Made in China 2025 Jadi Istilah Sensitif di Tiongkok

EpochTimesId – ‘Made in China 2025’ adalah sebuah rencana strategis Tiongkok. Rencana yang merupakan inisiatif untuk meningkatkan secara komprehensif industri Tiongkok yang akan dicapai pada tahun 2025.

Selama beberapa tahun terakhir kalimat ini menjadi istilah arogan, dan menjadi topik hangat yang selalu dibicarakan baik di kalangan pemerintahan atau masyarakat Tiongkok. ‘Made in China 2025’ kini tiba-tiba ‘diturunkan’ hangatnya.

Menurut laporan media lokal Tiongkok, lembaga media di Tiongkok kini telah menerima instruksi dari pihak berwenang untuk menggolongkan ‘Made in China 2025’ menjadi istilah sensitif. Istilah itu ‘dilarang’ untuk dibicarakan atau sebagai bahan publikasi.

Pada 26 Juni 2018, DPR AS (HoR) dengan suara mayoritas telah menyetujui dikeluarkannya Undang-Undang Modernisasi Risiko Penanaman Modal Asing (Foreign Investment Risk Review Modernization Act/FIRRMA). HoR juga memperluas kewenangan investigasi Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (Committee on Foreign Investment in the United States/CFIUS).

Mereka bahkan berwenang mencegah investasi asing bila dianggap berpotensi mengancam keamanan nasional, terutama Investasi dari Daratan Tiongkok.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dijadwalkan sebelum 29 Juni 2018 mendatang, sudah merilis daftar pembatasan investasi oleh individu dan entitas Daratan Tiongkok. Dalam jangka waktu yang sama, Mnuchin juga akan memperkuat kontrol ekspor yang sesuai dengan instruksi Presiden AS, Donald Trump pada akhir Mei.

Trump mengmbil langkah-langkah hukuman terhadap pemerintah Tiongkok yang selama ini terbukti mencuri kekayaan intelektual AS. Dia juga mencoba untuk mencegah Tiongkok mencapai tujuan yang diprogramkan dalam ‘Made in China 2025’.

Program itu adalah ambisi besar untuk menjadi pemimpin dunia dalam sepuluh bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sepuluh bidang Iptek itu, antara lain informasi, kedirgantaraan, mobil listrik, dan robotika.

Amerika Serikat dalam waktu dekat akan mempublikasikan peraturan yang melarang perusahaan Daratan Tiongkok berinvestasi di bidang industri berteknologi tinggi. Ini menunjukkan bahwa perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat akan ditingkatkan menjadi perang sains dan teknologi.

‘Hongkong Economic Times’ pada 27 Juni 2018 memberitakan bahwa efek berantai dari peperangan teknologi bahkan lebih jelas bagi Tiongkok. Itu akan mempengaruhi strategi dalam penerapan ‘Made in China 2025’. Krisis chip yang muncul karena kasus ZTE pada bulan April tahun ini masih terus memburuk.

Media ‘China Morning Post’ mengutip informasi dari 3 media Tiongkok daratan menyebutkan bahwa, pihak berwenang di Beijing telah memerintahkan kepada media resmi untuk menghindari tulisan yang mengacu pada ‘Made in China 2025’ dalam laporan mereka.
‘New York Times’ melaporkan bahwa dua orang yang bertugas di kantor berita daratan mengungkapkan bahwa kantor berita Partai komunis Tiongkok menerima perintah yang melarang penyebutan ‘Made in China 2025’.

Sebelumnya, Reuters menyebutkan bahwa sumber media pemerintah dan diplomatik Tiongkok juga mengakui bahwa media Tiongkok daratan sekarang sudah mulai menghindari publikasi hal-hal yang berkaitan dengan ‘Made in China 2025’.

Reporter media ‘Epoch Times’ dalam pemantauannya menemukan bahwa media corong pemerintah komunis, ‘Renmin Rebao’ dalan artikel beberapa hari terakhir masih memberitakan mengenai ‘Made in China 2025’. Namun, sebagian besar media Tiongkok daratan nyaris sudah tidak lagi memuat artikel, yang memiliki kaitan dengan program ‘Made in China 2025’.

Menurut statistik publik, hanya media corong PKT ‘Xinhua News Agency’ yang menyebut ‘Made in China 2025’ lebih dari 140 kali sejak Januari hingga Mei tahun ini.

‘The Third Industrial 4.0 and China Made 2025 Global Conference’ diselenggarakan di Tiongkok pada bulan Januari tahun lalu. Sejumlah media resmi pemerintah Tiongkok dalam liputannya bahkan menyetarakan ‘Made in China 2025’ dengan Industri 4.0 Jerman.

Baru-baru ini, Liu Yadong, pemimpin redaksi ‘Science and Technology Daily’ dalam pidato utama secara terbuka menyangkal komentar yang disampaikan oleh pejabat dalam rapat tahunan tersebut. Dia mengatakan bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ilmu pengetahuan dan teknologi daratan (Tiongkok) dengan negara-negara maju Barat. Ini sebenarnya bukan rahasia.

Namun, beberapa orang di Tiongkok justru menyebarkan berita bahwa Tiongkok saat in telah memiliki kekuatan ekonomi, ilmiah dan teknologi serta kekuatan nasional yang komprehensif. Kekuatan yang diklaim melampaui kekuatan Amerika Serikat untuk menjadi yang pertama di dunia.

“Jelas-jelas ‘mendirikan bangunan di lahan orang’ malahan berteriak menggondol hak milik permanen dan lengkap,” sindir Liu Yadong.

Salah satu pilar utama ‘Made in China 2025’ bergantung pada akuisisi teknologi milik asing, perusahaan teknologi dan produk teknologi canggih. Target investasi ‘Made in China 2025’ adalah perusahaan-perusahaan BUMN atau yang berlatar belakang PKT seperti ZTE Corporation.

Pada bulan April tahun ini, ZTE melanggar perjanjian rekonsiliasi AS sehingga dijatuhi hukuman denda berat oleh pihak AS. Akibat hukuman denda itu, kisah-kisah internal di bidang teknologi tinggi akhirnya menjadi terungkap. (Li Jing/ET/Sinatra/waa)

Video Rekomendasi :