Debi Preston Membaca Artikel Master Li Hongzhi : Panggilan dari Kehidupan Tingkat Tinggi

oleh Terri Wu, Shi Ping

Debi Preston, seorang warga Florida berusia 59 tahun telah melakukan banyak pekerjaan dan mengalami banyak liku-liku dalam hidupnya. Dia pernah bekerja sebagai perwakilan rumah sakit, sebagai pedagang perhiasan, sekarang dia adalah seorang manajer properti. Di masa lalu dia pernah kaya raya, tetapi sekarang dia menjadi orang biasa yang bekerja untuk menghasilkan uang.

Dia menganggap dirinya adalah seorang Kristen, tetapi dia tidak percaya pada “agama buatan manusia”. Dia adalah seorang pemikir independen. Ketika membaca Alkitab, dia akan bertanya : “Ini tafsiran siapa ?”

Namun ketika Debi Preston membaca “Mengapa Ada Umat Manusia“, pemahaman yang diperolehnya adalah artikel ini bukanlah “penjelasan”, tetapi “panggilan” dan “persyaratan” dari kehidupan tingkat tinggi.

“Sejati, Baik, Sabar” adalah “hal yang paling penting”

Ketika ditanya apa yang dia peroleh dari membaca artikel Master Li, Debi Preston mengatakan bahwa dia melihat prinsip-prinsip “Sejati, Baik, Sabar”.

“Hal favorit dan terpenting bagi saya adalah prinsip ‘Sejati, Baik, Sabar’ ” katanya. “Terutama setelah melihat apa yang terjadi hari ini, menyaksikan kejadian mengejutkan yang dialami banyak orang”.

“Anda dapat melihat mereka beremosi karena frustrasi, karena mereka hanya berfokus pada hal-hal yang harus mereka lakukan, seperti membeli bahan makanan, membeli bahan bakar, atau berurusan dengan sistem di sekolah, yang pada dasarnya juga tidak mudah bisa mereka lakukan. Maksud saya, waktu dan perhatian mereka hampir dihabiskan untuk berurusan dengan hal-hal ini, sehingga lupa dengan yang lebih terpenting yaitu kasih karunia Allah”.

Dengan mengutip kalimat dalam artikel tersebut Debi Preston mengatakan : “Karena tubuh manusia dapat melenyapkan karma di tengah penderitaan, dan pada saat yang sama di tengah kondisi tidak adanya prinsip yang lurus, jika dapat memegang teguh pada kebenaran yang diajarkan Tuhan, dan dapat mempertahankan kebajikan maka kehidupan itu akan memperoleh peningkatan”. Debi mengatakan bahwa dirinya melihat prinsip “Sejati, Baik, Sabar” dari artikel Master Li.

Debi Preston memahami bahwa “Sejati, Baik, Sabar” itu bukanlah slogan, tetapi gaya hidup yang dapat diikuti dan dipraktikkan oleh siapa saja, dan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

“Poin pemikiran dalam artikel ini adalah : kita berada di sini untuk tingkat kehidupan yang lebih tinggi, dan untuk mewujudkannya, itulah tujuan kita”, kata Debi Preston. Dari pengalaman hidupnya, dia memahami makna yang disampaikan oleh Master Li. “Bahkan saat Anda melewati masa-masa yang sangat sulit, Anda tetap harus mempertahankan keyakinan Anda kepada Tuhan, dan memiliki hati yang gembira. Artikel ini pada dasarnya memperkuat pemikiran saya tentang hal ini”, katanya.

Preston mengatakan bahwa apakah dia adalah seorang wanita kaya di masa lalu atau seorang pekerja kantoran yang sekarang masih perlu berjibaku demi mendapatkan uang untuk membayar sewa rumah, “Saya masih orang yang sama” karena dia masih orang yang baik hati.

“Kita memiliki setidaknya dua hal : iman dan integritas, yang tidak dapat dirampas oleh siapa pun”, kata Preston. Apa pun yang terjadi di dunia ini, tidak peduli seberapa buruknya, di hadapan semua kehancuran dan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, kita harus menjaga iman kita. Karena, semua tujuannya tak lain adalah masuk surga”.

Oleh sebab itu, “Saya pikir hal penting adalah kita harus melakukan apa yang benar menurut standar Tuhan. Jaga integritas dan iman kita, serta terus berusaha untuk menuju surga. Hanya itu yang benar-benar kita miliki”.

Panggilan dari Kehidupan Tingkat Tinggi

Preston adalah seorang yang beriman teguh kepada Tuhan, tetapi dia ingin menempuh “jalur yang langsung” menuju Nya.

“Saya seorang Kristen tetapi tidak menganggap agama buatan adalah apa yang benar-benar saya inginkan, tetapi agama buatan bukan yang saya inginkan. Saya tidak berpikir bahwa doa-doa saya membutuhkan perantara, saya akan menempuh jalur yang langsung, jadi saya tidak mengatakannya, kecuali melalui doa”.

Tuhan itu pemaaf dan penyayang, kata Preston, bukan sebagaimana “interpretasi mereka” yang disampaikan gereja kepada Anda. “Pada awal mula saya membaca Alkitab, yang timbul dalam pikiran saya adalah ‘siapa penafsirnya ?’ Yang mereka beritahukan kepada Anda adalah jangan melakukan hal ini, jangan melakukan hal itu, dan Tuhan akan melakukan ini dan itu untuk Anda”.

Debi Preston mengatakan bahwa artikel Master Li memberinya perasaan bahwa itu bukanlah sebuah “penjelasan”, tetapi panggilan langsung dari Kehidupan Tingkat Tinggi.

“Saya pikir ini sudah hampir tidak perlu diragukan lagi adalah panggilan dari Kehidupan Tingkat Tinggi, beliau dapat melihat Kehidupan Tingkat Tinggi, juga dapat mempraktikkan panggilan itu dan membantu membuka pikiran manusia”.

“Saya pikir artikel ini dapat menyadarkan banyak orang. Artikel ini harus menjadi peringatan kepada kita semua untuk benar-benar memahami hakikat kita ada di sini dan apa yang dapat kita berikan kepada alam semesta ketimbang cuma mengambilnya”, katanya.

Di akhir wawancara, Debi Preston tak lupa mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada media The Epoch Times.

“The Epoch Times memang luar biasa. Saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata betapa bersyukurnya saya terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan oleh segenap personil Epoch Times”. (sin)