Tiongkok Memberi Sinyal Kesediaan untuk Bernegosiasi Sejak Resume Perdagangan AS

Ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dia tidak “berharap banyak” dari pembicaraan perdagangan yang dilanjutkan antara pejabat AS dan Tiongkok pada 22 dan 23 Agustus, Tiongkok mungkin memberikan sinyal kesediaan untuk bernegosiasi kali ini.

Pada 21 Agustus, Kementerian Perdagangan Tiongkok, bersama dengan sembilan lembaga negara, mengeluarkan pemberitahuan untuk mengingatkan industri baja untuk “mematuhi peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO),” melarang subsidi ekspor atau manfaat lain yang menguntungkan produsen domestik yang melawan peraturan WTO.

Amerika Serikat dan Uni Eropa sebelumnya mengeluhkan baja Tiongkok yang membanjiri pasar dalam negeri dan telah menanggapinya dengan tarif-tarif anti dumping.

Waktu peringatan langka seperti itu datang langsung dari rezim Tiongkok terbaca oleh analis Heng He sebagai tanda bahwa Tiongkok mungkin bersedia membuat beberapa konsesi dalam negosiasi.

“Dalam pembicaraan sebelumnya, Tiongkok belum menyatakan ketulusan hati (ingin bernegosiasi). Kali ini, Tiongkok bisa serius,” katanya pada The Epoch Times.

Scott Kennedy, direktur studi Tiongkok di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, melihat pembicaraan itu sebagai lebih dari “latihan mengukur suhu,” katanya kepada Reuters. “Pengharapan mungkin rendah di kedua sisi.”

Diskusi-diskusi tersebut tidak diharapkan untuk melakukan banyak hal untuk menghentikan aktivasi 25 persen tarif AS pada $16 miliar lainnya dalam barang-barang Tiongkok, yang akan berlaku pada pukul 12:01 pada 23 Agustus, serta tarif pembalasan langsung dari Tiongkok pada $16 miliar barang AS.

Namun perundingan bisa menetapkan kerangka kerja untuk negosiasi lebih lanjut, karena Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif pada hampir semua impor Tiongkok, senilai $500 miliar, kecuali Beijing memenuhi tuntutannya.

Mata uang

Diskusi-diskusi yang sedang berlangsung tersebut terjadi bersamaan dengan gerakan yuan. Selama berminggu-minggu, nilai yuan telah jatuh terhadap dolar, terdepresiasi sebesar 6,8 persen dari 1 Juni hingga 10 Agustus. Analis telah mengamati bahwa rezim Tiongkok membiarkan nilai jatuh untuk meredam pukulan tarif-tarif AS.

Trump, dalam wawancara dengan Reuters pada 20 Agustus, juga menuduh Tiongkok telah memanipulasi mata uangnya karena alasan itu.

Tak lama setelah berita tentang perundingan-perundingan yang dihidupkan kembali diumumkan pada 16 Agustus, yuan naik 52 basis poin menjadi 6.8894 yuan terhadap dolar pada 17 Agustus, mengakhiri enam hari berturut-turut depresiasi.

Nilai yuan terus meningkat, ke tertinggi 6,8574 pada 22 Agustus pada saat penulisan.

Bukti tentang Tiongkok telah menopang nilai yuan muncul ketika pembicaraan-pembicaraan perdagangan mulai terjadi: cabang Shanghai Bank Rakyat Tiongkok mengeluarkan kebijakan pada 16 Agustus yang melarang bank-bank komersial menggunakan rekening antar bank untuk menyetor atau meminjamkan yuan ke luar negeri (offshore) melalui saluran-saluran zona perdagangan bebas.

Langkah tersebut bertujuan untuk memperketat likuiditas yuan ke luar negeri dan membuatnya lebih mahal untuk mengurangi mata uang Tiongkok.

Offshore adalah relokasi ke negara asing untuk mengambil keuntungan dari biaya yang lebih rendah.

Tiongkok juga menjadikannya lebih mahal bagi para pedagang untuk bertaruh melawan yuan dengan memungut persyaratan cadangan 20 persen pada pembelian valuta asing bank, menurut laporan Bloomberg 20 Agustus.

Chen Bo, seorang profesor ekonomi di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong Tiongkok, mengatakan kepada Kantor Berita Pusat Taiwan bahwa upaya-upaya bank sentral baru-baru ini tersebut untuk campur tangan dalam devaluasi yuan adalah indikasi bahwa rezim Tiongkok bersedia dan siap untuk berunding. (ran)