Terinspirasi Perang Dagang Trump Eropa Tidak Lagi Naif Tentang Investasi Tiongkok

oleh Qin Yufei

Terpengaruh oleh tindakan Amerika Serikat untuk mencegah Tiongkok komunis mengakuisisi aset utama negaranya, pemerintah Jerman yang selama ini terbuka bagi investasi asing juga mulai mewaspadai ledakan M&A (merger and akuisisi) oleh perusahaan asing khususnya yang memiliki hubungan dengan Tiongkok komunis.

Pada akhir bulan lalu, setelah pemerintah Jerman mengisyaratkan akan memblokir transaksi pengalihan saham perusahaan Jerman karena alasan keamanan, Taihai Manoir Nuclear Equipment Co., Ltd. yang terletak di kota Yantai, Shandong terpaksa menarik rencananya untuk mengakuisisi produsen mesin presisi Jerman Leifeld Metal Spinning AG.

Perusahaan Leifeld memproduksi peralatan untuk energi nuklir dan industri luar angkasa. Hanya beberapa hari sebelum rencana M&A tersebut gugur. Bank milik negara Jerman KfW mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi 20% saham dari perusahaan grid 50Hertz sebagai upaya untuk mencegah National Grid Corporation dari Tiongkok memperoleh 50 Hertz.

Pemerintah Jerman juga mengumumkan bulan ini bahwa mereka bermaksud untuk lebih memperketat investasi asing di industri pertahanan dan keamanan nasional.

Tahun lalu, pemerintah Jerman memperketat kontrol terhadap investasi asing, menetapkan bahwa pemerintah Jerman memiliki hak untuk campur tangan terhadap perusahaan Jerman yang berencana untuk menjual sahamnya melebihi 25 % kepada perusahaan investor asing.

Tetapi otoritas Berlin sekarang telah menurunkan ambang batasnya menjadi 15% dari saham perusahaan.

Langkah itu diambil pemerintah Jerman setelah terjadi serangkaian akuisisi perusahaan Jerman oleh perusahaan Tiongkok komunis. Akuisisi ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang akuisisi perusahaan-perusahaan kunci Jerman oleh Tiongkok komunis dan kekhawatiran tentang hilangnya teknologi milik Jerman.

Pada 2017, perusahaan Tiongkok dan Hongkong telah mengakuisisi 69 buah perusahaan  Jerman, dibandingkan dengan 18 buah pada tahun 2011.

Jumlah dana untuk mengakuisisi saham perusahaan-perusahaan Jerman itu telah meningkat dari EUR 690 juta pada tahun 2011 menjadi EUR 7 miliar pada tahun 2016. Itu terjadi terutama karena Midea Group Co Ltd menginvestasikan EUR. 4,5 miliar dalam akuisisi produsen robot KUKA.

Selain KUKA, perusahaan-perusahaan Tiongkok komunis juga telah mengakuisisi perusahaan pemimpin industri seperti Biotest Pharmaceuticals, dan mengakuisisi saham utama Deutsche Bank dan Daimler.

Christian Dreger, pejabat di Lembaga Penelitian Ekonomi Jerman memberitakan ‘South China Morning Post’ : Meskipun investor Tiongkok tampil sebagai pemilik perusahaan swasta untuk melakukan transaksi M&A, tetapi hubungan mereka dengan Partai Komunis Tiongkok  tampaknya sangat dekat. Sementara itu, akses pasar Tiongkok bagi perusahaan Uni Eropa masih sangat dibatasi.

Uni Eropa juga meningkatkan kewaspadaan dalam melindungi teknologi mereka. Parlemen Eropa pada bulan Mei lalu telah meloloskan sebuah proposal untuk memperluas kontrol terhadap bidang industri utama Jerman yang akan dijual-belikan sahamnya kepada investor asing.

Proposal ini didukung oleh pemerintah Prancis, Jerman dan Italia, dan undang-undangnya rencana akan diadopsikan pada akhir tahun ini oleh Uni Eropa.

Peningkatan kewaspadaan terhadap M&A perusahaan Jerman dan Uni Eropa oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok komunis sangat dipengaruhi oleh tindakan Amerika Serikat.

Pada bulan Agustus tahun ini, Foreign Investment Risk Review Modernization Act. FIRMMA) telah dimasukkan ke dalam Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional AS dan sudah disahkan oleh Kongres AS.

CFIUS (Komite Investasi Asing) karena itu mendapatkan serangkaian kekuatan baru, lebih banyak sumber daya, tenaga kerja dan hak yang lebih besar dalam pengregulasiannya. Dengan demikian, pengaruhnya terhadap merger dan akuisisi oleh pihak asing juga akan diperluas.

Salah satu kunci dari FIRMMA adalah mempersulit perusahaan modal ventura Tiongkok komunis untuk berinvestasi di perusahaan AS dan menghindari pencurian kekayaan intelektual.

Lorand Laskai, seorang ahli dari Asosiasi Hubungan Luar Negeri AS menuliskan : Di atas panggung  pertarungan ekonomi antara AS dan Tiongkok, Made in China 2025 menjadi biang keladi dari ancaman nyata terhadap status AS yang telah menjadi pemimpin teknologi dunia.

Frank Proust, anggota Parlemen Eropa mengatakan : “Dalam era globalisasi, sekarang adalah saatnya Eropa untuk keluar dari rasa naif. Meskipun kita tidak menentang investasi asing, tetapi kita tidak berhadap adanya investasi yang abnormal.” (Sin/asr)