Ketegangan di Masyarakat Tiongkok Bakal Tinggi dengan Masuknya Li Qiang dan Cai Qi dalam Komite Tetap PKT

oleh Luo Tingting

Di antara 7 orang anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok, Li Qiang dan Cai Qi yang paling mendapat sorotan dari dunia luar. Li Qiang yang sebelumnya menjabat antara lain sebagai Gubernur Provinsi Zhejiang, Sekretaris Komite Partai Provinsi Jiangsu, Direktur Komite  Partai Provinsi Jiangsu, Sekretaris Komite Partai Kota Shanghai dan sebagainya, telah menimbulkan keluhan hebat dari masyarakat akibat menginstruksikan penutupan ketat Kota Shanghai. Sedangkan Cai Qi menggelar pengusiran “populasi kelas bawah” yang mencari nafkah di Beijing, juga menimbulkan kritikan keras. Para analis percaya bahwa metode penanganan masalah yang dihadapi kedua orang tersebut dalam pemerintahan yang lalu dianggap terlalu keras dan mengabaikan perikemanusiaan. Sehingga dikhawatirkan masuknya Li Qiang dan Cai Qi dalam Komite Tetap Politbiro sekarang akan menimbulkan lebih banyak konflik dan ketegangan masyarakat di waktu mendatang.

Li Qiang, mantan Sekretaris Komite Partai Kota Shanghai adalah orang kepercayaan Xi Jinping yang diprediksi bakal menjadi orang kedua dalam partai, yakni menduduki kursi perdana menteri. Menurut praktik PKT, semua perdana menteri Tiongkok harus memiliki pengalaman kerja sebagai wakil perdana menteri Dewan Negara, tetapi Li Qiang jelas belum pernah.

Masuknya Li Qiang ke dalam kabinetnya Xi adalah yang paling kontroversial, karena ketika dia menerapkan kebijakan pencegahan epidemi yang ekstrem di Shanghai, dia menutup kota secara menyeluruh, sehingga kekacauan dalam pencegahan epidemi timbul di mana-mana, warga sangat mengeluh. Dunia luar pernah mengira bahwa karier Li Qiang akan tamat, namun ia akhirnya justru dimasukkan sebagai anggota kabinet oleh Xi Jinping.

Hal yang juga menimbulkan orang menggeleng-gelengkan kepala adalah terpilihnya mantan Sekretaris Partai Beijing, Cai Qi, pemimpin yang mengusir “populasi kelas bawah” di Beijing, memerintahkan penghancuran bangunan dan papan iklan ilegal di sepanjang jalan, dan memaksa rumah tangga mengganti penggunaan gas elpiji daripada batu bara, yang sempat menimbulkan kritik keras dari publik, sekarang justru terpilih sebagai anggota Komite Tetap Politbiro. 

Sebuah video yang beredar di Internet menunjukkan, selagi Cai Qi memimpin pertemuan internal pada tahun 2017 ia mengatakan, bahwa menghadapi orang-orang kelas bawah itu harus menggunakan senjata sungguhan, biar “bayonet berdarah-darah”, Pokoknya melawan kekerasan dengan kekerasan. Ucapan seorang pemimpin yang mungkin berjiwa preman.

“Up Media” Taiwan dalam komentarnya menyebutkan bahwa Li Qiang dan Cai Qi tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota Komite Tetap Politbiro, karena keduanya menangani konflik sosial dengan metode keras, yang justru menyebabkan semakin meluasnya keluhan publik. Promosi luar biasa kedua orang ini ke puncak kepemimpinan PKT sekali lagi membuktikan bahwa Xi Jinping mempromosikan pejabat itu lebih cenderung berdasarkan loyalitas ketimbang kemampuan, tidak peduli dengan kebutuhan dan perasaan rakyat. Hal ini juga semakin mencerminkan bahwa Xi Jinping akan melanjutkan atau bahkan memperkuat metode pemerintahan yang bertentangan dengan opini masyarakat.

Artikel tersebut berpendapat bahwa setelah Kongres Nasional ke-20, pihak berwenang akan lebih keras dalam menanggapi gejolak masyarakat di waktu mendatang. Hal mana akan memaksa pemerintah mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam penanganannya. Pengeluaran untuk keamanan dalam negeri Tiongkok tahun 2020 telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir, dan naik 7% dari anggaran pertahanan yang direncanakan tahun itu. Jadi, tidak heran jika pengeluaran untuk pemeliharaan stabilitas nasional setelah tahun 2022 akan lebih besar lagi.

Artikel juga memperkirakan bahwa penindasan terhadap masyarakat oleh PKT saat ini akan terus berlanjut setelah Kongres Nasional ke-20, dan hubungan antara negara dengan rakyat akan semakin kontradiktif dan tegang.

Adegan dramatis saat Kongres Nasional, susunan kabinet Xi yang di luar dugaan 

Selain itu, pada Kongres Nasional ke-20, ada adegan dramatis di mana Hu Jintao, mantan sekretaris jenderal PKT dibawa keluar podium pimpinan. Melalui pengamatan yang cermat terhadap rekaman video, media “Wall Street Journal” percaya bahwa kejadian itu merupakan hasil dari instruksi Xi Jinping.

Pada 5 November, Wan Runnan, pendiri China Stone Group yang tinggal di Prancis mengatakan kepada radio Prancis bahwa besar kemungkinan susunan anggota Komite Tetap Politbiro tidak sesuai dengan daftar yang dipegang Hu Jintao karena telah diubah, sehingga membuat Hu Jintao merasa tertekan. Untuk menghindari hal-hal tidak terduga yang mungkin akan mengganggu jalannya penetapan, terjadilah adegan Hu “dipersilakan keluar ruangan”.

Wan Runnan memiliki pemahaman tertentu tentang cara kerja PKT. Istri pertamanya adalah Liu Tao, putri mantan presiden Tiongkok Liu Shaoqi. Liu Shaoqi, pemimpin PKT yang diganyang selama Revolusi Kebudayaan dan meninggal dalam penyiksaan.

Wan Runnan menduga bahwa jangan-jangan sudah ada kompromi jelang Kongres Nasional ke-20 antara Xi dengan Hu, yakni Xi Jinping terpilih kembali, Li Keqiang akan didudukkan sebagai Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Republik Rakyat Tiongkok, Wang Yang ditunjuk sebagai perdana menteri, dan Hu Chunhua dan Ding Xuexiang dua pejabat yang kelahiran  tahun 60-an, akan menjadi kandidat penerus selanjutnya. Bisa jadi di tangan Hu Jintao memegang daftar hasil dari kompromi ini, tetapi tiba-tiba diubah saat Kongres Nasional ke-20 berlangsung.

Wan Runnan menjelaskan bahwa 2 pertemuan kelompok tertutup yang membahas daftar anggota Komite Sentral ke-20 selama Kongres Nasional itu, mungkin saja mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Hu Jintao tidak menghadiri pertemuan itu, sedangkan nama Li Keqiang dan Wang Yang berada di akhir daftar. 

Sebuah laporan Xinhua mengatakan bahwa beberapa pemimpin berinisiatif mengundurkan diri dari pertemuan kelompok. Wan Runnan percaya bahwa mungkin saja mereka itu adalah Li Keqiang, Wang Yang dan yang lainnya usai melihat daftar yang diajukan kelompok dengan mengecilkan suara perolehan. 

Menurut Wan Runnan bahwa insiden itu dapat dikatakan sebagai tindakan subversi atas kesepakatan yang telah dicapai oleh berbagai fraksi pada Sidang Paripurna ke-7 yang dilakukan jelang Kongres Nasional ke-20. Itu tidak ada bedanya dengan suatu kudeta.

Wan percaya bahwa Hu Jintao mengetahui hasil kesepakatan di Sidang Paripurna Ketujuh. Dia juga melihat daftar yang dikeluarkan pada hari pertama pertemuan, dan akhirnya menghadiri upacara penutupan. Saat memberikan suara terhadap daftar anggota Komite Tetap Politbiro, Hu Jintao menemukan bahwa nama Li Keqiang dan Wang Yang tidak berada dalam daftar. Hu Jintao tidak tahu apa yang terjadi dalam pertemuan kelompok dua hari lalu itu, meskipun Li Keqiang dan Wang Yang tahu, tetapi mereka tidak bisa mengatakan apa-apa. (sin)