Amerika Gelar Perang Keempat Tiongkok Bersiap Hadapi Perubahan Besar

EpochTimesId – Dalam seabad terakhir, Amerika Serikat memenangkan perang pertamanya yakni Perang Dunia I. Amerika juga kemudian memenangkan Perang Dunia II. Ketiga, AS memenangkan Perang Dingin menghadapi Uni Soviet.

Perang dagang Tiongkok-AS, kini disebut oleh media sebagai perang besar ke-empat yang mempengaruhi dunia. Besar kemungkinan AS akan mengubah sistem politik Tiongkok dan mengubur sistem komunisme.

Sejumlah artikel media asing mengemukan bahwa Amerika Serikat bukan negara agresor, tetapi terlibat dalam Perang Dunia I dan II. AS terpaksa terlibat, karena dirugikan oleh tindak pelanggaran.

Perang ketiga adalah Perang Dingin dengan Uni Soviet, karena Uni Soviet memusuhi Amerika Serikat, dan mengembangkan senjata nuklir untuk menghadapi Amerika. Sehingga AS terpaksa meladeni, yang akhirnya menyebabkan runtuhnya Uni Soviet.

Kali ini, menghadapi perang ekonomi dan perdagangan dengan Partai komunis Tiongkok, Amerika Serikat juga dipaksa untuk bertindak mendahului. Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah belok kiri dalam politik internal, dan memberlakukan kontrol tekanan tinggi. Serta menghadapi dunia luar dengan malakukan ekspansi politik, militer, dan ekonominya. Tiongkok bersaing dengan AS untuk menjadi pemimpin dunia.

Hal ini telah memaksa partai-partai berkuasa dan oposisi di Amerika Serikat, terlepas dari faksi elang atau merpati. Mereka mencapai konsensus untuk mengekang PKT. Bahkan ‘teman lawas PKT’, Henry Kissinger pun telah beralih sikap.

Artikel itu percaya bahwa perang tarif antara Tiongkok dengan AS saat ini hanyalah sebuah permulaan. Perang tarif impor akan memasuki perang ekonomi yang komprehensif dalam beberapa tahun mendatang.

Selain perang dagang dengan AS, PKT kini sedang berada dalam isolasi penuh dalam komunitas internasional. Amerika Serikat dan Eropa akan membentuk anti-komunis gabungan dalam satu atau dua bulan ke depan, dan Trump juga berjuang untuk memperoleh dukungan dari Putin.

Lima kekuatan utama dunia; Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Tiongkok dan Rusia. Jepang pasti akan berjalan mengikuti Amerika Serikat, dan hanya Rusia yang mungkin akan bertahan tetap bersikap netral. Adapun negara-negara kecil lainnya, sebagian besar akan memilih Amerika Serikat dan Eropa sebagai sandaran. Baru-baru ini, bahkan Pakistan pun telah berubah dan kemungkinan akan berpaling muka dari Tiongkok.

Di bawah tekanan perang dagang, politik dan ekonomi PKT telah menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan. Baru-baru ini, Politbiro PKT meminta pihak berwenang untuk mewujudkan ‘6 stabilitas’ yang mana telah menandakan ada 6 situasi yang tidak terkendali.

Sedangkan di internal partai, perbedaan suara terus mengganggu menunjukkan bahwa kekuatan tingkat tinggi sedang terongrong. Dalam situasi kekacauan politik, ekonomi dan pikiran orang mulai bercabang, maka hal-hal tak terduga bisa bermunculan di masa mendatang.

Artikel percaya bahwa situasi yang membuat AS bersitegang dengan Tiongkok besar kemungkinannya mirip dengan situasi yang dihadapi AS saat bersitegang dengan Uni Soviet di masa lalu.

PKT kian menghadapi krisis eksistensinya yang disebabkan oleh perubahan kekuasaan yang menyebabkan tingkat tinggi mengubah garis politik. Mungkin juga untuk melangkah lebih jauh seperti Uni Soviet yang cenderung memilih beralih ke konstitusi demokratis dan membuang komunisme.

Artikel menyebutkan, Presiden Trump kini memiliki intensitas jaringan dukungan yang sangat tinggi. Jika Trump kembali terpilih, dan tetap mengekang PKT, ia mungkin berhasil memenangkan perang keempat AS. Seperti mantan presiden AS Ronard Reagan, pengusaha lapangan golf itu menjadi figur yang berhasil meruntuhkan komunisme.

Bahkan, sebelum perang dagang berkobar sudah banyak beredar di internet ramalan mengenai bagaimana Ronard Reagen meruntuhkan Uni Soviet, dan bagaimana Donald Trump meruntuhkan PKT.

Ada media Taiwan yang pro-PKT yang berupaya untuk mencegah nubuat menjadi kenyataan, kemudian menyarankan otoritas Beijing untuk tidak beradu mulut. Menyarankan Tiongkok untuk tidak beradu kekuatan yang berakhir pada ‘merobek muka’ lawan. Mereka bahkan menyarankan PKT untuk berintrospeksi diri demi menghindari adu emosi dengan Trump, perlu menyadari apa saja kesalahan yang pernah dibuat oleh diri sendiri, dan dengan tulus bernegosiasi dengan Amerika Serikat.

Selain itu, mereka menyarankan Tiongkok pada bidang ekonomi merealisasikan liberalisasi pasar sepenuhnya, di bidang politik mewujudkan hak pilih universal yang demokratis, dan mensyaratkan semua pejabat pemerintah untuk mengumumkan kekayaan resmi mereka untuk mencegah korupsi terjadi. Namun, Beijing tampaknya tidak mengadopsi proposal tersebut.

Beberapa hari yang lalu, media corong PKT ‘Renmin Rebao’ edisi luar negeri secara terbuka mengancam akan mencelakakan perusahaan AS di Tiongkok, seperti Apple CS. Ancaman disampaikan dalam rangka untuk mendesak AS menghentikan perang dagang. Media Hongkong pro PKT bahkan menyarankan Tiongkok untuk menghancurkan ekonomi AS, dengan menjual utang AS.

Pada 7 Agustus, AS mengumumkan bahwa pihaknya akan merealisasikan tarif kenaikan 25 persen atas barang Tiongkok senilai 16 miliar dolar AS, mulai 23 Agustus nanti. Sehari kemudian, otoritas Beijing juga melakukan hal yang sama sebagai balas dendam.

Sementara itu, Xinhua News Agency menerbitkan editorial berbau deklarasi yang isinya menyebutkan bahwa, gagasan intimidasi yang bertujuan untuk mendominasi perdagangan (bullying) adalah gagasan yang harus ditentang. Media Hongkong dengan mengacu berita tersebut mengatakan bahwa ini adalah deklarasi perang terbuka kepada Amerika Serikat.

Sejumlah wadah pemikir luar negeri menilai bahwa dibandingkan dengan ekonomi Tiongkok dan penghidupan masyarakat, otoritas Beijing lebih peduli tentang keamanan sistem komunisme atau dengan kata lain hidup matinya PKT.

Sementara itu saran yang diberikan oleh beberapa orang elite di luar negeri justru mengenai reformasi struktural dari politik Tiongkok. Bahkan reformasi struktural ekonomi yang dituntut Amerika Serikat dalam perang dagang akan menjadi ancaman mematikan bagi sistem PKT.

Setelah konflik perdagangan tak terhindarkan, PKT justru mengklaim bahwa yang disebut gagasan ‘to overtake on a bend’ (menyalip di tikungan) dan ‘Made in China 2025’ adalah Kepentingan Inti dari Tiongkok. Untuk itu Tiongkok tidak akan pernah menyerah! (Mu Fengyu/NTDTV/Sinatra/waa)

Video Pilihan :