menyatakan bahwa target ini tidak mungkin tercapai.

Laporan penelitian yang ditulis oleh para ahli dari universitas ternama dan ekonom perbankan seperti Stephen Cecchetti, Michael Feroli, Peter Hooper, dan Kermit Schoenholtz menyebutkan : “Kami tidak menemukan contoh tidak terjadi resesi ekonomi ketika the Fed  melakukan pengetatan mata uang.”

Laporan ini diterbitkan pada Forum Kebijakan Moneter yang diadakan oleh University of Chicago Booth School of Business pada Jumat pagi.

Baru -baru ini, Federal Reserve telah menerapkan serangkaian langkah kenaikan suku bunga radikal untuk menekan tingkat inflasi tertinggi selama 41 tahun terakhir. Pasar pada umumnya memperkirakan bahwa masih akan ada beberapa kenaikan suku bunga sebelum The Fed menangguhkan kenaikan suku bunga untuk mengevaluasi dampak kebijakan penghematan terhadap ekonomi.

Namun, laporan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengekang lajunya inflasi, mungkin masih perlu menempuh perjalanan jauh.

Para ahli mengatakan : “Hasil simulasi model dasar kami menunjukkan bahwa untuk mencapai target inflasinya pada akhir tahun 2025, The Fed perlu lebih memperketat kebijakan.”

Mereka juga menambahkan : “Bahkan jika ekspektasi terhadap inflasi dianggap stabil, hasil dari analisis kami juga meragukan apakah dapat mencapai ‘pendaratan lunak’, yaitu mengembalikan tingkat inflasi ke target 2% dengan tanpa resesi ringan sebelum akhir tahun 2025.”

Namun, laporan itu menolak gagasan untuk meningkatkan standar inflasi yang 2%. Selain itu, para ahli mengatakan bahwa bank sentral harus meninggalkan kerangka kerja kebijakan baru yang diadopsi pada  September 2020. Karena perubahan tersebut menerapkan “penargetan inflasi rata-rata”, memungkinkan inflasi yang lebih tinggi dari normal untuk pemulihan lapangan kerja yang lebih inklusif.

Para peneliti mengatakan bahwa The Fed harus kembali ke model cara utama, yaitu, serangan pendahuluan dengan mulai menaikkan suku bunga ketika tingkat pengangguran menurun tajam.

Direktur Federal Reserve Philip Jefferson menerbitkan balasan atas laporan tersebut, ia mengatakan bahwa situasi saat ini berbeda dari inflasi sebelumnya. Dia menunjukkan bahwa dibandingkan dengan beberapa pendahulu, Federal Reserve lebih mampu melawan inflasi.”

Jefferson mengatakan : “Tidak seperti pada akhir era 1960 -an dan 1970 -an, the Fed sedang menangani masalah inflasi dengan tepat waktu untuk mempertahankan reputasinya, dan  mempertahankan atribut ‘jangkar yang baik’ dari ekspektasi inflasi jangka panjang.” (sin)

Belalang Sembah yang Terawetkan Sempurna dan Terperangkap dalam Fosil Batu Ambar Ini Berusia 30 Juta Tahun

0

oleh Anna Masson

Seekor belalang sembah yang terbungkus fosil batu ambar dan membeku sejak Zaman Paleogen kuno di Bumi, mengundang banyak tawaran di antara para kolektor setelah penemuan modern di Republik Dominika.

Sekitar 30 juta tahun silam, ketika badak raksasa dan kuda primitif berjari tiga berkeliaran di bumi, getah damar yang bocor dari sebuah pohon menjebak seekor belalang sembah yang sedang merayap.

Makhluk malang itu mati di dalam kuburan bergetah, untuk selamanya diawetkan saat resin tersebut menjadi fosil, berubah menjadi kuning.

Meskipun rata-rata manusia tak dapat memahami waktu yang begitu lama, tetap saja menakjubkan untuk membayangkan serangga yang sama masih sama persis dengan yang ada di saat-saat yang menentukan itu.

(Courtesy of Heritage Auctions, HA.com)

Dijual oleh Heritage Auctions seharga $6.000 pada tahun 2016, sepotong kecil harta karun prasejarah ini dijual lagi; kali ini menarik penawaran hampir dua kali lipat dari harga aslinya.

Tingginya hanya lebih dari satu inci-sekitar ukuran obat batuk-kuning kuning pucat yang sangat jernih dan menakjubkan ini dengan sempurna menampilkan korbannya dengan kejernihan yang luar biasa.

Dengan posisi tegak, si mungil ini tampak sedang menunggu mangsa saat resin yang mengalir turun ke arahnya. Dengan melihat lebih dekat, pemirsa dapat melihat duri tajam yang melapisi kaki depannya dengan sangat detail, kepala berbentuk segitiga, dan matanya yang melotot. Foto close-up menunjukkan tingkat detail yang lebih besar.

(Courtesy of Heritage Auctions, HA.com)

Keterangan rumah lelang menggambarkan belalang sembah yang terkubur itu sebagai “puitis tunggal di antara sisa-sisa fosil yang masih murni.”

Meskipun tanggal pastinya tak dapat diketahui, para ahli menempatkan artefak tersebut berasal dari Periode Oligosen, bagian ketiga dan terakhir dari Periode Paleogen, yang berlangsung dari 65,5 juta hingga 23 juta tahun lampau.

Menurut editor ilmu bumi dan kehidupan John P. Rafferty, istilah “Oligosen” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “zaman dengan sedikit bentuk terbaru,” merujuk pada sedikitnya jumlah hewan yang kita kenal saat ini yang berasal dari masa itu.

Makhluk aneh yang terperangkap dalam batu ambar itu mungkin sudah menua, tapi dia bukanlah belalang sembah yang paling tua. Satu fosil belalang sembah yang ditemukan di Jepang, yang terbungkus batu ambar, berusia sekitar 87 juta tahun. Fosil lain yang ditemukan tertanam di lempengan batu di Brasil berusia lebih tua dari zaman dinosaurus.

Belalang sembah ini adalah salah satu dari serangga Oligosen, tak terhitung jumlahnya yang diawetkan dalam batu ambar, termasuk lebah, kupu-kupu, semut, dan laba-laba.

Fungsi resin pohon yang berbau khas adalah untuk melindungi kulit kayu dari bakteri dan jamur. Sangat antiseptik dan tidak mengandung air, sehingga mencegah biologi inangnya membusuk dengan sangat baik. Di Republik Dominika, amber membedakan dirinya dari amber Baltik dengan hampir selalu transparan. (asr)