Begini Teori Kutub Magnet Utara Bumi Menjadi Selatan dan Selatan Menjadi Utara

Epochtimes.id- LiveScience menyebut kutub magnet bumi, apapun yang terjadi, tidak akan memicu kekacauan dan membunuh semua orang. Kini pembalikan medan magnet bumi sudah menjadi pembahasan utama.

Menurut situs berita Australia news.com.au, medan magnet bumi yang berbalik tidak hanya menyebabkan matinya listrik secara massal, bahkan menyiram toilet saja bisa jadi terkendala.

Seperti komentar Direktur Laboratorium Fisika Atmosfer dan Antariksa di Universitas Colorado, Daniel Baker yang dimuat di situs Undark di artikel ditulis Alanna Mitchell dengan judul The Magnetic Field Is Shifting. The Poles May Flip. This Could Get Bad.

Daniel Baker memperkirakan pembalikan medan magnet ini akan membuat bagian planet ini tidak dapat dihuni manusia, walaupun Baker tidak secara langsung mengutip pernyataan ini.

Baca juga : Ini Yang Akan Terjadi Jika Kutub Magnetik Bumi Berbalik

Sebuah teori yang ditulis livesciene menyebutkan, kutub magnet bumi dipenuhi oleh lautan dari besi cair berotasi jauh di dalam planet di sekitar inti bumi. Putaran ini membentuk batang magnet raksasa, tentunya bukan magnet besi seperti yang kita ketahui.

Magnet raksasa ini berada pada sudut sekitar 11 derajat dari poros di sekitar Bumi yang berputar, menurut Windows of the Universe.

Kutub ini tidak berada di tempat yang sama dengan kutub Utara dan Selatan yang kita ketahui secara geografis.

Bagaimana kutub magnet berbalik? ketika gumpalan besi itu membalik ke arah yang berlawanan dari atom besi di sekitar mereka. Bila ada cukup banyak atom besi, maka magnet raksasa berbalik. Sebelumnya medan magnet utara menjadi medan magnet selatan.

Tapi medan magnet ini tak terjadi secara spontan. Ilmuwan memprediksi bisa memakan waktu antara 1.000 dan 10.000 tahun.

“Ini bukan secara tiba-tiba, tapi proses yang lamban, di mana kekuatan medan menjadi lemah, sangat mungkin medan menjadi lebih kompleks dan mungkin menampilkan lebih dari dua kutub untuk sementara, dan kemudian mengumpulkan kekuatan di arah berlawanan,” kata Monika Korte, Direktur ilmiah Observatorium Geomagnetik Niemegk di GFZ Potsdam di Jerman kepada LiveScience.

Ilmuwan memprediksi, magnet kutub utara dan selatan bumi telah bertukar tempat ratusan kali dalam sejarah. Kira-kira setiap beberapa ratus ribu tahun atau lebih, para ilmuwan telah menemukan. Yang terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun silam.

Sebenarnya, ada tanda pembalikan sekarang. Medan magnet telah melemah lebih cepat, sekitar 10 kali lebih cepat dari sebelumnya. Data ini menurut magnetometer dari tiga satelit Swarm milik Badan Antariksa Eropa.

“Apa yang saat ini ahli geofisika ributkan adalah pengetahuan kekuatan medan magnet bumi telah melemah selama 160 tahun terakhir pada tingkat yang mengkhawatirkan,” kata John Tarduno dan Vincent Hare, dari University of Rochester, dalam artikelnya di The Conversation tahun lalu

“Penurunan ini berpusat di hamparan belahan kutub Selatan yang luas, membentang dari Zimbabwe ke Cile, yang dikenal sebagai Anomali Atlantik Selatan. Kekuatan medan magnet di sana sangat lemah sehingga bahaya bagi satelit yang mengorbit di atas wilayah tersebut- tidak ada lagi medan magnet melindungi mereka dari radiasi yang mengganggu elektronik satelit. ”

Meski demikian para ilmuwan tak khawatir tentang skenario terjadinya hari kiamat.

Peneliti sebelumnya menyebut, pelemahan medan magnet bumi yang ekstrem pada perisai yang melindungi bumi dari partikel bermuatan terus-menerus menerobos atmosfer bisa menimbulkan masalah.

Live Science sebelumnya melaporkan partikel surya bermuatan ini bisa menerobos lubang di atmosfer bumi mirip dengan lubang ozon di atas Antartika. Lalu apakah lubang tersebut memiliki dampak? para ilmuwan masih memperdebatkannya.

Bagaimana pun, radiasi yang meningkat bisa mengganggu navigasi satelit, pesawat serta pembangkit tenaga listrik.

“Jika terjadi hari ini, peningkatan partikel bermuatan tinggi yang sampai di Bumi akan menghasilkan peningkatan risiko untuk satelit, penerbangan dan infrastruktur listrik berbasis di darat,” kata ahli geofisika Universitas Leeds Phil Livermore dan Jon Mound dalam artikelnya di The Conversation. (asr)

Sumber : Livescience/News.com.au