Home Blog Page 520

Kecanduan Ponsel Terkait dengan Depresi, Perundungan Siber, dan Kurang Tidur

0

Jonathan Ferng

Kecanduan ponsel diperkirakan berada pada titik tertinggi sepanjang masa, menurut beberapa penelitian dan survei. Lebih dari setengah remaja duduk untuk waktu yang lama dalam keheningan di ponsel cerdas mereka saat bergaul dengan teman- teman, dan sepertiga remaja menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersosialisasi dengan teman dekat secara online dibandingkan secara langsung.

Dalam rentang usia 18 hingga 29 tahun, 22 persen responden survei melaporkan memeriksa perangkat mereka setiap beberapa menit. Orang dewasa menghabiskan sekitar 45 menit sehari di media sosial, dan 96 persen orang Amerika memiliki ponsel pada Juni 2019.

Sementara perangkat ini menjadi sangat diperlukan untuk komunikasi dan produktivitas, apa dampak negatifnya terhadap masyarakat? Studi penelitian telah menunjukkan, penggunaan perangkat seluler yang berlebihan dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, perundungan siber, dan kurang tidur.

Prevalensi Kecanduan

Beberapa masalah fisik dan psikologis telah dikaitkan dengan kecanduan ponsel, termasuk nyeri otot, penglihatan kabur, iritasi mata dan kemerahan, ilusi pendengaran dan sentuhan, sensasi mendengar dering atau merasakan getaran ponsel, dan rasa sakit atau kelemahan pada ibu jari dan pergelangan tangan karena terlalu sering digunakan, menurut artikel ulasan 2016.

Perubahan perilaku yang bermasalah juga telah dicatat, termasuk kehilangan minat pada aktivitas lain, penggunaan ponsel terus-menerus dalam situasi berbahaya atau konteks terlarang, preferensi penggunaan ponsel untuk kontak pribadi, dan gangguan tidur.

Pengguna juga melaporkan kecemasan dan kesepian “ketika tidak dapat mengirim pesan atau menerima tanggapan segera”.

Dalam sebuah penelitian pada 2006: “22,1% remaja dan 27,9% remaja dianggap sebagai pecandu ponsel, meskipun hanya 5,35% dan 5,26% dari mereka yang menunjukkan perilaku berbahaya atau berbahaya.” Perbedaan geografis dan antarbudaya memerlukan penyelidikan lebih lanjut, tetapi prevalensi yang lebih tinggi terlihat pada populasi Timur Tengah dan Asia Timur, di mana mahasiswa di Korea “menunjukkan    tingkat  ketergantungan ponsel yang lebih besar (11,15%) daripada di Amerika (6,36%).”

Para peneliti di Tiongkok meneliti perundungan siber, depresi, dan kecanduan ponsel pada siswa sekolah menengah. Diterbitkan pada April 2022 di jurnal Frontiers in Psychology, penulis merekrut 1.297 siswa sekolah menengah untuk menyelesaikan tiga kuesioner.

Skala Kecanduan Smartphone menanyakan tentang perilaku penarikan diri, perilaku ciri khas seperti kebutuhan menggunakan telepon untuk merasa puas, kenya- manan sosial, efek negatif, dan penggunaan aplikasi yang berlebihan. Skor yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat kecanduan yang lebih tinggi.

Kuesioner Proyek Intervensi Perundungan Siber Eropa menanyakan tentang korban dan tindakan perundungan siber. Korban mengacu pada hal-hal seperti pesan yang mengancam atau melecehkan, dan perbuatan mengacu pada aktivitas seperti menerbitkan “rumor yang menghasut yang telah merusak reputasi orang lain”.

Akhirnya, Skala Depresi Pusat Studi Epidemiologi menanyakan tentang afek depresi seperti terganggu oleh sesuatu, afek positif seperti merasa “tidak lebih buruk” daripada yang lain, aktivitas somatik dan terbelakang, seperti memiliki nafsu makan yang buruk, dan perasaan interpersonal seperti berpikir bahwa orang lain tidak ramah. Skor yang lebih tinggi berkorelasi dengan tingkat depresi yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, kecanduan ponsel dikaitkan dengan tingkat depresi yang tinggi. Kecanduan merupakan faktor risiko untuk menjadi korban perundungan siber dan menjadi perundung siber. Selain itu, siswa yang mengalami viktimisasi perundungan siber lebih cenderung menjadi pelaku.

Para penulis menemukan bahwa depresi dan kecanduan secara signifikan lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan “tingkat viktimisasi perundungan siber dan pelaku perundungan siber” lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Analisis lebih lanjut juga menunjukkan anak laki-laki yang menjadi korban perundungan siber lebih mungkin menjadi perundungan siber daripada anak perempuan.

Kualitas Tidur

Peran mediasi kualitas tidur dalam hubungan antara kecanduan ponsel dan depresi diperiksa dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di BMC Psychiatry pada Agustus 2022 dengan sampel 450 mahasiswa kedokteran Tiongkok. Peserta membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikan survei online, dan mereka yang membutuhkan waktu kurang dari lima menit dikeluarkan dari penelitian.

Versi Tiongkok dari indeks kecanduan ponsel (MPAI) untuk kecanduan, Kuesioner Kesehatan Pasien 9 (PHQ-9) untuk depresi, dan Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh (PSQI) untuk kualitas tidur digunakan dalam penelitian. Hubungan teman sebaya diukur berdasarkan skala Inventarisasi Induk dan Keterikatan Teman Sebaya (IPPA).

Depresi berkorelasi positif dengan kecanduan, dan kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan hubungan teman sebaya yang lebih buruk. Kecanduan ponsel berkorelasi dengan kualitas tidur yang buruk dan hubungan teman sebaya yang lebih buruk.

Para penulis menyimpulkan, “Kualitas tidur sebagian memediasi hubungan antara kecanduan ponsel dan depresi. Selain itu, efek kualitas tidur pada depresi dimoderatori oleh hubungan teman sebaya.” (eko)

Mencari Sang Penyelamat Dunia : Rahasia Ilahi Tersembunyi di Kuil Kuno Tibet

0

Fuyao

Cerita kita hari ini, dimulai dari sebuah kuil yang luar biasa di dataran tinggi bersalju. Inilah lokasi shooting film berjudul “A World Without Thieves” yang populer pada 2004 lalu, yakni Kuil Labrang yang terletak di Kabupaten Xiahe Provinsi Gansu di daerah Amdo tradisional Tibet. 

Dalam film itu sepasang “suami istri pencuri” seusai berkunjung ke Kuil Labrang mendapat pencerahan dari ajaran Buddha, dan bertekad untuk bertobat, serta memulai hidup baru. Kemudian meninggal dunia demi melindungi seorang buruh tani yang polos dan baik hati bernama “Sha Gen”. Kisah itu mengharukan banyak orang, dan Kuil Labrang yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal itu pun sontak menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi turis.

Tapi di wilayah Tibet, Kuil Labrang yang memiliki sejarah lebih dari 300 tahun yang telah berdiri sejak masa kekuasaan Kaisar Kangxi Dinasti Qing itu sebenarnya sangat terkenal reputasinya. Kuil tersebut merupakan satu dari enam kuil besar ajaran Buddha Tibet aliran Gelug, memiliki budaya klasik Tibet yang paling kaya dan paling lengkap di Tibet, serta dijuluki sebagai “Institut Buddha Tibet terbesar di dunia”. Para warga Tibet selalu membanggakan anak-anak mereka yang berhasil lulus ujian seleksi untuk diterima belajar ajaran Buddha di Kuil Labrang.

Mungkin untuk menyebarkan ajaran Buddha, Kuil Labrang terus menerima banyak murid, dan juga sangat bersahabat kepada para turis yang datang berduyun-duyun, ada Lama (sebutan untuk biarawan Tibet, red.) yang menjadi pemandu membawa para turis melihat-lihat sekeliling kuil, menjelaskan dengan lancar dan hidup semua kisah di balik setiap patung Buddha. Dan bagi para turis dari Daratan Tiongkok, yang membuat mereka paling terkejut adalah Buddha Maitreya yang disucikan di kuil tersebut.

Bicara soal Buddha Maitreya, apakah yang pertama terlintas di pikiran pembaca adalah Buddha yang “selalu tertawa dan berperut besar”? Sebenarnya patung Buddha Maitreya yang gemuk dengan perut agak buncit yang acap kita lihat adalah Bhikkhu Bu Dai (bhikkhu tas kain, red.) yang hidup di masa Dinasti Liang Akhir (Zhu Liang, 907-923), yang selalu membawa sebuah karung dari kain meminta sedekah kemana-mana, selalu tertawa riang gembira tak peduli apapun. Pada saat wafatnya ia meninggalkan sebait syair: “Maitreya, oh Maitreya, Maitreya sejati, berubah jutaan kali, acap kali memperlihatkan diri pada manusia, namun manusia tidak mengenalinya”. Karena di dalam syair itu disebut Maitreya, maka masyarakat pun mengira dia adalah tumimbal lahir dari Buddha Maitreya, jadi kemudian membentuk Buddha Maitreya dengan wujudnya, yakni dengan sosok yang berjiwa lapang berperut buncit untuk menganjurkan manusia agar memperlakukan orang lain dengan toleran dan berbuat kebajikan.

Akan tetapi Buddha Maitreya yang disucikan di Kuil Labrang ini justru memiliki sosok yang sama sekali berbeda. Di dalam kuil terdapat aula khusus Buddha Maitreya, patung perunggu Buddha Maitreya berlapis emas yang disucikan di dalam aula tersebut tinggi besar, dengan tinggi sekitar 8 meter, berekspresi serius dan sangat berwibawa.

Dalam jurnal yang ditulis seorang warganet pada 2010 lalu, Lama pemandu disana menjelaskan, “Buddha Maitreya disebut juga ‘Buddha Masa Depan’, patung Buddha ini dicor (casting, red.) oleh seorang perajin dari Nepal yang diundang oleh kepala kuil generasi kedua. Patung Buddha Maitreya ini membawa sebuah Roda Dharma (Falun, atau Dharmacakra, red.), yang melambangkan Buddha Masa Depan akan membawa Roda Dharma dan Delapan Vajra turun ke dunia menyelamatkan umat manusia.”

Turis pun bertanya, isyarat tangan ini terlihat sangat unik, apa maknanya? Lama itu menjawab, “Maknanya adalah memutar Roda Dharma kepada umat manusia.”

Kemudian sang Lama menunjuk patung Buddha yang agak kecil di depan Buddha besar dan berkata, “Ini adalah Buddha Sakyamuni, disebut juga ‘Buddha Masa Kini’, secara berurutan dengan ‘Buddha Masa Depan’ Dia turun lebih dahulu ke dunia untuk menyelamatkan makhluk hidup.” Ini agak sedikit aneh. Dalam ajaran Buddha aliran Tibet sekalipun, Buddha Sakyamuni juga sangat dihormati. Belum pernah terlihat di kuil atau vihara manapun membentuk patung Buddha Sakyamuni jauh lebih kecil daripada patung Buddha lainnya.

Patung Buddha Dipankara (Masa Lampau), patung Buddha Sakyamuni (Masa Kini), dan patung Bud- dha Maitreya (Masa Depan).

Bagaimanakah seharusnya penjelasannya? Lama itu dengan tenang menjawab, “Buddha Sakyamuni hanya dapat menyelamatkan murid-muridNya saja, dan pada saat akan wafat Dia berkata pada murid-muridNya bahwa umat manusia masa mendatang akan diselamatkan oleh Buddha Maitreya yang turun ke dunia, Buddha Maitreya adalah Buddha yang memiliki kuasa supranatural terbesar di alam semesta, dan merupakan satu-satunya penyelamat makhluk hidup di alam semesta.”

Sepertinya Kuil Labrang cenderung sangat mencintai Buddha Maitreya. Di aula kitab suci terbesar dalam kuil itu, di belakang ruangan barat Institut Wensi, juga terdapat sebuah patung perunggu besar Buddha Maitreya yang bersepuh emas. Pemandu berkata, “Patung Buddha ini adalah Buddha Maitreya yang sama dengan yang ada di Aula Dajinwa (Genteng Emas) tadi, yang membedakan adalah patung Buddha ini dalam posisi setengah jongkok dan setengah berdiri, yang melambangkan Buddha Masa Depan akan bangkit datang ke dunia menyelamatkan mahluk hidup.”

Mendengar penuturan ini, tidak sedikit turis mulai bergumam. Karena ini sangat berbeda dengan sosok Buddha Maitreya yang selama ini ada di benak masyarakat luas. Namun dengan reputasi Kuil Labrang dalam ajaran Buddha aliran Tibet, sepertinya pihak kuil sama sekali tidak perlu menciptakan informasi yang sensasional semacam ini hanya untuk menarik wisatawan. Lalu benarkah Buddha Maitreya adalah Sang Pemimpin yang menguasai masa depan alam semesta?

Buddha Masa Depan Maitreya

Perlu dijelaskan, sebenarnya dalam ajaran Buddha aliran Mahayana ada penjelasan mengenai “Buddha Tiga Masa”, yakni Buddha Dipankara yang merupakan Buddha Masa Lampau, Buddha Sakyamuni yang merupakan Buddha Masa Kini, dan Buddha Maitreya yang merupakan Buddha Masa Depan. 

Buddha Dipankara adalah Buddha masa lampau sebelum Buddha Sakyamuni, pernah memberikan nubuat tentang Buddha Sakyamuni pada kehidupan masa lalu, meramalkan Sakyamuni akan menjadi Buddha. Dan Buddha Sakyamuni saat berada di dunia juga pernah mengatakan, pada saat DharmaNya sudah tidak mampu lagi menyelamatkan umat manusia, maka Buddha Maitreya akan turun ke dunia menyelamatkan umat manusia, Ia bahkan memerintahkan murid tertuanya yakni Mahākāśyapa untuk menantikan Buddha Maitreya di Gunung Kukkutapāda, dan menyerahkan jubah sucinya kepadaNya, untuk merampungkan serah terima. Lalu kapan Buddha Maitreya akan turun ke dunia menyelamatkan manusia? Dalam kitab suci Buddha dikatakan, ini menunggu Raja Agung Pemutar Roda (Cakkavatti, red.) menguasai dunia manusia.

Seperti pada kitab “Dīrghāgama” jilid keenam disebutkan, “Di masa yang akan datang akan ada Buddha terlahir ke dunia, namanya adalah Buddha Maitreya… Murid-muridNya tak terhitung jumlahnya, tidak seperti murid saya sekarang yang hanya ratusan orang. … ”  Dari bait Sutra ini dapat dilihat, Buddha Sakyamuni sendiri menilai membawa murid-muridNya meninggalkan keduniawian untuk berkultivasi, hanya dapat menyelamatkan ratusan orang, sedangkan murid Buddha Maitreya begitu banyak, mencapai “tak terhitung jumlahnya”. Bagaimana bisa dilakukan? Menurut “Maitreya-vyākaraṇa” dikatakan, caranya adalah dengan mewujudkan “tanah suci di tengah manusia”. Ada yang menafsirkan, seharusnya adalah dapat berkultivasi di tengah manusia, tanpa harus meninggalkan keduniawian. Bersamaan dengan berkultivasi sekaligus meningkatkan moralitas di tengah manusia, hingga akhirnya menjadi sebidang tanah suci. Dan pada saat itu, siapakah yang akan menguasai dunia manusia? “Raja Agung Pemutar Roda” (Cakravarti-rāja, red.).

“Cakravarti-rāja” adalah raja yang menyatukan dunia dalam legenda India. Pada waktu itu di langit akan muncul sebuah tanda berbentuk roda emas yang berputar. Sang pemilik roda emas berputar ini, akan menjadi penguasa dunia dan seluruh alam semesta, Dia akan mengatur dunia ini dengan belas kasih dan kebijaksanaan. Dulu ketika Buddha Sakyamuni lahir, ada peramal mengatakan, di masa yang akan datang jika sang pangeran tidak meninggalkan keduniawian, akan menjadi “Raja Roda Emas”. Kemudian dalam penyebaran Dharma, Buddha Sakyamuni juga beberapa kali menyebut “Raja Agung Pemutar Roda”, dan acap kali disebutkan bersamaan dengan Buddha Maitreya masa depan.

Jadi dalam penjelasan generasi selanjutnya, khususnya di kawasan Asia Timur, beranggapan ketika Buddha Maitreya turun ke dunia menyelamatkan manusia, akan berpadu menjadi satu dengan Raja Agung Pemutar Roda, dengan kata lain satu orang dengan dua identitas yang berbeda, Buddha akan beridentitas sebagai raja menyebarkan ajaran Buddha di tengah manusia, dan menyelamatkan manusia. Kuil Labrang sepertinya juga menerima penafsiran semacam ini, maka patung Buddha Maitreya memegang Roda Dharma, memutarnya dengan menghadap pada manusia.

Bunga Buddha Udumbara

Lalu kapan saatnya Raja Agung Pemutar Roda akan menguasai dunia manusia? Dalam kitab suci Buddha dikatakan, pada saat itu bunga keberuntungan yakni Udumbara akan bermekaran.

“Udumbara” adalah bahasa Sansekerta, memiliki makna pertanda keberuntungan dari Langit. Udumbara adalah bunga suci Kerajaan Buddha, bunga yang “putih bersih tanpa noda duniawi”, dalam kitab “Fahua Wenju (Saddharma Pundarika Sutra)” disebutkan: “Munculnya bunga Udumbara, ini adalah pertanda keberuntungan dari Langit. Tiga ribu tahun hanya muncul sekali, kini tibalah Sang Raja Roda EMas.” Tiga ribu tahun baru mekar sekali. Diameter bunga hanya 1 milimeter, berbentuk seperti lonceng, berwarna putih bersih, dengan tangkai bunga sangat halus seperti benang emas. Mekar di malam hari, wangi semerbak, dikelilingi pendaran keberuntungan.

Dalam kitab “Huilin Yinyi” jilid ke-delapan disebutkan: “Bunga Udumbara, … adalah bunga surga. Di dunia tidak ada bunga ini. Jika Buddha dan Raja Roda Emas turun ke dunia, karena kekuatan moral dan berkah yang begitu besar, akan menggugah bunga ini untuk muncul.” Dengan kata lain, ketika Buddha dan Raja Roda Emas muncul bersamaan untuk menyelamatkan umat manusia, maka Bunga Udumbara baru akan muncul di tengah manusia.

Tahun 1997, seorang kepala biara sebuah kuil yang terletak di Kota Gwangju Provinsi Gyeonggi Korea Selatan telah menemukan munculnya 24 kuntum bunga putih mungil di bagian dada sebuah patung Buddha perunggu emas di kuil tersebut. Setelah diteliti secara seksama dinilai bunga itu adalah Udumbara seperti yang tercatat dalam kitab Buddha. Berita tersebut dipublikasikan dan menimbulkan kegemparan, dengan cepat banyak orang pun datang untuk melihatnya. Setelah itu, pemberitaan mengenai temuan bunga Udumbara pun kerap bermunculan, tidak hanya dari negara yang menganut agama Buddha saja, bahkan di Tiongkok pun banyak bermunculan.

Menariknya adalah, seakan membuktikan asal usulnya yang tidak lazim, bunga-bunga Udumbara tersebut bermekaran di patung Buddha, di pipa besi, di kaca, dan tempat-tempat yang tidak lazim ditumbuhi oleh tanaman. Tanpa perlu dirawat sama sekali, tumbuhnya bunga begitu lamanya sehingga membuat orang tak habis pikir. Banyak yang hidup hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun tidak pernah layu. Maka saat ada yang menyangkal bahwa itu adalah telur dari Serangga Jala Hijau, pernyataan ini terbantahkan dengan sendirinya. Pertama, karena kutu daun yang merupakan makanan utama bagi Jala Hijau ini hidup di antara berbagai jenis tumbuhan. Serendah apapun IQ serangga kecil ini, tidak mungkin akan bersarang di tempat yang tidak ada makanan bagi keturunannya. Kedua, telur dari Jala Hijau juga memiliki batang yang halus panjang, bentuknya juga seperti bunga, tapi warnanya adalah hijau pucat, dan tidak harum. Dan akan menetas dalam 4-6 hari, begitu telur menetas serangga kecil itu dengan cepat berubah menjadi abu-abu, jadi sebenarnya sangat mudah dibedakan.

Mesias Sang Penyelamat Dunia

Sebenarnya tidak hanya agama Buddha, pada banyak agama di dunia juga terdapat ramalan tentang Sang Penyelamat Dunia. Dalam agama Nasrani Sang Penyelamat Dunia bernama Mesias. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar bahasa terkenal yakni Ji Xianlin dan muridnya yakni Profesor Qian Wenzhong dari Fudan University, Tiongkok, besar kemungkinan bahwa Mesias dan Maitreya adalah orang yang sama.

Maitreya dalam bahasa Sansekerta memiliki makna belas kasih, dan di Tiongkok disebut “Mi Le”. Ji Xianlin menilai, sebutan “Mi Le” ini kurang tepat penerjemahannya. Bhikkhu Xuanzang (dikenal sebagai Bhikkhu Tom Sam Cong dalam Novel Perjalanan ke Barat) yang pergi ke Barat untuk menuntut ilmu agama juga telah menyadari hal ini.

Sedangkan Sang Penyelamat Dunia “Mesias” di Barat berasal dari bahasa Ibrani yakni Mashiach (המשיח). Antara Maitreya dengan Mashiach pengucapan keduanya sangat mirip.

Sementara riset Profesor Qian Wenzhong mengatakan, kurang lebih pada tahun 1000 SM, sekitar 500 tahun sebelum kelahiran Sakyamuni, mulai dari Asia Barat, Afrika Utara, Anatolia (Asia Minor), Mesopotamia, juga Mesir, telah menjadi tren semacam kepercayaan akan Sang Penyelamat masa depan, Mesias dalam agama Kristen dan Maitreya di India juga lahir pada masa ini.

Dengan kedua riset tersebut, Buddha Maitreya masa depan dari Timur dengan Mesias Sang Penyelamat dari Barat mungkin adalah satu orang yang sama. Dan Dialah yang mampu menyelamatkan seluruh dunia. Lalu dimanakah dia akan muncul?

Peramal tersohor asal Prancis yakni Nostradamus dalam karya terkenalnya “Les Prophéties” meramalkan demikian:

Seorang Timur meninggalkan kampung halamannya,

Menembus Pegunungan Appenini tiba di Prancis,

Dia akan melewati langit, samudera dan salju,

Setiap orang akan tergerak oleh tongkat saktinya.

Entah karena suatu kebetulan, salah satu festival terpenting bagi masyarakat Barat adalah Hari Paskah, dalam bahasa Inggris disebut Easter Day. Terlihat tidak ada kaitannya dengan Paskah. Tapi jika diteliti lagi, bukankah kata Easter sangat berkaitan dengan kata “East” (Timur)?

Lalu menurut Anda Buddha Masa Depan yang dinantikan oleh murid Buddha Sakyamuni, Mahākāśyapa, di Gunung Kukkutapāda akan berasal dari manakah?

Kadang kala, “Mencari-cari dia di segenap pelosok, yang dicari ternyata berada di tempat yang remang-remang.” Bhikkhu Bu Dai pernah berkata, “Sang Maitreya acap kali menampakkan diri, hanya saja manusia tidak mengenalinya”. Mungkin saja Buddha Maitreya yang akan menyelamatkan dunia telah tiba, dan berada di tengah-tengah kita, mungkin juga seperti seorang yang biasa, mungkin kita saja yang tidak mengira bahwa dialah orangnya. (sud)

Rumor Mencuat Saat Xi Jinping yang Mengamankan 3 Periode Pimpinan PKT Absen dari Publik

0

Eva Fu

Lebih dari seminggu  lalu, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Xi Jinping memulai perjalanan tiga hari ke Asia Tengah untuk menandai lingkup pengaruhnya. Sejak itu, dia tak terlihat oleh publik, melewatkan pertemuan militer tingkat tinggi dan pertemuan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Apalagi ketika beberapa minggu lagi menjelang digelarnya Kongres  Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke-20, di mana Xi mengincar masa jabatan 3 periode yang belum pernah terjadi sebelumnya, absennya dalam waktu lama disoroti pengamatan politik dengan sejumlah spekulasi bahwa Xi ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Pada 24 September, Xi Jinping menjadi trending topic teratas di Twitter. Namanya muncul di hashtag lebih dari 42.000 kali dan istilah “kudeta Tiongkok” beredar 9.300 putaran di platform.

BACA JUGA : Beredar Pembicaraan Rahasia Xi Jinping  : Berniat Memiskinkan Tiongkok Untuk Selamatkan PKT?

“Rumor baru yang harus diperiksa: Apakah Xi jinping  di bawah tahanan rumah di Beijing?” tulis Subramanian Swamy, mantan menteri kabinet  dan anggota parlemen India. 

Spekulasi bertambah menjadi-jadi  ketika warga negara Tiongkok mencatat pembatalan penerbangan massal di seluruh negeri. Hampir 10.000 penerbangan—yakni hampir dua pertiga dari yang dijadwalkan pada hari itu—dibatalkan pada Sabtu (24/9/2022), pada hari yang sama konferensi penting tentang pertahanan nasional dan reformasi militer yang digelar di Beijing. Weibo, platform media sosial teratas di Tiongkok, segera menyensor diskusi seputar pembatalan penerbangan, menyatakannya sebagai “rumor.”

Xi yang baru tiba kembali di ibu kota Beijing pada 16 September setelah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan puncak regional di Asia Tengah, tidak muncul di pertemuan Beijing tetapi menyampaikan instruksi bahwa angkatan bersenjata harus fokus kepada persiapan perang. Demikian juga sosok yang tak terlihat adalah Wei Fenghe, jenderal militer  pilihannya yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan nasional.

Kegiatan publiknya sejak saat itu terutama terdiri dari surat ucapan selamat untuk menandai Festival Panen Petani Tiongkok pada 22 September dan lainnya pada hari berikutnya kepada media pemerintahan PKT, China News Service, untuk memberikan selamat kepada media tersebut pada ulang tahunnya yang ke-70.

BACA JUGA : PKT Ingin Tiru Cara Dinasti Qin Berjaya di Tiongkok Tapi Mempercepat Hengkangnya Perusahaan Barat

Beberapa analis menilai, saat tak ada media corong PKT atau pejabat tinggi yang muncul ke publik untuk membantah desas-desus yang beredar, hal demikian mencerminkan tingkat kemarahan tertentu di daratan Tiongkok. 

“Ini menunjukkan ketidakpuasan, sepertinya orang-orang menghitung  hari-hari dia jatuh dari kekuasaan,” ujar Wang He, seorang komentator tentang Tiongkok  yang berbasis di AS  kepada The Epoch Times. 

Ia menambahkan, meskipun Xi telah mengamankan masa jabatan 3 periode, banyak orang tak berdamai dengan kelanjutan kekuasaannya.

Analis Tiongkok Gordon Chang menganggap kudeta tak mungkin terjadi, menunjuk kepada kurangnya bukti pendukung di lapangan.

“Saya tidak berpikir ada kudeta, karena jika ada kudeta, kita akan menyaksikan, misalnya, banyak kendaraan militer di pusat kota Beijing. Belum ada laporan tentang itu. Juga, mungkin akan ada deklarasi darurat militer yang belum terjadi,” katanya kepada The Epoch Times. 

BACA JUGA : Langkah Awal Tiongkok di Pasifik Selatan : Sebuah Tantangan Strategis

“Jadi, sepertinya ada sesuatu yang terjadi, tetapi kami tidak tahu bagaimana persisnya,” katanya seraya menambahkan bahwa satu-satunya hal yang dapat menghilangkan beberapa spekulasi adalah jika Xi keluar berbicara ke pubilk. 

Zhang Tianliang, seorang penulis buku berbahasa Mandarin “Jalan Tiongkok menuju Transisi Damai,” juga menolak teori tahanan rumah karena tidak sesuai dengan akal sehat.

Selama seminggu terakhir, enam pejabat senior Tiongkok, termasuk dua mantan pejabat tingkat kabinet, dijatuhi hukuman berat karena pelanggaran terkait korupsi. Hal demikian menambahkan serangkaian pejabat yang dibersihkan dalam kampanye anti-korupsi Xi yang ia luncurkan setelah menjabat pada akhir 2012.

Zhang dalam programnya pada 22 September berpendapat, bagaimanapun Xi memiliki kapasitas untuk menghukum mereka jika dia kehilangan cengkeraman terhadap kekuasaannya. 

Apakah Xi tampil di depan publik atau tidak, tak memiliki arti penting, kata Wang, ia mencatat bahwa ketidakhadiran yang begitu lama dari perhatian publik bukanlah hal yang unik bagi Xi.

Bagi Wang, perjalanan luar negeri Xi menjelang kongres Partai adalah proyeksi kepercayaan.

“Tanpa jaminan mutlak, orang ini tidak akan mengambil risiko dengan mudah,” katanya tentang Xi. (asr)

Luo Ya berkontribusi pada laporan ini.

Warga Aceh Rasakan Guncangan Kuat Gempa Magnitudo 6,4, Sempat Panik Berhamburan ke Luar Rumah

0

ETIndonesia- Gempa bumi dengan magnitudo (M)6,4 terjadi pada 45 km barat daya Meulaboh, Provinsi Aceh, pada Sabtu (24/9), pukul 03.52 WIB. Fenomena ini memicu guncangan kuat yang dirasakan sejumlah warga di wilayah Aceh.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merilis perkembangan terkini pada Sabtu (24/9), pukul 08.00 WIB, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan gempa tidak menimbulkan korban maupun kerugian materi, meskipun guncangan gempa tersebut pada kategori kuat.

“Pusdalops BNPB terus melakukan koordinasi dan pemantauan pada wilayah-wilayah yang melaporkan guncangan kuat,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Guncangan kuat dirasakan warga Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya dan Aceh Barat Daya. Masyarakat panik hingga berhamburan ke luar rumah. 

Sementara itu, warga di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Besar, Aceh Selatan, Pidie Jaya dan Simeulue melaporkan guncangan dengan intensitas sedang dengan durasi waktu berkisar 2 hingga 5 detik. BPBD Aceh Tengah menyampaikan warganya panik dan ke luar rumah saat guncangan terjadi. 

Masih di wilayah Provinsi Aceh, guncangan gempa dirasakan lemah 2 hingga 3 detik warga Aceh Tamiang, serta 2 hingga 5 detik dirasakan warga Pidie. Sedangkan di Kabupaten Aceh Singkil, warganya tidak merasakan guncangan gempa. 

Berdasarkan parameter BMKG, pusat gempa berada di laut dan berdasarkan pemodelan tidak memicu terjadinya tsunami. Gempa M6,4 berada pada kedalaman 22 km. 

Melihat intensitas kekuatan gempa dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, teridentifikasi wilayah Meulaboh, Aceh Selatan dan Nagan Raya pada IV MMI, Aceh Besar, Banda Aceh, Takengon, Bener Meriah dan Simeulue III MMI, serta Pidie, Idi, Bireuen, Aceh Tamiang dan Langsa II MMI. 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeskripsikan IV MMI yaitu warga di dalam rumah dan beberapa di luar rumah merasakan guncangan gempa, gerabah pecah, jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi. Semakin besar MMI, dampak gempak yang dirasakan juga semakin besar. 

BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap waspada dan siap siaga. Gempa tidak dapat diprediksi kapan dan di mana akan terjadinya. Apabila gempa terjadi, warga jangan panik dan lakukan evakuasi dengan aman. Perhatikan jika warga ingin kembali ke rumah, antisipasi gempa susulan maupun kondisi bangunan pascagempa. Data mencatat korban meninggal bukan akibat gempa tetapi bangunan rusak atau pun roboh.  (BNPB/asr)

Modal Asing yang Kabur dari Indonesia Berjumlah Rp3,53 T dalam Hitungan Sepekan Ini

0

ETIndonesia- Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing berjumlah triliunan rupiah yang keluar dari Indonesia dalam sepekan ini.

“Berdasarkan data transaksi 19 – 22 September 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp3,53 triliun terdiri dari jual neto Rp3,80 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,27 triliun di pasar saham,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/9/2022).

Adapun berdasarkan data setelmen sampai dengan 22 September 2022, nonresiden jual neto Rp148,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp72,78 triliun di pasar saham.

Sedangkan, premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 137,05 bps per 22 September 2022 dari 108,86 bps per 16 September 2022 .

Sementara itu, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ke-empat September 2022 diperkirakan inflasi sebesar 1,10% (mtm).  

BI mencatat nilai tukar rupiah ambals di level (bid) Rp15.015 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik di 7,19%. DXY[1] menguat ke level 111,35 dan Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 3,714%.

BI juga mencatat, komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu ke-empat yaitu bensin sebesar 0,91% (mtm), angkutan dalam kota sebesar 0,05% (mtm), angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta telur ayam ras, pasir, semen dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Selain itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ke-empat September yaitu bawang merah sebesar -0,06% (mtm), minyak goreng, daging ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar -0,03% (mtm), cabai rawit, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02% (mtm), serta tarif angkutan udara sebesar -0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” pungkas Erwin. (asr)

Hasil Studi Menemukan Merokok Pasif Berpotensi Mendatangkan Risiko Kepada Anak-Cucu

0

Steve Milne

Hasil studi dari para peneliti  University of Melbourne di Australia menemukan bahwa anak-anak berisiko lebih tinggi terkena asma jika ayah mereka terpapar asap rokok saat mereka masih anak-anak. 

Diterbitkan pada Kamis 15 September di European Respiratory Journal, penelitian  juga menunjukkan bahwa risiko asma seorang anak meningkat lebih lanjut, jika ayah mereka menjadi perokok setelah terpapar asap pasif sebagai seorang anak.

Menurut para peneliti, temuan ini menyoroti kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Tak hanya pada perokok dan anak-anak mereka, tetapi bahkan pada cucu-cucu mereka.

Berdasarkan data dari Tasmanian Longitudinal Health Study (TAHS), yang dimulai pada 1968 dan mengamati 1.689 anak, ayah mereka, dan kakek nenek dari pihak ayah, peneliti membandingkan data apakah anak-anak menderita asma pada usia tujuh tahun dengan data apakah ayah mereka dibesarkan dengan orangtua yang merokok.

Selain itu,  ayah perokok atau bekas perokok juga dipertimbangkan.

“Kami menemukan  risiko asma non-alergi pada anak-anak meningkat sebesar 59 persen jika ayah mereka terpapar asap rokok di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan anak-anak yang ayahnya tidak terpapar, kata peneliti Jiacheng Liu dalam rilis University of Melbourne pada Kamis.

“Risikonya bahkan lebih tinggi, yaitu 72 persen, jika para ayah terpapar asap rokok dan terus merokok sendiri.”

Rekan peneliti, Dr. Dinh Bui mengatakan kepada The Epoch Times pada Senin 19 September bahwa ini menunjukkan bahwa ketika anak-anak juga langsung terpapar asap pasif dari ayah mereka yang merokok di rumah, paparan langsung tambahan ini menambahkan dampak buruk dari penularan epigenetik.

Para peneliti menemukan risiko asma non-alergi pada anak-anak meningkat sebesar 59 persen jika ayah mereka terpapar asap rokok di masa kanak-kanak. (Aliaksandr Marko/Adobe Stock)

“Dengan kata lain, paparan langsung kepada keturunan mengubah hubungan antara paparan pasif kepada ayah dan asma keturunannya,” katanya, seraya menambahkan pria yang terpapar asap rokok saat masih anak-anak masih, dapat menurunkan risiko asma yang mereka wariskan kepada anak-anak mereka jika mereka menghindari merokok.

Suspek Perubahan Epigenetik 

Sementara para peneliti tidak yakin bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh perokok pasif diturunkan kepada anak cucu mereka, Prof. Shyamali Dharmage, yang memimpin TAHS, mengatakan mereka menduga  terkait dengan perubahan epigenetik.

“Di sinilah faktor-faktor di lingkungan kita, seperti asap tembakau, berinteraksi dengan gen kita untuk mengubah ekspresinya. Perubahan ini dapat diwariskan tetapi mungkin sebagian dapat dibalik untuk setiap generasi,” katanya.

Meskipun perubahan epigenetik tidak mengubah urutan DNA, tetapi dapat mengubah cara tubuh membaca urutan DNA.

“Ada kemungkinan asap tembakau menciptakan perubahan epigenetik dalam sel yang akan terus memproduksi sperma ketika anak laki-laki tumbuh dewasa. Perubahan ini kemudian dapat diturunkan kepada anak-anaknya,” jelas Dharmage.

Langkah selanjutnya bagi para peneliti adalah bagaimana menentukan apakah peningkatan risiko asma berlanjut hingga kehidupan dewasa dan apakah ayah yang terpapar asap rokok selama masa kanak-kanak mereka, menurunkan risiko alergi atau penyakit paru-paru lainnya kepada anak-anak mereka. (asr)

Bagaimana Cara Menghentikan Kucing yang Terus Menerus Menggigit?

0

Debra Sherman

Anabul yang berbeda menggigit karena alasan yang berbeda. Untuk mengetahui cara menghentikan ia menggigit, Anda harus memahami mengapa ia melakukannya. 

Berikut adalah enam alasan paling umum mengapa kucing menggigit, dan cara menghentikannya.

Mengapa Kucing Menggigit?

1. Beberapa kucing akan menggigit hanya untuk menegaskan dominasinya. Kucing Anda mungkin menggigit karena mereka mencoba menunjukkan siapa yang bertanggung jawab. Jika kucing Anda menggigit Anda, lalu tidak mundur atau mencoba memeluk atau bermain, kemungkinan besar kucing Anda menggigit untuk menunjukkan dominasi.

2. Kucing menggigit sebagai cara berkomunikasi. Alih-alih mengeong jika menginginkan sesuatu, kucing Anda mungkin menggigit jari kaki, lengan, atau jari Anda sebagai sebuah isyarat kepada Anda. Mereka mungkin meminta makanan, diizinkan keluar rumah atau bahkan Anda harus membersihkan  litter boxnya. Jika kucing Anda menggigit, kemudian mencoba membawa Anda ke piring makanannya, pintu belakang, litterbox – maka anabul Anda mungkin hanya menggigit sebagai cara untuk berkomunikasi.

3. Anak kucing akan menggigit untuk berlatih menyerang. Beberapa tahun lalu, saya mempunyai anak kucing bernama Miss Abigail. Dia menyerang kakak betinanya selama beberapa bulan ketika dia masih kecil. Dokter hewan meyakinkan saya bahwa perilaku menyerang pada akhirnya akan berhenti. Beruntung bagi Abigail, kucing yang lebih dewasa tidak melawan!

4.  Kucing jantan yang tidak dikebiri bisa menjadi agresif. Pertimbangkan untuk mensterilkan kucing jantan Anda jika dia menggigit. Kucing jantan umumnya akan tenang jika dikebiri. Pengebirian memberikan manfaat keamanan lain untuk kucing Anda dan menghentikan kotoran anak kucing yang tidak diinginkan di sekitar lingkungan!

5.  Declawing atau pencabutan kuku kucing  mungkin membuat ia mulai menggigit. Kucing dapat merasa rentan dan mulai menggigit jika mereka tidak memiliki cakar. Untuk diketahui beberapa negara mendeklarasikan Declawing kucing adalah tindakan ilegal. 

6. Kucing akan menggigit untuk membela diri. Jika kucing diserang, diangkat atau diprovokasi, mereka pasti akan menggigit untuk membela diri. Waspadai hal ini jika Anda memiliki anak kecil atau hewan peliharaan lain di rumah yang mungkin mengganggu kucing.

Mengapa Kucing Menggigit Saya?

Untuk informasi lebih lanjut tentang mengapa kucing Anda menggigit Anda, baca artikel saya (termasuk video) berjudul, Mengapa Kucing Menggigit Pemiliknya?

Cara Menghentikan Kucing Menggigit Anda

Pertama-tama cobalah untuk mengabaikannya. Kucing Anda kemungkinan akan menggigit untuk mendapatkan respons dari Anda. Jika Anda tidak merespons, mereka mungkin mencoba metode lain seperti mengeong.

Hanya menanggapi komunikasi yang tepat. Lakukan saja apa yang diminta kucing Anda jika mereka meminta dengan baik. Berhati-hatilah agar tidak menghargai perilaku menggigit dengan memberi mereka apa yang mereka inginkan. Tunggu sampai mereka tidak menggigit untuk memberinya hadiah. 

Konsisten. Saat kucing Anda masih kitten, gigitannya mungkin lucu. Namun akhirnya menjadi menyakitkan dan bermasalah. Jangan biarkan kucing Anda menggigit Anda atau bahkan menggigit jari Anda. Jika kucing Anda menggigit Anda dengan cara apa pun, mereka harus mendapatkan reaksi yang sama dari Anda secara konsisten. Anda tidak bisa membiarkan mereka kadang-kadang menggigit dan dan tidak di lain waktu. Hewan peliharaan membutuhkan konsistensi untuk belajar bagaimana berperilaku dengan tepat.

Gigitan Cinta 

Mengapa kucing memberikan gigitan cinta? Kucing yang menggigit pemiliknya bisa menjadi masalah besar, tetapi jangan bingung antara gigitan cinta  dengan gigitan kucing Anda. Dikarenakan suatu alasan seperti dominasi, ketakutan, komunikasi, atau membela diri. Gigitan cinta kucing, juga dikenal sebagai agresi yang dipicu oleh belaian, terkadang dimulai dengan menjilati kemudian berkembang menjadi menggigit. Kucing biasanya santai dan tidak menunjukkan tanda-tanda agresi seperti mendesis atau menggeram.

Menurut PetMD.com, gigitan cinta kucing biasanya bukan tanda kasih sayang. Kemungkinan besar kucing mencoba memberi sinyal bahwa mereka sudah selesai berinteraksi (seperti mengelus). Jika petting terus berlanjut meskipun mereka berusaha untuk mengakhirinya, mereka mungkin menggigit. Gigitan cinta kucing juga bisa disebabkan oleh stimulasi yang berlebihan.

Kucing juga bisa menggigit secara tidak sengaja. Ketika mereka merawat diri mereka sendiri, mereka terkadang menggunakan gigi mereka. Mereka mungkin melakukan hal yang sama ketika mereka menjilati Anda, sekali lagi, secara tidak sengaja.

Juga, ingatlah beberapa kucing tidak senang jika dibelai bagian tubuhnya tertentu atau sama sekali tidak mau dibelai. Jika kucing Anda terus menggigit Anda dengan lembut (atau tidak terlalu lembut!) saat Anda mengelusnya,  mungkin merupakan sinyal ia tidak menyukainya. (asr)

Artikel ini awalnya diterbitkan di peoplelovinganimals.com

Debra adalah penulis People Loving Animals, sebuah blog yang didedikasikan untuk perawatan, kesehatan, dan pelatihan anjing dan kucing. Debra menyumbangkan 10% dari semua komisi yang diperoleh untuk amal hewan. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Debra kunjungi peoplelovinganimals.com.

Beredar Pembicaraan Rahasia Xi Jinping  : Berniat Memiskinkan Tiongkok Untuk Selamatkan PKT?

0

Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) akan segera digelar, tapi internal PKT  belum juga stabil, pihak birokrat dalam negeri melontarkan sebuah pembicaraan internal Xi Jinping ke luar negeri, yang mengungkap dialog rahasia antara Xi Jinping dengan pejabat tinggi partai juga para princeling (sebutan bagi putra-putri para penguasa RRT yang masih berkuasa, sudah pensiun, ataupun yang sudah almarhum, red.). Selain itu, media massa Hong Kong menyebutkan dalam Kongres Nasional ke-20 kali ini, PKT akan merevisi konstitusinya, akan menuliskan “menyelesaikan masalah Taiwan dan menyatukan tanah air” ke dalam konstitusi partai.

Topik 1: Memiskinkan dan Membuat Tiongkok Kelaparan Demi Selamatkan PKT, Ungkap Dialog Internal Xi Jinping?

Kurang dari sebulan lagi, Kongres Nasional ke-20 PKT akan digelar, hasil pembagian kekuasaan internal PKT juga akan segera dilansir. Akan tetapi pada 16 September lalu, sejumlah self-media luar negeri telah mengungkap sepucuk surat yang berasal dari kalangan birokrat dalam negeri RRT.

Dalam surat ini dijelaskan dua hal: Pertama, istilah “Xi Jinping di bawah, Li Keqiang di atas” yang baru-baru ini menjadi sensasi di luar negeri, sebenarnya tidak eksis, kekuasaan Xi tidak melemah, walau tidak bisa dijamin pasti menjabat kembali, tapi “peluangnya mencapai 80-90%”. Kedua, yang juga merupakan poin penting surat ini, telah diungkapkan suatu pembicaraan internal rahasia antara Xi Jinping dengan para petinggi partai berikut para “princeling”.

Isi pembicaraan tersebut, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, apalagi kalangan birokrat PKT sangat tertutup dan tidak transparan, tapi penulis sempat membahas hal ini dengan sejumlah pakar permasalahan Tiongkok lainnya, dan menilai nada, irama dan penggunaan kosa kata dalam pembicaraan ini, memang sangat mirip dengan gaya bicara Xi, dan sangat “senada”. 

Pertama, tujuan utama Xi Jinping adalah hendak menumpas kalangan internal partai yang mengkritiknya telah melakukan “kultus individu” dan “melanggar peraturan”. Ia berkata, “Sejarah Tiongkok lima ribu tahun, pada berbagai era dan dinasti, semuanya melalui kultus individu, kuncinya adalah mampukah orang yang dipuji itu mengendalikannya dengan baik”. Ia juga mengatakan, “Partai kita mulai dari era Yan’an sudah melakukan kultus individu terhadap Ketua Mao, bertahun-tahun dipuji, malahan terciptakan sebuah Tiongkok yang baru”.

Poin Pertama: Xi Jinping Setuju Kultus Individu, Pusatkan Kekuasaan

Xi Jinping memang hendak memainkan “kultus individu”, juga setuju dengan “kultus individu”, dan merasa bahwa cara ini adalah cara memerintah sejak zaman dulu hingga sekarang.

Itu sebabnya selama sembilan tahun terakhir, bisa dilihat Xi Jinping terus memusatkan dan meluaskan kekuasaannya, mungkin setelah Kongres Nasional ke-20 ini, dia akan menjuluki dirinya sendiri dengan gelar “pemimpin rakyat”, sama seperti Mao Zedong.

Poin Kedua: Sanjung Mao Zedong, Remehkan Deng Xiaoping

Kedua, dari isi pembicaraan itu bisa dilihat, Xi Jinping terus menerus menyanjung Mao Zedong (dibaca: mao ce tung), sekaligus juga meremehkan Deng Xiaoping (dibaca: teng siao bing). Sebagai contoh, ada orang mengkritiknya telah “melanggar peraturan” dengan menjabat ulang sebanyak tiga kali, jawabannya adalah “peraturan memang perlu dilanggar. Bukankah Ketua Mao mengatakan: Tidak melanggar maka tidak akan bangkit. Bukankah peraturan yang dibuat Ketua Mao, juga telah dilanggar oleh Deng Xiaoping?”

Xi bahkan diam-diam mengkritik Deng Xiaoping dengan teori “kucing hitam kucing putih”, dia berkata “kucing apapun itu, yang bisa menangkap tikus adalah kucing yang baik, bukankah ini sesuai dengan paham materialisme dialektis”, Xi juga menekankan, “kucing yang menangkap tikus, ada dimana saja, tapi kucing yang berwarna merah, sangat jarang dijumpai, inilah masalah yang paling inti dalam partai kita, rezim kita ini”.

Dari pernyataan dan perbuatan Xi Jinping saat ini, memang sangat sesuai dengan pemikiran ini, Xi Jinping tidak hanya terus berusaha memisahkan diri dari “reformasi keterbukaan” Deng Xiaoping, sebaliknya justru melangkah seirama dengan “totaliterianisme tekanan tinggi” dan “revolusi terus menerus” ala Mao Zedong.

Seperti artikel Xi Jinping yang diterbitkan pada 16 September lalu oleh media partai Qiushi, yang juga kembali mengusung pernyataan-pernyataan dari masa Revolusi Kebudayaan, dan menekankan “melakukan revolusi sosial nan agung”. Dari sini dapat dilihat, bahwa Mao adalah “guru pembimbing” bagi Xi Jinping, dia ingin setara dengan Mao, membangun kembali era revolusi yang penuh dengan gejolak.

Poin Ketiga: Anggap Diri Adalah “Pelindung Partai”, Membela & Pertahankan Kekuasaan PKT

Xi Jinping mengkritik Deng Xiaoping, mengkritik reformasi keterbukaannya telah memelihara banyak “kaum kapitalis” di dalam partai, membuat partai komunis telah berubah karakter dan keropos. Dia berkata, “Partai komunis bukan partai yang menciptakan kekayaan, melainkan adalah partai revolusi, adalah partai merah, adalah partai yang memegang kekuasaan.”

Dia juga berkata, tujuannya adalah untuk melindungi “gen merah murni” di dalam partai, sehingga dengan terpaksa harus menjabat kembali. Dia berkata, “Saya tidak ingin menjabat kembali, tapi saya tidak tenang. Jika digantikan orang lain, maka dengan cepat akan semakin keropos dan membusuk, akan sepenuhnya berubah total menjadi kapitalis.”

Ini berarti di dalam benak Xi Jinping, dia sama sekali tidak peduli akan masa depan negara, tidak peduli akan kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya, melainkan hanya peduli untuk “melindungi partai komunis” dan “melindungi kekuasaan”. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dilakukan selama ini.

Poin Keempat: Boleh Hancurkan Perekonomian, Tidak Boleh Hancurkan Kekuasaan

Dalam jalan pikiran Xi Jinping, perekonomian Tiongkok boleh dihancurkan, tapi kekuasaan PKT tidak boleh hancur. Dalam pembicaraan tersebut, Xi Jinping mengkritik sejumlah anggota partai yang menudingnya akan menghancurkan perekonomian, dia berkata sejak 10 tahun silam ketika dia mulai melakukan gerakan pemberantasan korupsi, ada orang yang mengingatkan dirinya agar tidak menghancurkan perekonomian, “Jangan sampai membuang kotoran sampai anak pun ikut terbuang”.

Tapi dia berdalih, pada saat masih muda masuk dalam barisan pemuda di desa, semua orang sangat miskin, setiap keluarga mempunyai 4-5 orang anak, tapi sekarang ekonomi sudah membaik, setiap keluarga malah hanya mempunyai 1-2 orang anak, bahkan tidak mau mempunyai anak. Jadi menurut Xi setelah ekonomi membaik, justru membuat semua orang takut hidup susah, bahkan membuat partai menjadi bobrok.

Xi berkata, “Memang sebaiknya sedikit menderita, mengalami kemiskinan, kita semua saat masih kecil sangat menderita, mengapa setiap hari kita justru merasa bahagia?” Dia menekankan, “Masalah ekonomi saya sama sekali tidak khawatir, sesulit apapun, apakah lebih sulit daripada tiga tahun bencana di masa kita kecil dulu? Bukankah sesulit itupun sudah kita lalui? Jadi saya tidak takut miskin, yang saya takuti adalah melupakan asal mula, yang saya takuti adalah melupakan tujuan dan membusuk.”

Dari perkataan ini, dapat dilihat bahwa Xi Jinping benar-benar telah dicuci-otak dengan sangat tuntas oleh budaya partai, ia melindungi partai dengan sepenuh hati, melindungi kekuasaan partai komunis serta kekuasaannya juga, dan malahan telah menjadi budak nomor satu partai komunis.

Hal ini juga diperlihatkan sepenuhnya lewat gerakan “Zero COVID”-nya, dan demi melindungi kewibawaan Ketua Xi baik di Shanghai maupun Chengdu atau di kota-kota lainnya, dilakukan lockdown tanpa toleransi, tidak peduli bahwa rakyat sampai kehabisan pangan, perintah partai mutlak harus diselesaikan,….. Boleh membiarkan rakyat mati kelaparan, tapi tidak boleh kehilangan kekuasaan dan kewenangan partai, inilah inti pemikiran Xi Jinping saat ini.

Intinya, surat ini juga membuat kita dapat memperkirakan, sejumlah hal yang akan terjadi selanjutnya:

Pertama, Xi Jinping akan menjabat kembali pada Kongres Nasional ke-20 mendatang, tapi ketidakpuasan dan keraguan internal partai terhadap dirinya masih cukup mendalam, pertikaian dan konflik antar faksi di dalam tubuh PKT masih akan terus berlanjut.

Kedua, Xi Jinping tidak akan melakukan reformasi keterbukaan, dia akan membawa Tiongkok menempuh jalan revolusi merah seperti era Mao Zedong dulu, selalu ada gerakan politik, konflik internal partai akan terus terjadi. Bahkan ada kemungkinan akan menutup negara dari dunia luar, atau disebut juga dengan istilah “mengisolasi diri”.

Ketiga, setelah Xi Jinping menjabat kembali, perekonomian Tiongkok dikhawatirkan tidak akan membaik, mungkin akan mengalami situasi kemerosotan jangka panjang, walaupun tidak begitu besar kemungkinan decoupling sepenuhnya dengan perekonomian dunia, tapi skala perdagangan luar negerinya akan menyusut drastis, dan berubah menjadi mengutamakan “sirkulasi internal” dalam negeri, yang juga akan semakin lama semakin mengarah menjadi “berdikari”.

Singkat kata, langkah selanjutnya Xi Jinping akan memimpin Tiongkok menuju “Korutisasi” (menjadi seperti Korea Utara, red.), dalam hal politik akan menerapkan kekuasaan tekanan tinggi, sentralisasi kekuasaan di tangan satu orang, namun perekonomian akan kehilangan fleksibilitas dan inovasinya, akan kehilangan daya tarik bagi modal asing, akhirnya akan membuat Tiongkok menjadi negara diktator yang suka mengobarkan perang, menjadi negara kuat namun rakyat miskin.

Topik 2: Selesaikan Masalah Taiwan Ditulis Dalam Konstitusi Partai, Perang Kedua Seteru Tak Lama Lagi?

Walaupun dua hari terakhir Xi Jinping berkunjung ke negara Asia Tengah, tapi ketegangan hubungan Selat Taiwan tetap menjadi sorotan masyarakat internasional. Pada saat itulah, media massa Hong Kong tiba-tiba menerbitkan artikel, memperkirakan pada Kongres Nasional ke-20 ini, PKT akan menambahkan sejumlah konten, hasilnya salah satu poin penting adalah Xi Jinping kemungkinan akan menambahkan “penyelesaian masalah Taiwan dan mewujudkan penyatuan tanah air” ke dalam konstitusi partai.

Apabila kali ini Xi Jinping mengubah konstitusi partai, dan benar-benar memasukkan pernyataan “menyelesaikan masalah Taiwan dan mewujudkan penyatuan tanah air”, maka itu berarti Xi Jinping telah mendeklarasikan kepada partai, akan secara resmi menghadapi masalah Taiwan, secepatnya mewujudkan “penyatuan tanah air”, dengan kata lain adalah menguasai Taiwan secara riil.

Sebenarnya hal ini pun tidak mengejutkan bagi pihak luar, seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, setelah Xi Jinping menjabat kembali pasca Kongres Nasional ke-20, akan ada tekanan yang semakin besar untuk mengambil alih Taiwan, dan harus mengirim pasukan untuk merebut Taiwan, hanya saja hampir tidak mungkin dilakukan pada tahun ini, kemungkinan itu juga tidak begitu besar dilakukan di tahun depan, karena kemampuan pendaratan tempur dan perlengkapan amfibi PKT saat ini tidak memadai.

Namun, PKT pasti akan mempercepat persiapannya untuk mengirim pasukan, khususnya pada 2027, risiko berperang bagi kedua daratan adalah paling tinggi. Karena tahun tersebut, akan menjadi tahun terakhir Xi Jinping menjabat ketiga kalinya. Jadi bagi Xi Jinping, merebut Taiwan memiliki arti penting yang kian hari kian mendesak.

Terakhir, singkat kata, dipastikan PKT memiliki motivasi dan rencana untuk menyerang Taiwan secara militer, tapi kapan akan bertindak, bagaimana bertindak, saat ini mungkin masih merupakan “teka teki yang bergulir”. Tapi pihak Taiwan harus melakukan persiapan yang terbaik dengan rencana menghadapi hal terburuk yang bakal terjadi, tidak bisa meremehkan. Seperti yang dikatakan dalam taktik perang Sun Tzu: “Jangan berharap musuh tidak akan datang, harus selalu siap sedia menghadapi datangnya musuh”. (sud)

Antrean Panjang Warga Hong Kong Yang Berkabung Bagi Sang Ratu

0

Qianyuan – hk.epochtimes.com

Baru-baru ini (per 15/09), banyak media massa memberitakan kondisi berkabung di depan gedung Konsulat Jenderal Inggris di Hong Kong, di bawah suhu tinggi yang mencapai 34oC itu barisan antrian warga Hong Kong yang datang untuk berkabung bagi Ratu Inggris mencapai tiga jam panjangnya.

Terhadap topik ini, media massa dalam dan luar negeri memberitakannya secara sangat berbeda, seperti di BBC yang berjudul: “Pernyataan Sikap Politik Alternatif di Bawah UU Keamanan Nasional dan Kerinduan Kolonial”; sedangkan di RFI (Prancis) judulnya adalah: “Warga Hong Kong Berduka Bagi Ratu Inggris, Dibandingkan Dengan Xi Jinping”.

Sementara judul berita pada situs pers RRT (Republik Rakyat Tiongkok) justru terkesan agak iri, seperti judul pada NetEase Inc. yang berbunyi: “Ratu Inggris Telah Mangkat Empat Hari, Belasungkawa di Hong Kong Semakin Menjadi-Jadi: Barisan Belasungkawa Antri 3 Jam Menyebut Diri Sebagai Rakyatnya”, artikel itu bahkan mengandung makna mengutuk pernyataan sikap warga Hong Kong yang mengenang pemerintahan Inggris itu, berdasarkan pola pikir penulis setelah terus menelusuri di internet, sangat besar kemungkinan para warga yang berkabung akan dicap telah melanggar “UU Keamanan Nasional Hong Kong”, dan akan ditangkap untuk dikurung beberapa hari di dalam sel gelap.

Daripada mengatakan warga Hong Kong berkabung bagi Ratu Inggris, lebih tepat dikatakan warga Hong Kong berkabung atas hilangnya kebebasan bagi warga Hong Kong, jika dibandingkan dengan toleransi, kebebasan dan keterbukaan di bawah pemerintahan Britania Hong Kong (Hong Kong di bawah kekuasan Britania, red.), Hong Kong yang sekarang sedang berpacu di tengah jalan yang penuh ketakutan, tertutup, dan juga kediktatoran.

Di bawah perbandingan yang begitu menakutkan ini, bagaimana mungkin musim panas yang menyengat dan antri 3 jam dapat menyurutkan tekad warga untuk melakukan “pernyataan sikap politik”, seharusnya setiap warga Hong Kong yang memiliki hati nurani memang patut turun ke jalan, menggunakan cara masing-masing yang unik untuk menyampaikan kesedihannya, tidak hanya kesedihan terhadap Ratu Inggris, terlebih lagi karena kerinduan pada kebebasan yang telah terkikis.

Mungkin banyak orang tidak memperhatikan, tanggal 8 September adalah hari berkabung Ratu Elizabeth II, sedangkan 9 September adalah hari meninggalnya Mao Zedong (dibaca: mau ce tung). Banyak orang menyampaikan perasaan mereka di Twitter: “Hari ini, orang yang paling jahat di dunia telah mati, di bawah kepemimpinannya, delapan puluh juta warga Tiongkok mati mengenaskan.” Selain orang Tiongkok yang telah didoktrin secara ekstrem dan sampai hari ini masih mengenang Mao Zedong, di dunia ini dimana masih ada orang yang akan memberikan bunga baginya? Ratu vs Mao Zedong, reputasi siapa yang lebih baik, tidak perlu dijelaskan lagi.

Kekuasaan raja Inggris selama ratusan tahun, telah mengalami kematian namun terlahir kembali secara terus menerus melalui proses peletakan kekuasaannya, “the empire on which the sun never sets” di masa lalu, kekuasaan hegemoni itu sudah tiada, tapi orang Inggris telah menciptakan berbagai sistem termasuk Monarki Konstitusional, pemisahan kekuasaan, pemilu demokrasi dan lain sebagainya justru telah sukses diaplikasikan di berbagai penjuru dunia, bahkan belasan pertandingan olahraga yang diciptakan oleh orang Inggris juga masih terus bertahan.

Tanpa perlu menggunakan kekuatan militer, tidak perlu ekspansi ke luar negeri, Inggris yang berpijak pada moralitas dan posisi dominan dalam hal budaya, tetap makmur ekonomi negaranya dan dihormati oleh negara lainnya.

Meninggalkan pemerintahan kolonial, meninggalkan perang dengan kekuatan militer, justru membuat Inggris memperoleh masa pemerintahan yang panjang dan damai, hal ini seperti yang dikatakan filsuf Tiongkok bernama Laozi (juga disebut Lao Tzu atau Lao-Tze, red.) “tanpa perlu berbuat namun segalanya diperbuat”, juga seperti yang dikatakan Konfusius “memerintah dengan moral, ibaratnya Polaris (bintang utara, red.), diam di posisinya dan selalu dikelilingi semua bintang lainnya”.

Monarki Inggris dengan segala yang dilakukannya, sejalan dengan pemikiran Konfusius dan Buddha pada zaman Tiongkok kuno, bukankah itu yang disebut sebagai “moralitas raja”? Inilah penyebab ketika sang ratu mangkat, begitu banyak orang di seluruh dunia menyampaikan belasungkawa, banyak warga Hong Kong menghabiskan waktu seharian hanya untuk mempersembahkan seikat bunga, karena inilah kemenangan “moralitas raja”, yang tidak bisa dibayangkan oleh pejabat PKT yang suka menindas rakyat.

Masih segar dalam ingatan, hasil perbandingan begitu jelas, sepertinya hati kaca PKT yang rapuh itu akan hancur lagi. Warga Hong Kong juga memberikan suaranya dengan cara angkat kaki, meninggalkan kampung halaman, dan bermigrasi ke berbagai negara asing.

Menurut statistik, dari 2021 sampai 2022, sebanyak 113.000 warga telah meninggalkan Hong Kong dan bermigrasi ke negara lain, jumlah warga yang bermigrasi tidak hanya mencapai yang tertinggi sejak 1997, faktanya mencapai beberapa kali lipat dibandingkan tahun-tahun normal (tanpa gejolak) sebelumnya.

Di antara warga yang bermigrasi, pada dasarnya adalah para kawula muda dengan keahlian profesional, bisa dikatakan kebijakan RRT yakni: “mempertahankan Hong Kong tapi tidak mempertahankan warganya” telah mulai terlihat dampaknya, Hong Kong di masa mendatang, pasti akan mengalami penuaan usia warga (ageing population, red.) yang semakin parah, perekonomian pun akan terus merosot, secara perlahan PKT sedang membunuh Hong Kong, surga Asia dengan kemakmuran ekonomi, kemajuan budaya, serta kebebasan berpolitik itu telah lenyap dan tidak akan kembali lagi! (SUD)

Miles Maochun Yu : Provokasi Selat Taiwan Namun Sasaran Utamanya Amerika Serikat 

0

Mantan penasihat utama kebijakan dan perencanaan terhadap Tiongkok pada Kemenlu AS yang juga Direktur Hudson Institute yakni Miles Maochun Yu, baru-baru ini dalam artikelnya di media Taiwan yang berbahasa Inggris yakni The Taipei Times menganalisa tindakan “perang semu” Beijing terhadap Taiwan berikut maksud yang sebenarnya.

Ia menyatakan, perang Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terhadap Taiwan adalah palsu, provokasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) di Selat Taiwan, sasaran utamanya sebenarnya adalah AS.

“Strategi besar PKT terus menerus melakukan provokasi di Selat Taiwan, adalah untuk mendorong pertarungan global PKT dalam rangka melawan pemimpin negara demokrasi kapitalis dunia yakni AS. Semua krisis besar di Selat Taiwan, diprovokasi oleh Beijing untuk mendorong strategi besar PKT berkonfrontasi melawan AS,” Miles menulis. 

Disebutkannya beberapa contoh sejarah krisis di Selat Taiwan sejak awal hingga akhir.

Yang paling awal adalah di era Mao Zedong (dibaca: mau ce tung). Untuk mengkonfrontasi pasukan marinir AS yang mendarat di Libanon, serta memboikot gerakan “Revisionisme” dan “Anti-Revolusi Kapitulasi” oleh pemimpin Uni Soviet kala itu Nikita Khrushchev terhadap imperialisme AS dan aksinya di Timur Tengah, pada Agustus 1958 Mao Zedong mengobarkan serangan meriam dahsyat terhadap Kepulauan Kinmen dan Matsu (milik Taiwan, namun secara geografis lebih dekat ke RRT). Kejadian ini pun membuat seluruh dunia nyaris di ambang perang nuklir akibat krisis di Selat Taiwan ini.

Mantan dokter pribadi Mao Zedong yakni Li Zhisui dalam memoarnya menuliskan, “Ini adalah aksi provokasi Mao terhadap Khrushchev yang berusaha meredakan ketegangan hubungan Uni Soviet dengan AS… Bagi Mao, serangan meriam terhadap Kinmen dan Matsu hanyalah sebuah pertunjukan, untuk membuat Khrushchev dan Eisenhower mengetahui bahwa mereka tidak bisa mengekang PKT, sekaligus merusak permainan Khrushchev untuk mencari perdamaian. Permainan ini adalah suatu pertaruhan yang menakutkan, seluruh dunia mengalami ancaman meletusnya perang nuklir, mungkin akan mengorbankan jutaan nyawa rakyat Tiongkok yang tak berdosa.”

Pada 1995-1996, PKT kembali meluncurkan rudal di perairan dekat Taiwan, menciptakan krisis Selat Taiwan berikutnya. Aksi ini adalah untuk menakut-nakuti warga pemilu di Taiwan, tapi yang lebih penting lagi adalah mengancam Washington. Setelah kejadian, Sekjen PKT Jiang Zemin secara terbuka membual, “Dalam masalah Taiwan… dua kali latihan perang kami di Selat Taiwan telah menggertak luar dalam pemerintahan AS.” 

PKT Maksimalkan Ketegangan di Selat Taiwan, Berusaha Memaksa AS Mengalah Untuk Bekerjasama

Miles mengatakan, kelicikan ala Machiavellian (disebut juga Thick Face Black Heart Theory, red.) oleh PKT ini masih terus berlanjut hingga kini.

“PKT menilai, yang dimaksud AS sebagai kunci untuk melawan konspirasi PKT adalah seperangkat strategi ‘berinteraksi sembari mengepung’. PKT juga merasa yakin, aksi penanggulangan Beijing seharusnya adalah ‘konfrontasi untuk mendorong kerjasama’.” simpulnya.

Miles menyatakan, karena adanya perhitungan semacam inilah, PKT telah memicu timbulnya krisis di Selat Taiwan saat ini.

“Tujuannya adalah semaksimal mungkin meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan, memaksa kalangan petinggi AS yang dianggapnya lemah dan plin-plan untuk tunduk terhadap persyaratan yang diajukan PKT dan mau bekerjasama dengan Beijing. Mereka berusaha memaksa AS untuk tidak mendukung Taiwan yang mencintai kebebasan, kedaulatan, dan demokrasi, dan memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan wibawa dan posisi kepemimpinan AS di seluruh dunia”, imbuh Miles.

Miles menjelaskan, Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah penganut ideologi Marxisme-Leninisme. Dan semua pemimpin PKT, mulai dari Mao Zedong sampai Xi Jinping, sama sekali tidak menutupi niatnya untuk menggulingkan kapitalisme di seluruh dunia, bahkan secara rinci dan terbuka memaparkan tujuan strategis PKT yang berlandaskan pada keyakinan PKT ini.

Miles menyatakan, AS adalah pemimpin dunia dalam sistem kapitalisme, hanya dalam hal ini saja, AS telah dipandang sebagai musuh nomor 1 PKT; dan Beijing tidak dapat mentolerir AS yang menjadikan Taiwan sebagai sekutu dan rekannya, AS telah meningkatkan jalinan hubungan tidak resminya dengan kawasan otonomi kepulauan ini.

Mengungkap Kurangnya Alasan Kuat PKT Mengumumkan Perang Terhadap Taiwan Sehingga Mencari Berbagai Alasan

Miles berkata, sejak merebut kekuasaan di Tiongkok, PKT terus mengobarkan “perang palsu” (phoney war, red.) terhadap warga dan pemerintahan Taiwan, karena PKT selalu menghadapi lawan imajiner dengan gelar yang semu, seperti Don Quixote menyerang kincir angin.

Dalam “perang palsu” ini, banyak prasyarat fiktif yang disebutkan PKT sama sekali tidak mendasar. Seperti, selama ini Taiwan tidak pernah menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok (PKT). Sejak 1949, tidak satu inci pun wilayah Taiwan yang berada di dalam wilayah kekuasaan rezim PKT.

Miles mengatakan, isu Separatisme Taiwan yang diciptakan oleh Beijing hanya bertujuan untuk mengalihkan perhatian, saat ini belum ada seorang pun politisi Taiwan yang berinisiatif untuk merdeka.

Ia menyatakan, semua pemimpin politik Taiwan sekarang ini, yakni: kedua partai besar baik Partai Progresif Demokrat maupun Kuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok, red.), selalu berupaya mempertahankan kondisi ini. Dan kondisi ini dapat ditelusuri hingga tahun 1949. 

“Jika sejak 1949 faktanya Taiwan telah berada dalam kondisi merdeka, maka sekarang ini (dengan sendirinya) Taiwan tidak perlu mengumumkan kemerdekaannya”, cetus Miles.

Pada 2016, satu keputusan bersejarah dari Mahkamah Arbitrase Antar Bangsa di Den Haag secara jelas menyebutkan, berlandaskan pada hak sejarahnya, klaim ekspansi oleh Beijing yang hendak menggariskan kedaulatannya atas wilayah darat atau laut yang belum pernah dikuasai sebelumnya, “adalah tidak memiliki dasar hukum”. Ruang lingkup pengaruh dari keputusan ini bahkan jauh melampaui wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Membandingkan Peta 1949, Wilayah Yang Dijual PKT Setara Dengan Beberapa Pulau Taiwan

Miles menjelaskan, karena PKT bermuka dua dan oportunis, “perang palsu” PKT terhadap Taiwan bahkan bersifat menipu. PKT masih berupaya menciptakan semacam persepsi yang keliru bahwa Taiwan adalah wilayah milik PKT yang hilang yang harus dikembalikan kepada si empunya.

Ia menyatakan, sebenarnya, rezim RRT selalu meremehkan wilayah kedaulatan Tiongkok dan hanya mengambil keuntungan. Cukup dengan membandingkan peta wilayah Tiongkok yang diterbitkan secara resmi oleh PKT saat berkuasa pada 1949, dengan peta wilayah Tiongkok saat ini, maka akan dapat ditemukan titik terangnya.

Sejak 1949, pemerintah partai komunis Beijing dengan sukarela menyerahkan wilayah Tiongkok bagi negara tetangganya utamanya sesama negara komunis, seperti Uni Soviet, Mongolia, dan Burma. Semua wilayah yang telah diberikan PKT itu, luasnya mencapai puluhan kali lipat luas Taiwan yang hanya berupa pulau kecil.

Diplomatik PKT Tidak Memiliki Prinsip Yang Bisa Dipercaya

Menurut Miles, Beijing menentang prinsip “satu Tiongkok satu Taiwan” sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antar negara berdaulat dengan politik dan ideologi yang sama sekali berbeda namun memiliki warisan budaya dan sejarah yang sama.

Akan tetapi, secara diplomatik, pada 1992 Beijing mengakui Semenanjung Korea dengan kebijakan “satu Pyongyang satu Seoul”, semudah itu PKT mengkhianati Korea Utara yang selama ini merupakan sekutunya. Sama halnya dengan secara diplomatik PKT mengakui Jerman Barat, tapi juga menjalin hubungan resmi dengan Jerman Timur yang dikuasai komunis. “Dalam hal hubungan diplomatik PKT selalu berorientasi pada oportunisme, dan bukan mengedepankan prinsip”, demikian disimpulkan oleh Miles. (sud)

Energi Tak Mencukupi, Harga Tarif Listrik Meroket!  Negara-negara Eropa Mencari Solusi

Lin Yi – NTD

 Meluasnya krisis energi  menempatkan banyak negara Eropa dalam masalah. Pemerintah di seluruh dunia sedang mencari solusi yang berbeda untuk menghadapi musim dingin mendatang.

Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya yang sedang berjuang mengatasi kebutuhan energi, Jerman adalah negara yang paling bergantung kepada gas Rusia. Jerman harus memperluas sumber impor energinya, sejak Rusia memutuskan sambungan gas alam  pipa Nord Stream seminggu lalu.

Pada Rabu (7/9), Kanselir Jerman Olaf Scholz menekankan bahwa peningkatan infrastruktur gas alam Jerman adalah kunci untuk menghilangkan ketergantungan energi Rusia.

Kanselir Jerman Olaf Scholz  berkata ;  “Kami memutuskan  membangun terminal LNG di pantai utara Jerman untuk membangun jaringan pipa yang diperlukan untuk impor. Dengan cara ini kami dapat mengimpor gas tanpa bergantung pada Rusia. Kami telah memperluas kuantitas impor dari Belanda, Belgia, dan Prancis.”

Selain Jerman, Austria juga sangat bergantung pada gas Rusia. Pemerintah Austria harus memberlakukan pembatasan tarif karena pemotongan pasokan gas alam menyebabkan menaikkan harga listrik.

Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan “Untuk mengendalikan tagihan biaya listrik, akan ada pembatasan konsumsi listrik,  ketika konsumsi listrik kurang dari 2.900 kWh, harga 10 sen per kWh dapat dinikmati.”

Aturan yang diterapkan Austria  mulai berlaku pada  Desember, dapat menghemat rata-rata tiga keluarga 500 euro per tahun dalam tagihan listrik, tetapi akan dikenakan tarif pasar yang lebih tinggi jika pemakaian lebih dari 2.900 kWh.

 Perdana Menteri Inggris Liz Truss yang baru diangkat juga akan meluncurkan langkah-langkah baru untuk menangani krisis energi.  Pemerintah Inggris mungkin menawarkan rencana hingga 100 miliar poundsterling untuk mengendalikan melonjaknya biaya energi  dan rumah tangga.(hui)

Putin Instruksikan Mobilisasi Pasukan, Tiket Penerbangan Internasional dari Rusia Langsung Habis Diborong Warga Hingga Aksi Demonstrasi Meledak

NTD/CNA

Perang Rusia – Ukraina telah berlangsung berbulan-bulan lamanya, membuat warga sipil Rusia semakin “menyadari” apa yang perlu dilakukan, terutama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada 21 September pagi hari. Tidak lama setelah itu tiket penerbangan dari Rusia ke luar negeri langsung habis dipesan warga. Selain itu, demonstrasi muncul kembali di berbagai tempat Rusia.

Putin mengumumkan rencana mobilisasi militer dalam pidato nasionalnya. Ia mengatakan bahwa bagi warga sipil yang pernah bertugas di militer, memiliki keahlian dalam militer dan pengalaman terkait yang akan menerima perintah mobilisasi. Putin juga mengatakan bahwa para warga yang dimobilisasi akan menerima pelatihan militer tambahan terlebih dahulu secara sukarela yang sebagian besar konten pelatihannya berasal dari pengalaman yang diperoleh dari medan perang dengan Ukraina, setelah itu baru dikirim ke angkatan.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu menyebutkan beberapa rincian dalam pernyataannya, termasuk target warga sipil yang akan dimobilisasi adalah sebanyak 300.000 orang. Ini hanya 1% dari mobilisasi nasional. Para mahasiswa bukan target mobilisasi, dan bagi mereka yang menjalani layanan wajib selama satu tahun tidak dikirim ke garis depan.

Media “Washington Post” mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena pengaruh mobilisasi parsial adalah mereka yang berusia di bawah 35 tahun yang pernah memiliki kepangkatan dari militer meski bertingkat junior. Beberapa dari mereka telah menerima pemberitahuan tertulis di kantor atau rumah mereka, dan beberapa telah diidentifikasi di jalan dan disuruh menjalani pemeriksaan medis. Ada pula yang menerima pesan mobilisasi lewat telepon.

Kerabat yang cemas telah bertanya ke sana ke mari soal cara untuk meninggalkan Rusia atau menghindari panggilan. Tiket pesawat ke beberapa tujuan luar negeri yang masih bisa diterbangi terjual habis dalam waktu sekejap. Rusia yang terkena sanksi Barat menyebabkan sebagian besar penerbangan internasionalnya terganggu.

Ada banyak pencarian trending seperti “cara meninggalkan Rusia” dan bahkan “cara memotong tangan dan kaki di rumah” yang muncul Google.

Seorang warga Moskow anonim yang pernah bertugas di militer dan memiliki pengalaman tempur mengatakan : “Sejak bulan Februari tahun ini, mereka (otoritas militer Rusia) terus berusaha mencari saya  dan menghendaki saya untuk bergabung kembali di militer”. Pria itu mengatakan bahwa dirinya tidak cuma dihimbau untuk ikut mobilisasi seperti orang-orang lainnya, tetapi sudah langsung ditelepon oleh kantor rekrutmen anggota miiter yang memintanya besok untuk langsung pergi menjalani pemeriksaan medis.

Demonstrasi telah pecah tidak hanya di kota-kota besar seperti Moskow dan St Petersburg, tetapi juga di kota-kota sejauh di Siberia. Kelompok pengawas OVD-Info mengatakan pada 21 September bahwa lebih dari 1.300 orang pengunjuk rasa telah ditangkap.

Media “New York Times” mengutip ucapan para analis militer memberitakan bahwa mobilisasi lokal tidak akan memiliki dampak langsung di medan perang untuk saat ini, karena butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memobilisasi, melatih dan memperlengkapi pasukan siap tempur tambahan. Namun, Michael Kofman, Direktur Institut Rusia di CNA, sebuah lembaga analisis pertahanan nirlaba di Virginia, AS berpendapat bahwa langkah-langkah Rusia, termasuk melarang para sukarelawan militer untuk meninggalkan kamp, ​​diharapkan dapat mengatasi kekurangan personil militer di medan perang dengan Ukraina.

Selain itu, New York Times percaya bahwa beberapa pernyataan Putin yang memanaskan perang sebagian besar adalah gertakan belaka, Namun, ucapannya itu masih akan memperdalam dilema yang sudah ada sejak awal perang antara Rusia dengan Ukraina bagi pihak Barat, yakni seberapa jauh bantuan senjata dan logistik militer ke Ukraina dapat berjalan tanpa partisipasi nyata pasukan NATO dalam perang ?

Sylvie Bermann, mantan duta besar Prancis untuk Rusia, mengatakan : “Saya percaya intimidasi nuklir Putin adalah gertakan, tetapi itu pasti akan menakut-nakuti Barat dan sekali lagi menyoroti perbedaan dalam bantuan militer ke Ukraina. Bagaimana pun sudah ada orang yang merasa bahwa terus menerus mensuplai senjata kepada Kyiv terlalu bahaya”.

Barat percaya bahwa sanksi Barat pasti akan memukul keras ekonomi Rusia, tetapi media Rusia “Interfax” melaporkan bahwa Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Rusia tahun ini akan mengalami pertumbuhan negatif 2,9% dan negatif 0,8% untuk tahun depan. Tetapi 2024 dan 2025 dapat berubah menjadi pertumbuhan positif sebesar 2,6%.

Selain itu, Denis Manturov, Wakil Perdana Menteri Rusia dan Menteri Perdagangan dan Industri saat menghadiri forum migas mengklaim bahwa otonomi teknologi Rusia di bidang migas diperkirakan dapat meningkat dari saat ini yang 60% menjadi 80% pada tahun 2025. (sin)

PKT Ingin Tiru Cara Dinasti Qin Berjaya di Tiongkok Tapi Mempercepat Hengkangnya Perusahaan Barat

0

NTD

Di bawah pengendalian ketat yang diterapkan otoritas Tiongkok terhadap penyebaran epidemi, virus COVID-19 selain tidak mau dikendalikan malahan muncul di berbagai tempat di Tiongkok. Sedangkan panjang pendeknya waktu serta ketat longgarnya pembatasan pencegahan epidemi yang dilakukan oleh pihak berwenang setempat lebih bergantung pada kebutuhan politik dan data mengenai jumlah kasus yang dilaporkan ke pusat pemerintahan. Situasi yang tidak menentu inilah yang membuat perusahaan asing yang beroperasi di Tiongkok memperkecil skala bisnisnya untuk menghindari risiko kerugian.

Data resmi pemerintah Tiongkok pada 21 September menyebutkan bahwa meskipun pemerintah daerah patuh dalam melaksanakan kebijakan Nol Kasus Infeksi jangka panjang, tetap masih terdapat kasus infeksi baru di 20 provinsi Tiongkok. Provinsi-provinsi seperti Guizhou, Heilongjiang dan Daerah Otonomi Tibet berada di peringkat tiga teratas. Karena itu kontrol penyebaran yang ekstrem masih perlu terus dilakukan di seluruh wilayah.

Selama Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20 (mulai 1 hingga 20 Oktober), otoritas ibu kota Beijing wajib memperkuat inspeksi keamanan dan desinfeksi terhadap kiriman paket ekspres, melarang keras penerbangan drone. Selain itu, selama liburan dan perayaan hari jadinya RRT, para warga sipil di berbagai kota besar dan provinsi seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, Jiangxi, Zhejiang dan lainnya dihimbau untuk tetap berada di tempat atau melakukan perayaan di tempat, tidak melakukan perjalanan jarak jauh. Sebuah komunitas di Kota Zigong, Sichuan, baru-baru ini dijadikan percontohan dalam manajemen pengontrolan penyebaran epidemi yang disebut “1 positif 10 rumah tangga jadi suspek”. Hal ini telah menimbulkan perdebatan panas masyarakat.

Zhang Tianliang, seorang pakar sejarah dan budaya mengatakan dalam video channel “Tianliang Time” : “Sistem yang diterapkan otoritas Tiongkok sekarang mengingatkan kita pada sistem hukum yang menggunakan pendekatan hukuman kolektif yang diluncurkan oleh Adipati Xiao dari Qin (381 SM – 338 SM) setelah Reformasi Shang Yang (356 SM) pada era Dinasti Qin. (Red. Setelah Reformasi Shang Yang, Dinasti Qin menjadi makmur dan kuat, ia meletakkan dasar bagi kekuatan solid Dinasti Qin di Zaman Negara-Negara Berperang (475 SM – 221 SM), dan memainkan peran penting dalam kejayaan Dinasti Qin). Dengan kata lain bahwa pemerintah Tiongkok ingin memperketat pengontrolan terhadap masyarakat dengan mengikuti teori hukuman kolektif. Jadi jika satu orang dalam keluarga menimbulkan masalah, maka 10 keluarga lainnya menjadi suspek”.

Pengusaha kaya Taiwan Robert Tsao mengatakan : “Yang ada dalam kepalanya (Xi Jinping) cuma hal-hal yang diberikan Mao Zedong kepadanya di masa lalu, Revolusi Kebudayaan, Buku Merah Kecil dan Kutipan Mao, jadi benaknya tidak berkesempatan untuk menyentuh konsep peradaban modern”.

Kebijakan Nol Kasus yang terus diperketat, serta meningkatnya ketegangan geopolitik telah meningkatkan risiko pemisahan ekonomi, dan mempercepat hilangnya bakat dan industri dari Tiongkok.

Tiga laporan terakhir menunjukkan bahwa investasi perusahaan-perusahaan Eropa di daratan Tiongkok menurun secara tajam. “Kamar Dagang Eropa di Tiongkok” menunjukkan bahwa setelah pecahnya epidemi, tidak ada lagi perusahaan Eropa baru yang bersedia masuk ke Tiongkok, Orang-orang Barat sudah kehilangan minat untuk berinvestasi di Tiongkok. Agence France-Presse melaporkan bahwa Kamar Dagang Eropa mengecam kebijakan Nol Kasus Tiongkok yang dianggap “tidak fleksibel” dan “tidak konsisten dalam pelaksanaannya”. Kondisi tersebut telah merugikan sekitar 75% perusahaan Eropa di Tiongkok.

Albert Park, Kepala Ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan : “Pada tahun 2022 dan 2023, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia tidak termasuk Tiongkok  diperkirakan mencapai 5,3%, yang berarti telah melampaui PDB Tiongkok untuk pertama kalinya selama 30 tahun terakhir”.

Bulan ini, dalam pertemuan tingkat menteri G7. para menteri sepakat untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Beijing.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan : “Kami tidak akan lagi naif terhadap komunis Tiongkok. Kami telah menyadari bahwa ketergantungan pada mitra yang kurang dapat diandalkan adalah ancaman bagi kemakmuran bangsa-bangsa, juga menjadi ancaman bagi perdagangan dunia”. (sin)

Rusia-Ukraina Saling Tukar Tawanan Perang

Otoritas Ukraina pada (21/9) mengumumkan mereka saling tukar tawanan perang dengan Rusia. Jumlahnya mencapai hampir 300 orang, menjadi angka yang terbesar sejak Rusia memulai perang pada Februari lalu. Rusia juga dimediasi oleh Arab Saudi untuk membebaskan 10 orang Warga Negara Asing yang ditangkap di Ukraina, termasuk lima warga Inggris dan dua warga Amerika Serikat. Sebagai balasannya, Rusia menerima 55 tahanan yang dibebaskan oleh Ukraina. 

Rusia membebaskan 215 warga Ukraina, termasuk para pemimpin militer senior, yang ditawan perang di Mariupol awal tahun ini.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa berdasarkan kesepakatan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, lima komandan militer dipindahkan ke Turki dalam operasi yang telah direncanakan sebelumnya. Mereka akan tinggal di Turki sampai akhir perang dalam “keamanan dan kenyamanan penuh”.

Selain itu,  di bawah koordinasi Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, sebuah pesawat yang membawa 10 tawanan perang terbang dari Rusia menuju Bandara Internasional King Khalid.

Ke-10 tawanan perang itu termasuk 5 WNA Inggris, 2 Amerika Serikat, 1 Kroasia, 1 Maroko, dan 1 Swedia. 

Gedung Putih mengungkapkan rasa terima kasihnya. Dalam sebuah pernyataan di Twitter, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Gedung Putih berterima kasih kepada Presiden Zelensky, staf utamanya dan pemerintah Ukraina “karena mengizinkan dua warga Amerika Serikat untuk dimasukkan dalam pertukaran tahanan yang diumumkan hari ini.”

Gedung Putih juga berkata : “Kami berterima kasih kepada Putra Mahkota Arab Saudi dan pemerintah atas bantuan mereka. Kami berharap warga negara kami dipersatukan kembali dengan keluarga mereka.”

Perwakilan keluarga mengatakan kepada Reuters bahwa warga Amerika Serikat yang dibebaskan adalah Alexander Drueke yang berusia 39 tahun dan Andy Huynh yang berusia 27 tahun, keduanya dari Alabama. Keduanya ditawan selama pertempuran di Ukraina timur pada Juni lalu ketika mereka melakukan perjalanan ke Ukraina untuk membantu pasukan Ukraina dalam mempertahankan diri dari invasi Rusia.

Perdana Menteri Inggris, Liz Truss dalam cuitannya menulis bahwa pembebasan lima warga Inggris adalah berita yang menggembirakan, mereka dan keluarga mereka telah mengalami berbulan-bulan ketidakpastian dan penderitaan.”

PM Inggris tidak merilis nama-nama yang dibebaskan. Tapi anggota parlemen Inggris Robert Jenrick mengatakan salah satunya adalah Aiden Aslin. Dia ditangkap awal tahun ini dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Republik Rakyat Donetsk yang dideklarasikan sendiri di Ukraina timur.

Media Arab Saudi melaporkan bahwa warga Maroko yang dibebaskan adalah Brahim Saadoun, yang dijatuhi hukuman mati bersama dengan Aiden Aslin.

Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde mengatakan kepada kantor berita Swedia TT di sela-sela Sidang Umum PBB di New York bahwa warga Swedia yang ditangkap di Mariupol dapat menghadapi apa yang disebut Undang-Undang Republik Rakyat Donetsk dengan hukuman mati.  Dia dibebaskan pada  21 September .

Setelah Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, sejumlah besar warga negara asing pergi berperang di Ukraina. Beberapa ditangkap oleh pasukan Rusia, termasuk orang asing yang mengaku bukan pejuang di Ukraina. Sejauh ini, kedua  pihak telah melakukan beberapa pertukaran tahanan. 

Sebelumnya, Kepala Misi Pengawasan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina mengatakan bahwa Rusia tidak akan membiarkan mereka memiliki akses ke tawanan perang. Selain itu, menambahkan bahwa mereka memiliki bukti bahwa beberapa tahanan disiksa dan dianiaya, yang mungkin sama dengan melakukan kejahatan perang. Rusia  membantah melakukan penganiayaan terhadap tawanan perang.

Arab Saudi yang kerap menjadi sekutu Amerika Serikat, baik Arab Saudi maupun Rusia adalah anggota dari  Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Negara-negara Minyak  (OPEC). menghadapi tekanan besar untuk mengisolasi Rusia. Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang dekat dengan Putin turut menengahi operasi pertukaran tawanan perang. (hui)