Perang Israel-Hamas: Deretan Negara-negara yang Memihak

Antonio Graceffo

Dari Timur Tengah hingga Amerika Latin dan Eropa, berbagai negara memihak dalam krisis Israel-Hamas, mengubah keseimbangan kekuatan global.

Setelah adanya laporan mengenai ledakan rumah sakit di Gaza, Presiden Palestina Mahmoud Abbas membatalkan pertemuan dengan Presiden Joe Biden, demikian pula Raja Abdullah II dari Yordania dan para pemimpin Arab lainnya. Brasil mengusulkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk pembalasan Israel terhadap Hamas. Dua belas dari 15 negara anggota Dewan Keamanan menentang resolusi tersebut, sementara Inggris dan Rusia abstain. Hal ini menunjukkan bagaimana konflik ini memaksa negara-negara berpihak.

Bahkan anggota NATO pun berada di pihak yang berlawanan. Presiden Turkiye Erdogan mengutuk Amerika Serikat karena mengirimkan kapal perang melalui Mediterania timur, sementara Iran mengancam bahwa “poros perlawanan” dapat melakukan intervensi. Israel menuduh Turkiye mendukung Hamas, sementara Iran adalah sponsor resmi tidak hanya Hamas tetapi juga Hizbullah dan berbagai kelompok teroris di seluruh wilayah.

Pemerintah-pemerintah berhaluan kiri di Amerika Latin, seperti Kuba, secara historis berpihak pada Palestina, menempatkan mereka lebih sejalan dengan Tiongkok dan Rusia. Presiden Kolombia Gustavo Petro mengatakan bahwa serangan Israel ke Gaza mirip dengan apa yang dilakukan Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Yerusalem merespons dengan menghentikan ekspor pertahanan ke Kolombia, termasuk jet tempur Kfir, peralatan pengawasan, dan senapan serbu. Kolombia kemudian mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik.

Chili mengutuk Israel, sementara Belize menyerukan solusi dua negara. Presiden Evo Morales dari Bolivia telah menyatakan dukungannya terhadap Palestina, demikian pula Venezuela. Dan, Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Luiz Iecker Vieira menyatakan kekecewaannya atas pembalasan Israel. Di sisi lain dari konflik ini, Argentina dan El Salvador mendukung Israel.

Di Asia, Indonesia menyalahkan Israel, demikian pula Malaysia. Baik Indonesia maupun Malaysia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Pakistan, negara klien Tiongkok, mengutuk serangan udara Israel. Uni Eropa mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri, namun mereka juga bergerak maju dengan memberikan bantuan ke Gaza. Irlandia mengatakan bahwa Israel telah melanggar hak asasi manusia ketika mematikan aliran listrik dan air ke Gaza. Norwegia juga mengkritik blokade Israel atas Gaza. Dan, anggota BRICS, Afrika Selatan, berpihak pada Palestina.

Baik Presiden Rusia Vladimir Putin maupun pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah melakukan upaya untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara Selatan sebagai cara untuk melawan tatanan internasional yang dipimpin oleh AS. Baik Putin maupun Xi tidak mengutuk Hamas. Menteri pertahanan Jerman menjanjikan dukungan untuk Israel, sementara Kanselir Olaf Scholz mengkritik tanggapan Putin terhadap perang tersebut, yang disebutnya “sinis.”

Beijing mengatakan bahwa tindakan Israel lebih dari sekadar membela diri, dan Moskow menyalahkan Amerika Serikat atas meningkatnya jumlah korban tewas di Gaza. Liputan di televisi pemerintah Tiongkok berfokus pada penderitaan warga Palestina dan menggambarkan Amerika Serikat dan Israel sebagai pihak yang melanggengkan konflik.

Hampir tidak ada satu pun negara yang menyatakan dukungannya terhadap Palestina  setuju untuk menerima pengungsi Palestina. Mesir telah bersedia bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk memfasilitasi bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah. Di pihak Mesir, persiapan bantuan diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Baik Mesir maupun Yordania telah menolak untuk menerima pengungsi. Mesir telah menampung 300.000 pengungsi Sudan, sehingga secara logistik, akan sulit untuk menerima lebih banyak lagi. 

Pada saat yang sama, Kairo berargumen bahwa dengan menerima pengungsi Palestina, mereka secara efektif akan membantu Israel untuk mengusir orang-orang Palestina dari Gaza. Hal ini kemudian akan membuat Mesir dan Yordania menjadi target bagi para ekstremis atau basis operasi bagi para ekstremis yang melancarkan serangan ke Israel, sehingga mengganggu perdamaian regional.

Sejak konflik dimulai, telah terjadi peningkatan serangan terhadap pangkalan AS di Suriah dan Irak. Sebuah kapal perang Angkatan Laut AS yang berpatroli di dekat Yaman mencegat tiga rudal dan beberapa pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran. 

Selain itu, Hizbullah meluncurkan beberapa rentetan rudal, yang membuat pihak berwenang Israel menyarankan warganya meninggalkan daerah-daerah di sepanjang perbatasan Lebanon. Penting untuk dicatat bahwa Hizbullah dianggap sebagai lawan yang lebih tangguh daripada Hamas. Jika Hizbullah melancarkan invasi atau serangan, hal ini dapat dengan cepat meningkatkan konflik, yang berpotensi membutuhkan intervensi AS. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah memperingatkan bahwa keterlibatan Iran dapat menyebabkan konflik meluas ke negara-negara lain. (asr)