Antara Barat dan Rusia, Sepertinya Siap Duel Tank Bersejarah

Xia Luoshan

Dalam hal mendukung Ukraina melawan serangan invasi Rusia, AS (Amerika Serikat) dan sekutu Barat selalu seia sekata, hanya pada masalah memasok kendaraan tank masih saja terjadi perdebatan tak berkesudahan, namun kini sepertinya sudah ada titik terang.

Vadym Omelchenko, duta besar Kyiv untuk Prancis, mengatakan kepada televisi Prancis dan televisi BFM yang berafiliasi dengan CNN: “Sampai hari ini (28-01), banyak negara telah secara resmi mengonfirmasi bahwa mereka setuju untuk memasok Ukraina dengan 321 tank berat.”

Sebelumnya itu, pada 24 Januari lalu, pemimpin parlemen dari partai FDP (Partai Demokrasi Kebebasan) Jerman yang memerintah bersama yakni Christian Duerr mengatakan, hari ini, Kanselir telah membuat sebuah keputusan yang tidak boleh diremehkan oleh siapapun, yakni Jerman akan mendukung Ukraina dengan Tank Leopard, ini merupakan sinyal kuat kekompakan. Sebelumnya, Menlu Jerman Annalena Baerbock juga mengatakan, jika Polandia mengirimkan Tank Leopard 2 kepada Ukraina, dia tidak akan mencegahnya.

PM Polandia Mateusz Morawiecki pada 23 Januari lalu menyatakan, pemerintah akan mengajukan permohonan otorisasi kepada Berlin. Ia mengatakan, walaupun pada akhirnya kami tidak memperoleh otoritas ini, kami tetap akan menyerahkan tank kami dan tank lainnya kepada Ukraina. Setelah itu, Polandia mengirimkan permohonan resmi kepada Jerman untuk diizinkan mengirimkan Tank Leopard 2 pada Ukraina.

Perwakilan Tinggi UE (Uni Eropa) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan yakni Josep Borrell berpendapat, Jerman tak akan mencegah negara Uni Eropa lainnya mengirimkan Tank Leopard 2.

Menlu Ukraina Dmytro Kuleba menyerukan kepada semua negara yang bersedia mengirimkan Tank Leopard 2 agar segera mengajukan permohonan otorisasi resmi kepada pemerintah Jerman untuk menyerahkan tank tersebut kepada Ukraina, ia yakin Jerman akan memberikan tank tersebut. Ia berkata, “Kami telah menerima FV4034 Challenger 2 dari Inggris. Setiap kali kami selalu memperoleh hasil yang diharapkan, tidak terkecuali juga kali ini.”

Pada 24 Januari lalu Menhan Polandia Mariusz Blaszczak mencuit di Twitter, “Pihak Jerman telah menerima permohonan persetujuan untuk mengirimkan Tank Leopard 2 kepada Ukraina dari kami. Juga menyerukan pihak Jerman agar ikut bergabung dalam aliansi negara yang memberikan Tank Leopard 2 kepada Ukraina. Ini adalah urusan kita semua, karena hal ini menyangkut masalah keamanan Eropa!”

Menhan Jerman Boris Pistorius saat mengadakan konferensi pers dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan, jika harus mencapai kesepakatan atas persoalan mengirimkan tank milik Jerman bagi Ukraina, Berlin akan mengambil tindakan cepat. Menurutnya, Jerman bukan satu-satunya negara yang bergumul atas masalah bantuan tank bagi Ukraina. Ia berkata, kami tidak menghalangi negara lain langsung melatih para prajurit Ukraina menggunakan Tank Leopard 2, tapi sebelum kami putuskan bagaimana menyerahkan Tank Leopard, tidak akan melakukannya. Pernyataan Pistorius menandakan, Berlin mengakui sangat mendesak untuk segera membuat keputusan. AS juga mungkin akan segera mengambil keputusan, sebelum Gedung Putih memutuskan AS juga akan mengirimkan tank tempur utama modern bagi Ukraina, Jerman hanya akan mengamati.

Sekarang, penantian Jerman akhirnya membuahkan hasil, informasi dari pejabat AS mengatakan, AS telah mempersiapkan proses pengiriman puluhan unit tank tempur utama jenis M1 Abrams bagi Ukraina. Dalam beberapa hari mendatang AS mungkin akan mengumumkan, dan akan menyerahkan 30~50 unit Tank M1 Abrams. Ini adalah suatu titik balik yang penting, tidak hanya menyangkut Abrams, juga menyangkut soal ratusan unit Tank Leopard 2 lainnya apakah dapat masuk ke Ukraina atau tidak.

Pada 24 Januari lalu, juru bicara Pentagon Patrick Ryder menyatakan, A1 Abrams adalah sistem senjata yang cukup rumit, sangat menantang dalam hal perawatan, selalu seperti itu. Berarti hal yang menghalangi AS menyerahkan Abrams tidak berubah, tapi AS telah berubah sikap soal menyerahkan Abrams, alasannya mungkin hendak memberikan perlindungan politik yang dibutuhkan oleh pemerintah Jerman, agar membuka akses masuknya Tank Leopard ke Ukraina.

Leopard 2 adalah tank yang diproduksi oleh perusahaan RheinMetall Jerman untuk menandingi tank jenis T-90 milik Rusia, dan disebut sebagai salah satu tank kelas berat terbaik di dunia, serta setara dengan Tank M1 Abrams milik AS dan Tank FV4034 Challenger 2 milik Inggris.

Leopard 2 dan M1 Abrams mulai beroperasi pada 1979 dan 1980, hampir berbarengan, keduanya merupakan produk dari program tank tempur utama (Main Battle Tank MBT-70) kerjasama AS dengan Jerman. NATO diprediksi memiliki lebih dari 2.000 unit Tank Leopard 2, sebagian besar di antaranya masih dalam kondisi terbungkus rapi, sementara produksi Tank Abrams bahkan jauh lebih besar, tentu sebagian besarnya tersimpan di gudang AS.

Leopard 2 acap kali dibandingkan dengan M1 Abrams. Kedua rancangan ini memang benar memiliki keunikan yang serupa, termasuk lapisan armor komposit lebih dari 60 ton, mesin penggerak 1.500 hp, kecepatan lebih dari 40 mil, dan beberapa tipe menggunakan meriam utama berkaliber 120 mm L44 laras halus.

Leopard 2 maupun Abrams sama-sama dapat menghancurkan mayoritas tank buatan Rusia dengan mudah dari jarak jauh, sebaliknya mereka tidak mudah ditembus oleh meriam kaliber 125 mm standar Tank Rusia. Selain itu, keduanya memiliki kamera termografik dan alat bidik teleskopik, ini membuat keduanya melacak musuh lebih dulu dan menyerang sasaran. Dalam beberapa kali perang lapis baja terbukti, keunggulan ini bahkan jauh lebih menentukan daripada kekuatan tembakan. Eksperimen di Yunani mendapati, saat tank dalam kondisi bergerak menembak sasaran sebesar 2,3 meter, tank Leopard 2 berhasil menembak 19 kali, Abrams berhasil menembak 20 kali, sementara T-80 Rusia hanya berhasil menembak 11 kali.

Perbedaan antara kedua tank Barat ini menunjukkan konsep tempur yang berbeda. Abrams menggunakan mesin pendorong turbin gas 1500 hp, keunikannya adalah tidak mudah terdampak suhu rendah, dan speed start-up yang lebih cepat. Sementara Leopard 2 menggunakan mesin diesel yang lebih irit BBM, membuat setiap kali pengisian BBM jarak tempuhnya lebih jauh. Tank Abrams yang menggunakan amunisi Uranium terdeplesi (DU) dan lapisan armor komposit dapat mencapai kemampuan serbu dan bertahan yang luar biasa, tapi teknologi tersebut tidak diterima politik Jerman. Oleh sebab itu, tipe lanjutan Leopard 2A6 telah dipasangkan dengan meriam L55 yang jarak tembaknya lebih jauh untuk mengkompensasi kelemahan pada daya tembusnya, turet meriam pada Leopard 2A5 memakai lapisan tambahan armor berongga berbentuk baji agar dapat meredam tembakan musuh dengan lebih baik.

Yang patut disebutkan adalah tank jenis T-80 Rusia juga menggunakan mesin penggerak turbin gas, untuk mencapai kecepatan tinggi dan mobilitas. Ini menyebabkan tidak hanya biaya pembuatan T-80 lebih tinggi, efisiensi bahan bakarnya juga menurun drastis, kemampuan jelajahnya berkurang, perawatannya menjadi lebih sulit, satu-satunya kelebihannya bagi T-80 adalah lebih mudah dinyalakan di kawasan ekstrem dingin di kutub utara. Tapi pada mayoritas kondisi, kelebihan dari mesin penggerak ini telah tertutup biayanya, terutama di lingkungan Perang Ukraina, T-80 hampir tidak banyak berguna.

Kekhawatiran Jerman terhadap ekspor senjata selalu ada, Leopard 2 telah beroperasi di 18 negara, Berlin memberlakukan pembatasan yang luas pada negara-negara yang menggunakan Tank Leopard 2, khususnya Turki. Di awal era 2000-an, Berlin telah menjual 354 unit Tank Leopard 2A4 yang telah pensiun kepada Ankara, dibandingkan dengan Tank M60 Patton milik pasukan pengintai lapis baja Turki, ini adalah upgrade yang sangat besar. Akan tetapi, prasyarat Berlin bersedia menjualnya adalah, tank Jerman tidak digunakan untuk melawan pemberontakan orang Kurdi. Faktanya, Turki sepertinya menjauhi Leopard 2 dari konflik dengan suku Kurdi.

Akan tetapi, pukulan keras bersejarah yang dialami Leopard 2 juga terjadi di tangan Turki. Pada musim gugur 2016, Tank Leopard 2A4 milik Divisi 2 Lapis Baja Turki ditempatkan di perbatasan Suriah untuk mendukung operasi Shield di tepian Sungai Efrat, ini adalah aksi intervensi terhadap ISIS.

Leopard 2A4 adalah tank tipe Leopard generasi terakhir usai Perang Dingin, sasaran rancangannya adalah untuk melawan formasi baris Tank Uni Soviet yang relatif rapat dalam perang pertahanan berirama cepat, dengan kata lain lebih cocok untuk konfrontasi tank skala besar, dan tidak mahir dalam perang melawan teroris yang relatif menyebar, khususnya  melawan teroris yang menggunakan alat peledak sederhana dan rudal anti-tank. 2A4 masih menggunakan turret meriam model lawas, rancangan seperti itu sangat lemah dalam menghadapi rudal anti-tank modern, khususnya bagian belakang dan lapisan armor sampingnya yang relatif rentan, masalah ini sangat menonjol dalam lingkungan perang anti-teroris, karena serangan mungkin berasal dari segala arah.

Kelemahan ini kemudian terbukti secara mengejutkan pada Desember 2016. Waktu itu, 10 unit Tank Leopard 2 dihancurkan dalam perang sengit dengan ISIS di Al Bab. 5 unit di antaranya dihancurkan oleh rudal anti-tank, 2 unit dihancurkan ranjau dan peledak sederhana, 1 unit dihancurkan oleh roket atau mortar, dan 2 unit lainnya hancur karena serangan lain.

Penyebab kerusakannya kemungkinan karena pasukan Turki menggunakan metode tank Jerman. Mereka tidak menggunakan tank ini secara bersamaan dengan pasukan gabungan dan pasukan infanteri, tapi hanya dijadikan sebagai bantuan kekuatan jarak jauh dan ditempatkan di garis belakang. Dalam kondisi tidak ada dukungan pasukan infanteri yang baik, pasukan tank Leopard Turki terpapar tanpa perlindungan di garis perang, menjadi sasaran empuk bagi rudal anti-tank yang dibawa tentara individu.

Jika dibandingkan dalam operasi menumpas Taliban di Afganistan, Tank Leopard 2 modern, termasuk jenis Leopard 2A6Ms milik Kanada dan Leopard 2A5s milik Denmark, karena telah diperkuat perlindungan ranjau dan kursi keselamatan, hanya beberapa unit tank dihancurkan, dan semua tank yang rusak diperbaiki lagi dan bisa digunakan kembali, hal ini cukup mengangkat kembali pamor Leopard 2. Pada 2017, Jerman pun mulai membentuk kembali pasukan tank, muncullah Leopard 2A7V dengan sistem perlindungan aktif (APS), kemampuan bertahan yang lebih kuat, dan semakin adaptif terhadap lingkungan perang anti-teroris.

AD Amerika baru-baru ini juga memberikan otorisasi pada satu divisi tank M1 Abrams untuk dipasangkan sistem Trophy APS asal Israel, modifikasi ini terbukti sangat efektif dalam perang. Perusahaan RheinMetall Jerman juga telah merilis instalasi perlindungan aktif udara anti-tank (ADATS), yang dikabarkan “pertahanan anti rudal” miliknya sangat efektif.

Tank Leopard 2 yang akan segera memasuki Ukraina besar kemungkinan adalah tipe 2A4, walaupun tidak memiliki pembaharuan menghadapi perang anti-teroris yang disebutkan di atas, tapi tank jenis ini adalah senjata yang dirancang untuk menghadapi tank buatan Rusia dalam perang tank berskala besar.

Leopard 2, Challenger 2 dan M1 Abrams adalah tank tempur utama yang paling tangguh di dunia, berkumpulnya tank-tank tersebut di Ukraina, diprediksi bakal segera meletus sebuah perang tank berkekuatan besar yang belum pernah ada sebelumnya selama ini, tank-tank tersebut sepertinya adalah “binatang buas” yang khusus diciptakan untuk Rusia, mungkin akhirnya telah tiba waktunya bagi mereka untuk berburu. (sud/whs)

Catatan: Xia Luoshan, wartawan surat kabar The Epoch Times, pernah hidup belasan tahun di tengah pasukan militer, menitik-beratkan pada pengajaran pada pasukan militer dan sejumlah manajemen teknis.