Ekonom : Tiongkok dalam 10 Tahun Mendatang akan Sulit Mempertahankan Pertumbuhan PDB 2% Sekalipun

 oleh He Yating

Seorang ekonom terkenal mengungkapkan bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah terjadi di luar dugaan orang. Sampai ia memperkirakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, ekonomi Tiongkok ditakdirkan tidak bisa lepas dari nasib pertumbuhan berkecepatan sangat rendah. “PDB mencapai rata-rata 2% per tahun saja sudah merupakan harapan yang sangat optimis” katanya.

Menurut sebuah laporan dari situs ekonomi dan keuangan (www.fx168news,com) pada 5 Oktober, bahwa Hong Hao, yang saat ini menjabat sebagai kepala ekonom GROW Investment Group (GROW), dengan berani menyatakan hal di atas dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media Taiwan (www.businesstoday.com.tw).

Hong Hao pernah dalam 2 tahun berturut-turut (2017 dan 2018) menjadi juara pertama “Asiamoney” dalam pemilihan strategi saham A (daratan Tiongkok) dan saham Hong Kong. Sebelumnya ia telah berulang kali membuat prediksi yang akurat terhadap kondisi di pasar saham Tiongkok.

Menurut laporan tersebut, pada akhir bulan Maret tahun ini, Hong Hao, yang saat itu menjabat sebagai direktur pelaksana Bank of Communications International di Hongkong, menerbitkan laporan berjudul “Waspadalah terhadap Arus Keluar Modal”. Saat itu, Shanghai Composite Index berada di 3.200 poin, dan Hong Hao dengan blak-blakan menyatakan dalam laporannya, bahwa Shanghai Composite Index akan turun sampai di bawah angka psikologis 3.000 poin.

Pada akhir bulan April, ramalan Hong Hao di atas terjadi. sehingga akun Weibo-nya diblokir pada akhir bulan April, akun Weibo-nya diblokir. Pada awal bulan Mei tahun ini, Hong Hao mengumumkan bahwa dia telah meninggalkan BOCOM International, tempat dia bekerja selama 10 tahun. Saat itu, dia telah bergabung dengan Grup Sirui.

Dalam wawancara eksklusif dengan media Taiwan Business Today, Hong Hao kembali membuat prediksi berani tentang ekonomi Tiongkok. Dia mengatakan bahwa jangan berharap terlalu banyak saham Tiongkok untuk rebound dengan cara yang layak. Penurunan pertumbuhan ekonomi dan memburuknya hubungan Tiongkok – AS menentukan bahwa pasar saham akan terus terguncang.

Hong Hao mengungkapkan bahwa dengan pendinginan tiba-tiba pasar real estate Tiongkok, potensi tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam 10 tahun ke depan bisa mencapai sekitar 2% per tahun saja itu sudah merupakan prediksi yang sangat optimis. Ia juga mengatakan bahwa perselisihan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, terutama ancaman delisting dari Amerika Serikat yang dihadapi saham perusahaan Tiongkok, juga menjadi pedang tajam yang menggantung di atas kepala yang mengancam pasar saham daratan Tiongkok dan Hongkong.

“Titik pertumbuhan baru dan arah investasi baru tidak kelihatan. Tidak ada orang yang tahu dan saat ini juga tidak terlihat ada pendorong pertumbuhan baru”, kata Hong Hao dalam wawancara, “Bahkan jika ada beberapa terobosan di bidang-bidang seperti energi baru dan semikonduktor dan pertumbuhan, tetapi tidak dapat mengimbangi dampak dari penurunan cepat industri real estat”.

Hong Hao juga menganalisis bahwa sejak tahun 2007, ruang gerak Shanghai Composite Index terus menyempit. Ambil rata-rata pergerakan 750 hari, untuk mengukur volatilitas selama 3 tahunnya, terlihat tidak pernah mencapai level tertinggi baru sejak menyentuh puncaknya pada tahun 2010. Hal yang sama berlaku juga untuk Indeks Hang Seng China Enterprises Hong Kong. Dia kemudian memperingatkan bahwa situasi di masa mendatang bisa lebih buruk.

“Model pertumbuhan menentukan ketinggian pasar saham”, katanya. “Pesawat besar tidak dapat lepas landas dari landasan pacu yang terlalu pendek”.

FX168 melaporkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata PDB Tiongkok antara tahun 2019 hingga 2021 adalah 5,4%. Jika benar-benar turun menjadi 2% seperti yang diprediksi Hong Hao, maka valuasi pasar saham Tiongkok akan semakin tertekan.

Sebelumnya Hong Hao telah dengan berani meramalkan ekonomi Tiongkok. Pada 16 Juni 2015, ketika saham A Tiongkok naik dengan kuat, Hong Hao menunjukkan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV bahwa ada gelembung di saham A Tiongkok, dan bahaya keruntuhan pasar terus meningkat. Tak lama setelah itu, Shanghai Composite mengalami penurunan yang terus menerus, jatuh sampai sekitar 50% pada akhir bulan Januari 2016.

Saat ini, Hong Hao mengatakan bahwa yang paling mengkhawatirkannya adalah industri real estat Tiongkok yang skupnya sudah “terlalu besar risikonya jika ambruk”. Sejak tahun ini, pasar real estat Tiongkok terus menghadapi krisis, dan baru-baru ini terjadi gelombang penolakan pembayaran angsuran KPR para pembeli rumah yang tidak bisa mendapatkan rumah. Beijing terpaksa melakukan intervensi untuk mencegah risiko meluas ke sistem keuangan.

Menanggapi situasi di atas, Hong Hao mengatakan bahwa otoritas Beijing seharusnya lebih dini dalam menangani masalah yang ada di pasar properti. Semestinya 10 tahun yang lalu, sekarang sudah terlambat untuk melakukannya. Dia menjelaskan : “Sebelum menemukan titik pertumbuhan baru, para pembuat keputusan jelas tidak berani meninggalkan model pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang didorong oleh industri real estate”. (sin)