Beijing Kian Terpuruk Amerika Tidak Perlu Negosiasi Kalahkan Tiongkok

EpochTimesId – Perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat masih memanas. Beijing mencoba untuk mengurangi dampak terhadap ekonominya dengan menurunkan nilai tukar mata uang Renminbi terhadap dolar AS.

Tetapi beberapa hari yang lalu, Trump mengumumkan akan melaksanakan tarif gelombang kedua yang bernilai 200 miliar dolar AS. Itu membuat pihak Beijing kian panik.

Beberapa analis meyakini bahwa Amerika Serikat hanya perlu terus memberikan tekanan kepada Beijing yang sedang menghadapi kekacauan internal partai dan masalah-masalah sosial. Tiongkok akan kehabisan tenaga untuk menyerang balik bila AS terus menekan.

Pejabat PKT mengumumkan bahwa mereka akan mengenakan kenaikan tarif, pada Jumat (3/8/2018) akhir pekan lalu. Kenaikan tarif 25%, 20%, 10%, dan 5% atas barang impor dari AS yang bernilai 60 miliar dolar AS sebagai pembalasan atas tarif gelombang kedua AS yang bernilai 200 miliar dolar.

Reuters melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi dan istrinya bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Singapura. Laporan mengatakan bahwa mereka bersedia bernegosiasi dengan AS untuk menyelesaikan masalah yang menjadi perhatian bersama. AS juga mengatakan bahwa mereka tidak ingin konflik perdagangan terus berlanjut.

Selain itu, Kementerian Perdagangan Tiongkok pada 2 Agustus 2018 juga memberikan tanggapan bahwa, Beijing sudah siap untuk melakukan perlawanan. Akan tetapi mereka menghimbau untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog.

Beberapa analis percaya bahwa kenaikan tarif balasan sebesar 60 miliar dolar tersebut, dalam segi skala sudah jauh di bawah rencana 200 miliar dolar yang diusulkan oleh AS. Selain itu, tarif pajak 4 tingkat yang berkisar dari 5% hingga 25%, juga secara signifikan lebih rendah daripada tarif pajak AS yang 25%. Itu menunjukkan bahwa kemampuan Tiongkok untuk melakukan pembalasan terhadap Amerika Serikat sudah jauh berkurang.

Gordon G. Chang, kritikus AS asal Tiongkok dengan menilai situasi saat ini mengatakan, Partai komunis Tiongkok saat ini sedang menghadapi krisis. Dalam kondisi spesial ini, tidak mungkin untuk bernegosiasi dengan mereka kecuali terus memberikan tekanan.

Pemerintahan Trump memang terus menekan, PKT sudah tidak mampu melakukan serangan balik. Pada 2 Agustus, Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox Business bahwa pengenalan langkah-langkah kenaikan tarif terhadap Beijing bertujuan untuk mengubah perilaku tidak adil negara komunis itu.

“Tetapi mereka malah melakukan pembalasan, jadi Presiden Trump sekarang merasa bahwa mungkin sudah waktunya memberikan lebih banyak tekanan untuk memaksa mereka mengubah perilaku (balas dendam),” katanya.

Dia mengatakan bahwa jika Tiongkok komunis terus melakukan hal-hal buruk dan menolak reformasi struktural, maka perang dagang akan membawa lebih banyak penderitaan bagi masyarakat Tiongkok. Dia juga memperingatkan bahwa selama PKT menolak memberikan lingkungan persaingan ekonomi yang adil, Amerika Serikat akan terus meningkatkan tekanannya.

Sebelumnya, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Minggu ini, Presiden menginstruksikan saya untuk mempertimbangkan kenaikan tarif pajak impor komoditas Tiongkok dari 10% menjadi 25%. Tarif 25% akan diberlakukan untuk produk dalam daftar yang diumumkan pada 10 Juli.”

Menurut berita yang dikeluarkan oleh CNBC, seorang pejabat senior pemerintah AS yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media bahwa Trump mendadak minta tarif pajak dinaikan. Itu mungkin disebabkan karena PKT mencoba untuk, melakukan devaluasi mata uang guna membuat ekspornya lebih kompetitif.

Reuters melaporkan, Derek Scissors, seorang sarjana asal Tiongkok yang bertugas di American Enterprise Institute di Washington mengatakan, jika tarif telah ditingkatkan menjadi 25% maka akan semakin efektif dalam mencegah masuknya barang-barang Tiongkok ke pasar AS.

Namun, pihak AS dalam pernyataan 1 Agustus 2018 lalu telah menyebutkan bahwa pemerintah AS akan terus mendesak Tiongkok (PKT) untuk menghentikan praktik tidak adil dalam perdagangan. Mendesak Tiongkok membuka pasar, dan berpartisipasi dalam persaingan pasar riil. Tidak ada solusi lain.

Sikap pemerintahan Trump terhadap Tiongkok tidak berubah yaitu, menghendaki tiongkok membuka pasar, melindungi hak kekayaan intelektual asing dan mewujudkan perdagangan yang adil.

Presiden Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada 19 Juli bahwa jika PKT selalu menolak untuk melakukan reformasi, dia dapat memberlakukan tarif pada setiap produk Tiongkok yang masuk ke Amerika Serikat.

“Saya telah siap dengan kenaikan tarif untuk komoditas Tiongkok yang bernilai 500 miliar dolar.”

Wakil Presiden Mike Pence pada 16 Juli dalam pidatonya di kantor Kementerian Perdagangan juga mengatakan, jika Beijing gagal memenuhi perdagangan yang adil dan menolak permintaan wajar dari AS yang menaikkan tarif tambahan, maka Amerika Serikat tidak akan pernah mundur.

Di sisi lain, dengan meningkatnya eskalasi perang dagang, maka pola perdagangan dunia juga mengalami perubahan. Pada 16 Juli, Uni Eropa dan Jepang menandatangani perjanjian perdagangan bebas, membatalkan 99 persen dari tarif bilateral.

Pada 25 Juli, Amerika Serikat dan Eropa mengumumkan rekonsiliasi perdagangan, dan berkomitmen untuk merealisasikan perdagangan bebas antara Amerika Serikat dan Eropa. Mereka mengatakan akan bersama-sama meluncurkan lebih banyak tindakan melawan Tiongkok komunis.

Pada saat yang sama, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan bahwa Amerika Serikat berrencana untuk memulai negosiasi perdagangan bebas bilateral dengan Jepang sebelum bulan Agustus berakhir.

Dunia luar menduga bahwa Amerika Serikat, Eropa dan Jepang akan beraliansi untuk bersama-sama melawan ancaman Beijing, atau membangun zona perdagangan bebas untuk mengisolasi Tiongkok.

Zhou Mi, Peneliti dari Kementerian Perdagangan Tiongkok, Wakil Direktur Institut Penelitian Amerika dan Oceania ketika baru-baru ini menerima wawancara propaganda komunis mengaku bahwa, Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lain telah bergabung dengan kamp Amerika. Namun saat ditanya tentang apa strategi tanggapan Tiongkok? Ia tidak menjawab secara langsung. (Xiao Jing/NTDTV/Sinatra/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA