Uji Coba Nuklir Korut Terlalu Banyak Menyebabkan Kerusakan Geologi

Epochtimes.id– Para ahli mengatakan gunung Korea Utara yang digunakan untuk uji coba nuklir tampaknya telah mengalami terlalu banyak kerusakan geologi.

Periset mengatakan, masa depan gunung itu patut dipertanyakan. Uji coba nuklir terakhir membuat gunung itu tampak bergeser.

Dalam skenario terburuk puncak gunung akan runtuh dan melepaskan radiasi ke udara melalui lubang yang tersisa. Mereka tidak tahu apakah itu dapat mempertahankan tes nuklir lebih lanjut.

“Kami menyebutnya ‘melepas atap’ Jika gunung runtuh dan lubang terbuka, akan mengeluarkan banyak hal buruk,” kata seorang periset nuklir Tiongkok, Wang Naiyan, melalui South China Morning Post.

Para ahli mengatakan Gunung Mantap sekarang menderita “sindrom gunung yang lelah,” istilah yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan uji coba nuklir Soviet, yang terlalu banyak digunakan saat era perang dingin, laporan Washington Post.

Fasilitas Uji Nuklir Punggye-ri terletak di bawah gunung setinggi 7.200 kaki.

Sebuah peta yang menunjukkan gempa bumi pada 3 September 2017, yang tercatat di Korea Utara dekat perbatasan dengan Tiongkok yang disebabkan oleh uji coba nuklir. (Screenshot via USGS)

Ilmuwan Paul Richards, dari Universitas Columbia, mengatakan tes nuklir memperburuk tekanan yang ada sebelumnya di tanah di sekitar lokasi. Para ahli khawatir lebih banyak gempa bumi bisa menghancurkan wilayah tersebut.

Uji coba nuklir terakhir Korea Utara menghasilkan gempa berskala 6,3 yang juga mengguncang bagian Tiongkok dan Rusia. Gempa yang lebih kecil terjadi.

Para ilmuwan mengkhawatirkan kemungkinan ada gempa bumi yang mengguncang seluruh Semenanjung Korea saat pengujian berlanjut, menurut The Telegraph. Tahun lalu Korea Selatan mengalami gempa berskala 5,8.

Peningkatan uji coba nuklir selama Perang Dingin menyebabkan aktivitas seismik meningkat di Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Senjata nuklir yang lebih kuat saat ini tersedia tampaknya memiliki dampak yang lebih besar kepada ketidakstabilan lingkungan, namun rezim di Korea Utara tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan program nuklirnya.

Laporan secara online menyebutkan pengujian nuklir lanjutan dapat memicu gunung berapi di dekatnya meletus. Gunung Paektu berada di sepanjang perbatasan antara Tiongkok dan Korea Utara dan belum mengalami aktivitas yang signifikan sejak 1903, namun merupakan gunung api aktif.

Colin Wilson, profesor vulkanologi di Victoria University of Wellington, Selandia Baru, tidak berpikir ada banyak penyebab peringatan.

Dia memberi contoh gempa Tohoku di Jepang, gempa berskala 9,1 yang menyebabkan tsunami yang dahsyat melanda pantai Jepang. Dia mengutip  tidak ada gunung berapi yang meletus akibat bencana itu, katanya dikutip Washington Post.

Situs 38 Korea Utara, sebuah situs yang menganalisis citra satelit dari Korea Utara, menyebutkan bahwa meskipun mengalami kerusakan parah, Korea Utara tidak akan berhenti menggunakan gunung tersebut untuk tujuan pengujian nuklir. (asr)