Iran Jual Drone Kepada Rusia, Mesin Buatan Tiongkok Meniru Barat

Xia Song & Luo Ya

Laporan teranyar wadah pemikir Washington menyebutkan, Iran memasok pesawat nirawak sekali serangan kepada Rusia, dengan menggunakan mesin dan desain buatan Tiongkok yang telah menjiplak produk buatan Barat. Beijing telah membangun rantai pasokan, agar Iran dapat memasok pesawat nirawak bagi Rusia, dan memperoleh segala macam desain sistem mesin pendorong yang lengkap.

Analisa menyebutkan, selama ini Beijing tidak bisa mengatasi masalah mesin pendorong, anehnya pesawat nirawak mereka mendadak maju pesat, masalahnya ternyata terjadi pada perusahaan Limbach Jerman yang telah ditipu oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT)  dengan teknik menukar pasar dengan teknologi. Apalagi, berbagai kerjasama PKT dengan Iran telah menggunakan berbagai macam kamuflase.

Iran Pasok Drone Bagi Rusia, Mesin Pendorongnya Berasal dari Tiongkok

Pada 31 Oktober lalu, wadah pemikir Washington DC yakni the Institute for Science and International Security (ISIS) merilis laporan terbaru yang menyebutkan, dalam pesawat nirawak atau drone buatan Iran yang dipakai oleh militer Rusia ternyata mengandung komponen mesin pendorong buatan Tiongkok yang menjiplak mesin pesawat nirawak Barat.

Laporan mengatakan, “Iran mampu membuat pesawat nirawak dan memasoknya bagi militer Rusia, karena peran yang dimainkan PKT dalam hal ini jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Perusahaan Tiongkok sedang memasok produk tiruan Barat kepada Iran, untuk membuat pesawat perang nirawak.”

Pakar militer, Direktur Institute for National Defense and Security Research (INDSR) Taiwan yakni Su Tzu-Yun pada Senin (7/11) lalu mengatakan kepada surat kabar The Epoch Times, bahwa PKT telah membantu Iran mengembangkan teknologi pesawat nirawak, tujuan utamanya adalah untuk menggandeng Iran. Sementara AS mundur dari Timur Tengah, maka PKT memanfaatkan peluang itu untuk menjadikan Iran sebagai sekutu terpentingnya di Timur Tengah, agar kedua negara dapat saling mendukung dalam hal pendiriannya.

Kedua, mereka juga saling bertukar kepentingan. Iran memasok minyak mentah bagi Beijing, sementara PKT memberikan sebagian teknologi kepada Iran. “Tentu saja hal ini melanggar sanksi PBB. Tapi PKT melakukan satu hal di depan, dan melakukan hal yang bertentangan di belakang, persis seperti ketika PKT menyediakan kendaraan peluncur roket (rudal) bagi Korea Utara.

PKT Bajak Mesin Pendorong Pesawat Nirawak Milik Perusahaan Barat

Laporan ISIS menyebutkan, dari foto pesawat nirawak jenis “HESA Shahed-136” yang berhasil ditembak jatuh itu menunjukkan, di dalam pesawat itu telah dipasang mesin pendorong jenis MD550 yang diproduksi oleh perusahaan MicroPilot Flight Control Systems Beijing, dan mesin pendorong tersebut meniru mesin tipe L550e buatan perusahaan Limbach Flugmotoren GmbH Jerman.

 Pada 2012, Limbach mendirikan kantor cabangnya di kota Xiamen, memproduksi serial mesin pendorong tipe piston bagi pesawat nirawak dan pesawat terbang berukuran kecil. Perusahaan tersebut menyatakan diri sebagai satu-satunya produsen mesin pendorong pesawat yang memiliki teknologi inti di bidang aviasi di Tiongkok.

 Informasi pada situs official berbahasa Mandarin Limbach Xiamen mengatakan, ribuan unit mesin pesawat terbang buatan Limbach telah digunakan pada berbagai jenis pesawat terbang di seluruh dunia, dan telah merampungkan jutaan jam terbang, serta serial mesin pendorong tipe piston telah menguasai teknologi mesin pendorong yang memimpin di dunia.

 Salah seorang penulis laporan yakni Spencer Faragasso mengatakan kepada VoA, PKT telah memperoleh rancangan mesin L550e milik Limbach, dan dijadikan sebagai mesin pendorong milik Tiongkok sendiri dengan kode tipe MD550, kedua jenis mesin pendorong ini hampir sepenuhnya sama, PKT hanya sedikit memodifikasi unit daya kudanya.

 Ia berkata, “Yang bisa kita nilai disini adalah, para perusahaan Tiongkok  ini terus berperan memberikan rancangan bagi Iran atau memasok seluruh unit mesin pendorong. Contohnya, “HESA Shahed-136” adalah mesin pendorong buatan Tiongkok.”

 Selain itu, rancangan mesin pendorong tipe lain pesawat nirawak yakni “Shahed-131” adalah berasal dari mesin rotary (mesin wankel) MDR208 buatan MicroPilot Beijing, dan MDR208 adalah versi bajakan dari mesin AR-731 buatan Inggris.

 Ia menyatakan, temuan paling menarik dari laporan itu adalah: Entah bagaimana rancangan perusahaan Barat itu bisa jatuh ke tangan perusahaan RRT, lalu PKT memberikan rancangan tersebut kepada Iran.

 Komentator Wang He menyatakan, perkembangan pesawat nirawak di Tiongkok sangat pesat, dari mana asal teknologinya, terutama teknologi mesin pendorongnya? Teknologi mesin pendorong selama ini tak bisa diatasi, maka PKT selalu berusaha menggunakan berbagai cara mendapatkannya, tapi perkembangannya sangat lamban. 

Lalu bagaimana pesawat nirawak ini mendadak berkembang pesat? Masalahnya adalah pada investasi perusahaan Limbach Jerman di Tiongkok, PKT sangat mahir bermain cara menukar pasar dengan teknologi dan trik-trik lainnya, untuk menipu investor. Banyak teknologi yang setelah masuk ke Tiongkok, cepat atau lambat akan diperoleh PKT.

 Ia berkata, “Dari sejumlah informasi terbuka yang ada saat ini, kita bisa memperoleh kesimpulan dasar, maju pesatnya teknologi pesawat nirawak PKT, dengan diperolehnya teknologi terkait dari Barat — baik secara legal maupun secara ilegal, khususnya dalam hal teknologi mesin pesawat adalah tidak terpisahkan.”

 Faragasso juga mengatakan pada VoA, “PKT telah membangun rantai pasokan, yang membuat Iran bisa memperoleh segala macam rancangan sistem mesin pesawat yang lengkap untuk digunakan pada pesawat nirawak yang dipasok bagi Rusia.”

 Wang He juga berpendapat, rantai pasokan dan rantai produksi pesawat nirawak PKT ini sudah ada sejak lama. Ia berkata, “PKT diam-diam bekerjasama dengan Iran selama bertahun-tahun, kerjasama ini memang eksis. Termasuk ditangkapnya putri Huawei yakni Meng Wanzhou di Kanada, ini menjelaskan adanya konspirasi antara PKT dengan Iran terkait sejumlah teknologi krusial. PKT hendak memanfaatkan Iran untuk mengacau maka Iran harus diberikan alat untuk mengacau, pesawat nirawak adalah salah satu yang terpenting. Sangat besar kemungkinan PKT dan Iran diam-diam telah membangun rantai industri pesawat nirawak.”

Iran dikenakan sanksi oleh PBB, maka Beijing tidak akan secara langsung dan terbuka melakukannya, setiap bentuk kerjasama harus dilakukan memutar dan dengan berbagai kamuflase. Ia berpendapat, laporan wadah pemikir AS lebih ketat, berapa banyak bukti yang diperolehnya itulah yang diungkap. Oleh sebab itu, dukungan PKT terhadap Rusia lewat Iran, sekarang sudah kedapatan buktinya, telah ditemukan oleh wadah pemikir AS. Jadi, pertarungan berikutnya antara AS dengan PKT, akan sangat sengit.

 PKT, Rusia, dan Iran Membentuk “Poros Jahat” Baru?

Setelah terungkap PKT membajak teknologi Barat dan berkonspirasi dengan Iran untuk membantu Rusia, bagaimana pihak luar menilai hubungan antara PKT, Rusia dan Iran? Sejak 14 September lalu, para anggota kongres AS telah mengemukakan konsep “poros kejahatan yang sebenarnya”.

 Anggota kongres AS yang merupakan Direktur House Foreign Affairs Subcommittee on Asia yakni Rep. Steve Chabot, R-OH dalam forum dengar pendapat mengatakan, sejak merebaknya pandemi, Xi Jinping untuk pertama kalinya menghadiri KTT tahunan Shanghai Cooperation Organization (SCO), ini menandakan arti penting kawasan Asia Tengah bagi Beijing.

Dia menempatkan RRT, Rusia, dan negara yang diterima di SCO yakni Iran, disebut sebagai “poros kejahatan yang sebenarnya”.

 Dalam hal ini, Wang He menilai anggota kongres AS mungkin memperoleh berita intelijen, sehingga membuat penilaian seperti ini. Ini juga merupakan tekanan dari sudut lain terhadap PKT, yang mungkin dapat menarik perhatian masyarakat internasional: ada pergerakan menakutkan yang dilakukan oleh PKT dalam kebijakan internasionalnya.

 Dilihat dari sudut pandang hubungan internasional dan strategi AS terhadap luar negeri, sekarang Beijing adalah musuh terbesar AS. RRT terus menggunakan berbagai macam cara, kemampuan, dan teknologi untuk mendukung negara-negara lain yang menentang Amerika. RRT, Iran, dan Korea Utara telah bertahun-tahun membentuk poros kejahatan, hanya saja dengan berbagai pertimbangan pihak pemerintah AS tidak menggunakan pernyataan tersebut.

 Konfrontasi antara AS dengan Beijing jauh lebih parah dibandingkan dengan konfrontasi AS dengan Uni Soviet di era 1980-an, kalangan politik AS jika bisa meniru cara-cara Presiden Reagan dulu, maka bagi AS maupun seluruh dunia akan menjadi suatu berkah.

 Ia berkata, “PKT berambisi global, dan ambisi ini menyebabkan konfrontasi AS dan RRT mendunia. Satu fokus utama dalam persaingan AS-RRT adalah kawasan Indo-Pasifik, selain kepulauan Pasifik, masih ada dua lagi titik panas: Semenanjung Korea dan Perang Rusia-Ukraina. Sekarang PKT telah melakukan dua tindakan di Timur Tengah, yang pertama membeli minyak bumi di Arab Saudi dengan menggunakan mata uang RMB, tujuannya menantang posisi mata uang AS di pasar minyak bumi.

 “Yang kedua adalah mendukung Iran membuat kekacauan, dan membuat AS pusing dengan masalah nuklir, serta membesarkan masalah. Cara PKT ini ada pertimbangan secara keseluruhan. Jadi, terhadap tindakan PKT ini, AS dan masyarakat internasional tidak bisa mengatasi masalah yang terlihat saja, melainkan harus ada suatu tindakan antisipasi yang menyeluruh. Negara Barat harus kompak bersatu, karena bagi Barat dan bagi masyarakat internasional, PKT adalah suatu tantangan yang sangat besar.”

 Su Tzu-Yun juga mengatakan, “Suku cadang senjata hasil bajakan PKT muncul di medan perang di Ukraina, ini hanyalah secuil pucuk gunung es saja, menandakan bagi seluruh dunia masalah sebenarnya adalah PKT dan di dunia ini tidak ada masalah Taiwan, yang ada hanya masalah PKT.”

 Dia menilai, bagian inti dari poros kejahatan ini adalah tiga bersaudara Rusia, RRT, dan Korea Utara, karena ketiga negara ini saling bergantung satu sama lain. Lingkar luarnya adalah negara-negara Asia Tengah yang memainkan peran sebagai rekan ekonomi dan perdagangan, sementara lingkar ketiga adalah seperti Iran.

 Pengaruh PKT sedang mendalam, tapi perlahan juga dikepung, termasuk Amerika, Australia, Jepang, dan Taiwan terus memperkuat bantuannya bagi negara-negara kepulauan di Pasifik, dengan memperkokoh infrastruktur mereka. (sin)