Amerika Darurat Opium Pabrik Tiongkok Dituding Jadi Biang Kerok

EpochTimesId – Amerika Serikat kini mengalami darurat Opium jenis Opioid. Krisis tersebut bermula ketika kebanyakan warga Amerika mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit.

Krisis opioid Amerika bermula ketika beredar tablet dengan kandungan 80 persen heroin marak digunakan. Setelah ketagihan, pecandu biasanya menghabiskan semua pilihan untuk mendapatkan lebih banyak tablet tersebut. Akhirnya, mereka pun kecanduan heroin, dan kemudian fentanil menjadi pilihan yang lebih murah dan lebih mudah diakses.

Pada tahun 2016, lebih dari 64.000 orang Amerika meninggal karena overdosis obat terlarang. Overdosis kini menjadi penyebab utama kematian bagi mereka yang berusia di bawah 50 tahun.

Opioid sintetis yang kuat seperti fentanyl menaikkan tingkat overdosis, jumlah korban tewas 2017 berada pada jalur kritis. Pada tahun 2015, hampir setengah dari semua kematian overdosis opioid melibatkan resep opioid, menurut Centers for Disease Control and Prevention.

Presiden Donald Trump mengumumkan krisis opioid sebagai keadaan darurat nasional. Status tersebut setara dengan penunjukan yang dapat diberikan negara saat terjadi bencana alam.

Status darurat nasional akan membebaskan penggunaan dana dan memberi wewenang kepada instansi berwenang untuk mengalihkan sumber daya guna mengasatasi krisis.

Sheriff Plummer telah meminta bantuan Pemerintah Federal sajak empat tahun lalu. Daerahnya dengan populasi 532.000 jiwa, telah terpukul oleh krisis opioid. Mereka memiliki jumlah overdosis per kapita yang lebih tinggi daripada daerah lain di negara ini.

Anggota lembaga penegak hukum khas Amerika itu rata-rata menerima panggilan darurat sebanyak 10 kasus overdosis per hari sepanjang tahun. Sejauh tahun ini, county atau kota kabupaten ini memiliki 517 kematian akibat overdosis, menurut Kantor Coroner Montgomery County (per 20 Oktober). Padahal, pada tujuh tahun yang lalu, angka korban hanya 127 orang.

Angka tersebut naik lagi dari tahun lalu, terutama karena lonjakan overdosis fatal dari fentanil opioid sintetis dan opium sejenisnya.

“Kami senang pemerintah federal menyadari masalah ini dan kami hanya perlu melakukan arahannya. Masalahnya semakin parah setiap tahun, jadi inilah saatnya untuk ditangani dengan benar,” kata Plummer.

Dia mengatakan bahwa sumber daya tambahan diperlukan untuk memutus pasokan yang masuk ke dalam negeri. Mereka juga membutuhkan pengobatan, pencegahan, dan pendidikan ekstra.

Dalam sebuah pergantian kebijakan yang belum lama berjalan, Plummer mengatakan bahwa overdosis di county-nya telah berkurang setengahnya pada bulan lalu.

“Karena mereka menggunakan obat pilihan yang berbeda. Saya pikir mereka mulai tahu heroin dan fentanyl membunuh mereka, jadi mereka bermigrasi ke methamphetamines dan kokain. Setidaknya, mereka tidak sekarat secepatnya, jadi kita punya lebih banyak waktu untuk memberi mereka pengobatan dan rehabilitasi,” tuturnya.

Plummer mengatakan pecandu tidak sering overdosis pada methamphetamines. Mereka hanya mengalami luka dan kerontokan gigi, sehingga proses kematiannya lebih lambat.

Fentanyl, awalnya dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit dan obat bius. Dia 50 kali lebih manjur daripada heroin dan 100 kali lebih kuat daripada morfin. Dua miligram fentanil adalah dosis mematikan bagi pengguna non-opioid.

Carfentanil jauh lebih mematikan; Ini digunakan sebagai obat penenang gajah dan 10.000 kali lebih kuat daripada morfin, menurut badan narkotika AS, DEA. Bahkan beberapa hirupan hawa-nya bisa berakibat fatal.

Fentanyl diproduksi secara sembunyi-sembunyi di Meksiko dan Tiongkok, masih menurut DEA.

Departemen Kehakiman AS mengumumkan sebuah dakwaan pertamanya terhadap dua produsen fentanyl dan zat opium Tiongkok sitetis asal Tiongkok lainnya, pada 17 Oktober 2017.

“Mereka menggunakan internet untuk menjual fentanyl kepada pedagang obat bius dan pelanggan perorangan di Amerika Serikat,” kata Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam sebuah pernyataan.

Dalam kasus pertama, dalam kurun waktu setidaknya enam tahun, Xiaobing Yan mengoperasikan situs web yang mengiklankan dan menjual asetil fentanil dan fentanil analog mematikan lainnya secara langsung ke pelanggan AS di beberapa kota di seluruh Amerika, menurut DOJ.

“Yan mengoperasikan setidaknya dua pabrik kimia di China yang mampu menghasilkan ber-ton-ton fentanyl dan fentanyl oplosan,” kata Rosenstein.

“Yan memantau undang-undang dan kegiatan penegak hukum di Amerika Serikat dan Tiongkok. Mereka memodifikasi struktur kimia dari fentanyl sintetis yang dihasilkannya untuk menghindari tuntutan hukum di Amerika Serikat,” sambungnya.

Kasus kedua mengarah kepada Jian Zhang di Tiongkok. Mereka memproduksi fentanil di setidaknya empat pabrik di Tiongkok dan menjualnya ke pelanggan di Amerika Serikat menggunakan situs ilegal. Mereka menerima pembayaran dengan bitcoin dan matauang-kripto.

“Kartel Zhang akan mengirim pesanan fentanil dan obat-obatan terlarang lainnya. Ada pula pil-pil, perangko, dan bahan dasar obat-obatan yang dapat digunakan untuk membuat fentanil menjadi pil. Dikirim kepada pelanggan di Amerika Serikat melalui pengiriman surat atau perkapalan internasional. Zhang mengirim ribuan paket ini sejak Januari 2013,” kata Rosenstein.

Rosenstein mengatakan bahwa fentanyl dijual dalam berbagai bentuk di Amerika Serikat, yang semuanya mematikan.

“Itu bisa dibeli sebagai fentanil murni; fentanil yang dicampur dengan heroin, kokain, atau bahkan ganja; dan fentanyl dioplos ke dalam bentuk pil dan dijual secara ilegal sebagai resep opioid. Pengguna sering tidak tahu bahwa mereka menenggak fentanyl, hingga semuanya terlambat,” katanya.

Presiden Donald Trump mengumumkan pembentukan Komisi Pemberantasan Narkoba dan Krisis Opioid, yang dipimpin oleh Gubernur New Jersey Chris Christie, pada 29 Maret 2017.

Komisi tersebut menerbitkan sebuah laporan interim pada tanggal 31 Juli. Laporan mengatakan bahwa deklarasi darurat nasional merupakan rekomendasi yang pertama dan yang paling mendesak dari mereka.

“Pernyataan Anda akan memberdayakan kabinet Anda untuk mengambil langkah berani dan akan memaksa Kongres untuk fokus pada pendanaan dan memberdayakan Cabang Eksekutif lebih jauh lagi untuk mengatasi hilangnya nyawa,” demikian laporan tersebut.

Laporan tersebut juga mencakup rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas pengobatan dengan cepat melalui keringanan dalam program Medicaid; meningkatkan dana untuk perawatan pengobatan; mendanai kemampuan deteksi fentanyl di Dinas Pos A.S.; meningkatkan berbagi data antarnegara; dan memberikan pelatihan manajemen krisis untuk staf medis.

Komisi tersebut mengatakan bahwa hanya 10 persen dari hampir 21 juta pecandu yang bisa ditangani. Lebih dari 40 persen pecandu juga memiliki masalah kesehatan mental, namun kurang dari setengahnya yang menerima perawatan untuk kedua masalah tersebut.

Pada 2016, Kongres mengeluarkan undang-undang untuk memperbaiki akses terhadap pengobatan kecanduan opioid, termasuk memberi otorisasi $US 1 miliar untuk negara-negara bagian. Anggaran tersebut diarahkan untuk memberikan akses peningkatan terhadap pencegahan overdosis dan rehabilitasi.

Anggaran pertama sudah dicairkan sebesar $US 500 juta pada tahun 2016. Sisanya dicairkan pada tahun anggaran fiskal 2018 di masa kepemimpinan Presiden Trump.

Pada aspek penegakan hukum, Jaksa Agung Jeff Sessions mengumumkan pada bulan Agustus 2017 pembentukan sebuah unit yang akan menyelidiki overprescribing opioid di dalam sistem perawatan kesehatan.

Dia juga mengatakan bahwa $US 58,8 juta telah dialokasikan untuk memperkuat program pengadilan narkoba dan untuk membantu petugas kesehatan masyarakat menangani penyalahgunaan resep obat terkait opioid.

“Memerangi racun ini adalah prioritas utama Presiden Trump dan pemerintahannya, dan Anda dapat memastikan bahwa kita mengambil tindakan untuk mengatasinya,” kata Sessions pada 22 September 2017.

Sessions mengatakan sekitar $ 24 juta akan diberikan ke 50 kota, kabupaten, dan departemen kesehatan masyarakat untuk menciptakan pengalihan dan pilihan yang komprehensif untuk program penahanan bagi mereka yang terkena dampak epidemi opioid.

Tambahan $ 3.1 juta akan diberikan oleh National Institute of Justice untuk penelitian dan evaluasi tentang narkoba dan kejahatan. Prioritas penelitian adalah heroin dan opioid dan obat sintetis lainnya.

$ 22,2 juta lainnya akan digunakan untuk perawatan bagi para veteran dan $ 9,5 juta untuk program remaja.

Undang-Undang Darurat Nasional tahun 1976 memberi wewenang kepada presiden untuk mengumumkan sebuah keadaan darurat nasional. Pengumuman Darurat Nasional dilakukan jika negara terancam oleh krisis, keadaan darurat, atau keadaan darurat selain situasi bencana alam, perang, atau situasi ancaman perang.

Penetapan Darurat bagi masalah jangka panjang seperti krisis opioid telah menjadi preseden baru Amerika. Deklarasi darurat terkait kesehatan masyarakat umumnya hanya menyangkut penyebaran penyakit menular dengan cepat, seperti virus West Nile (2002), acute respiratory syndrome (2003), influenza H1N1 (2009), virus Ebola (2014), dan virus Zika (2016).

Deklarasi darurat berakhir secara otomatis setelah satu tahun. Kecuali presiden secara resmi meneruskannya untuk satu tahun berikutnya. Deklarasi tersebut dapat diakhiri lebih awal oleh presiden atau kongres. (waa)