Kontes Kecantikan Baru Berupaya Membangkitkan Kembali Feminitas Tradisional dan Kebajikan Batin

Annie Wu

Dengan misi menghidupkan kembali feminitas tradisional dan kecantikan yang mendalam, jaringan televisi global NTD meluncurkan kontes kecantikan untuk pertama kalinya.

Ditujukan untuk wanita muda keturunan Tionghoa, kontes ini akan menyeleksi para peserta berdasarkan lima “kebajikan batin” yang dijunjung tinggi dalam budaya tradisional Tionghoa, yakni moralitas, kebenaran, kesopanan, kebajikan, dan kesetiaan.

Pada konferensi pers yang diadakan di kantor pusat NTD di New York pada Jumat 10 Februari, pihak penyelenggara menjelaskan bahwa kontes ini bertujuan untuk mendidik para wanita muda Tionghoa mengenai warisan budaya mereka, dengan harapan nilai-nilai dari Tiongkok kuno dapat tertanam di dalam diri mereka dan mempersiapkan mereka untuk menjadi panutan bagi generasi  mendatang.

“Nilai-nilai ini akan membantu Anda menjadi orang yang lebih baik, sehingga Anda dapat unggul dalam karir dan menjadi teladan bagi keluarga Anda. Anda juga akan mewariskan nilai-nilai penting dari warisan Anda kepada generasi berikutnya, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” ujar Richard Yin, Anggota komite kontes dan direktur pelaksana Kompetisi Piano Internasional NTD.

Panitia juga menekankan bahwa para kontestan harus memikirkan bagaimana kecantikan mereka dapat melayani tujuan yang lebih mulia.

“Tuhan memberikan Anda kecantikan, jadi apa yang akan Anda lakukan dengan kecantikan itu? Bagaimana Anda akan menggunakan kecantikan Anda untuk kebaikan?” Kata Yin.

Lucy Zhou, direktur pelaksana kontes, mengatakan, “Kontes ini bukan untuk mencari ketenaran, tapi untuk meningkatkan nilai-nilai kebaikan.”

Berbeda dengan kontes kecantikan pada umumnya, Kontes Kecantikan Global Tionghoa NTD tak akan memiliki kategori pakaian renang. Penyelenggara mengatakan bahwa hal ini sesuai dengan tujuan untuk mempromosikan standar kecantikan yang tak hanya berfokus pada daya tarik fisik.

Ajang ini merupakan bagian dari rangkaian acara budaya dan seni dari lembaga penyiaran independen yang bertujuan untuk mempromosikan budaya orisinal Tiongkok.

Wanita berusia antara 18 hingga 30 tahun, yang belum menikah atau melahirkan anak, dan memiliki setidaknya sepertiga keturunan Tionghoa dapat mendaftar di MissNTD.org. Batas waktu pendaftaran sampai dengan 1 Mei.

Para juri akan memilih para peserta untuk maju ke babak berikutnya, yaitu wawancara online. Para kandidat akan diminta untuk mempelajari kursus pelatihan online yang mencakup topik-topik pengembangan diri dan sejarah Tiongkok, termasuk public speaking, ekspresi diri, cara berpakaian untuk sukses, dan memahami kebajikan Tionghoa. Yin menjelaskan bahwa para kontestan akan belajar tentang “empat wanita cantik klasik” yang sering disebut-sebut dalam budaya Tiongkok. Para wanita sejati dari sejarah ini disebut-sebut sebagai panutan dalam hal pengorbanan dan tidak mementingkan diri sendiri, seperti Wang Zhaojun dari Dinasti Han (206 SM hingga 220 M), yang memilih untuk menikah dengan pemimpin suku nomaden utara untuk mencegah perang.

Para kandidat juga mendapatkan pelatihan tarian klasik Tiongkok, yang akan membantu mereka meningkatkan ketenangan dan kelenturan tubuh, kata Yin.

Empat puluh finalis akan dipilih untuk maju dan berkompetisi secara langsung di New York pada musim gugur 2023. Mereka akan diseleksi berdasarkan jawaban mereka terhadap pertanyaan juri; presentasi gaun malam dan kostum kebangsaan; serta bakat kreatif mereka. Kompetisi ini akan disiarkan secara langsung kepada jutaan pemirsa NTD di seluruh dunia melalui TV satelit dan TV kabel serta platform streaming.

Pemenang utama, yang akan dinobatkan sebagai “Miss NTD”, akan menerima hadiah uang tunai sebesar $10.000, tiara bertatahkan safir dan berlian, serta berbagai pilihan perhiasan mewah dan gaun rancangan desainer. Selama setahun penuh masa jabatannya sebagai “Miss NTD,” ia akan bertindak sebagai duta untuk kontes tersebut.

NTD, sebuah media yang bersaudara dengan The Epoch Times, didirikan pada  2001 oleh warga Amerika keturunan Tionghoa yang melarikan diri dari komunisme untuk menciptakan sebuah platform pelaporan yang tidak disensor dan tidak memihak mengenai pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok.