[Fitur Khusus] Mendobrak Mitos Klasik Hipotesa Evolusi (4) Sudut Pandang “Teori Evolusi” Bab II

1.7 Penelitian Mitokondria DNA: Manusia dan Mayoritas Hewan Berusia Sama

Setiap jenis produk di toko swalayan memiliki barcode, sebagai tanda untuk mengidentifikasi setiap produk tersebut; menyerupai barcode itu, untuk mengenali antar spesies di bumi ini terdapat juga barcode pada gen, yang dapat menjadi penanda setiap spesies tersebut, yang disebut kode batang DNA (DNA barcoding), kode batang DNA seperti ini mengandalkan daerah genom yang pendek dan tingginya dapat berubah.

Untuk mengidentifikasi spesies hewan, biasanya yang digunakan adalah gen mitokondria CO1 (Cytochrome c Oxidase subunit 1) sebagai sekuen kode batang DNA yang universal. ¹⁰⁴

Pada 2018 lalu Journal of Human Evolution telah menerbitkan tesis penelitian oleh Mark Stoeckle selaku asisten peneliti senior dari Rockefeller University New York bersama dengan David Thaler dari Universität Basel Swiss, mereka bersama ratusan peneliti lainnya di seluruh dunia melakukan penelitian terhadap 100.000 spesies dengan 5 juta foto gen yang berasal dari gudang basis data GenBank Amerika Serikat, dan berdasarkan keanekaragaman nukleotida daerah CO1 dari individu berbeda pada spesies yang sama, maka dapat dikalkulasikan usia pertama kalinya munculnya spesies tersebut. ¹⁰⁵

Hasil yang paling mencengangkan dari penelitian ini adalah, bagi mayoritas spesies di bumi, keragaman genetik CO1 pada kode batang DNA adalah “hampir sama”. Dengan kata lain, di bumi ini sembilan dari sepuluh spesies yang ada, termasuk manusia, burung, ikan, beruang dan lain sebagainya, sudah terbentuk sejak 100.000 sampai 200.000 tahun silam, dan bukan seperti yang digambarkan pada Pohon Evolusi yang berevolusi secara bertahap sampai sekarang ini.

Beberapa fosil yang disebut “nenek moyang manusia” ternyata disatukan dari pecahan tulang, yang kontroversial karena tidak dapat sepenuhnya membuktikan bahwa manusia berevolusi dari kera. (Kesehatan 1+1/The Epoch Times)

Penelitian ini dimuat oleh banyak sekali media massa arus utama, termasuk Yahoo, dan juga Phys.org¹⁰⁶ berasal dari Inggris yang selalu mengikuti perkembangan informasi ilmiah terkini. Wartawan AFP Marlowe Hood telah melakukan wawancara khusus dan mempublikasikan kontennya, dan Hood berpendapat temuan bahwa munculnya spesies mahluk hidup dalam jumlah besar secara spontan sangat berbeda dengan teori evolusi yang berpendapat ‘spesies muncul setelah melalui proses evolusi bertahap’. Salah seorang peneliti yakni David Thaler saat diwawancara menyebutnya sebagai “Darwin’s Dilemma”.

Artikel lain yang dipublikasikan Pys.org¹⁰⁷ berasal dari Rockefeller University menjelaskan, hal menarik lainnya dari penelitian ini adalah, melihat karakteristik gennya, sangat sulit ditemukan “spesies transisi”, yakni batu pondasi yang melandasi evolusi antar spesies. Dalam wawancara itu Dr. Thaler berkata, “Bahwa ‘penyebab hilangnya spesies transisi’ yang dipahami oleh Darwin adalah masalah yang sangat besar.”

Dr. Thaler menambahkan, “Penelitian ini adalah semacam metode baru, yang menjelaskan spesies adalah ‘pulau-pulau di antara ruang sekuen’. Setiap spesies memiliki sekuen konsensus yang sangat sempit dan konkrit, seperti dalam sistem telepon kita terdapat kode angka yang pendek dan unik untuk membedakan wilayah dan negara.” Dr. Thaler juga mengatakan, “Jika setiap individu adalah bintang, maka spesies adalah galaksi. Mereka adalah gugus bintang yang padat di tengah ruang sekuen yang maha luas.”

Sebuah artikel tinjauan di majalah Evolution News & Science Today yang berjudul “Humans and Animals Are (Mostly) the Same Age?”, yang menunjukkan temuan tentang asal usul mahluk hidup yang sangat berbeda dengan hipotesa evolusi. ¹⁰⁸ Sementara itu penelitian ini sepertinya menunjukkan siklus yang sama dengan munculnya mahluk hidup dalam jumlah besar pada Periode Kambrium, dengan kata lain makhluk hidup sepertinya telah muncul secara spontan dalam jumlah besar pada periode tertentu, dan bukan berevolusi secara perlahan.

Manusia seharusnya dengan serius mencermati dan meneliti masalah ini, menerima, menyerap atau mengemukakan teori baru dengan lebih lapang dada, agar dapat menemukan jawaban sebenarnya tentang asal usul mahluk hidup.

1.8 Apa Kisah Yang Diceritakan Lewat Fosil?

Biasanya jasad hewan maupun tumbuhan yang telah mati akan menghilang dengan cepat, karena hewan pebangkai dan mikroorganisme akan segera mengurainya sampai habis. Banyak sekali fosil hewan dan tumbuhan yang tersimpan hingga kini, dikarenakan setelah mati fosil tersebut dengan cepat telah terkubur. Hanya dengan dikubur dengan cepat, dan segera mengalami proses membatu menjadi fosil, jika tidak maka jasad makhluk hidup tidak akan dapat tersimpan.

Fenomena fosil sebenarnya telah menunjukkan keberadaan suatu peristiwa bencana. Catatan geologi telah menyatakan peristiwa bencana memang terjadi, zaman geologi ditemukannya fosil, kemungkinan adalah masa dimana bencana tersebut terjadi. ¹⁰⁹ (baca ‘Bab 8’)

Surat kabar The Deseret News edisi 8 November 2021, memublikasikan artikel berjudul “Why This 300 Million-Year-Old Fossil Discovered in Utah Has the Paleontology World Buzzing” ¹¹⁰, yang memberitakan fosil jasad hewan vertebrata (bertulang belakang, red.) berusia 300 juta tahun silam di Canyonlands National Park, negara bagian Utah, dengan panjang sekitar 1,5 kaki (45,72 cm), dan memiliki tulang belakang seperti halnya hewan mamalia, yang usianya 50 juta tahun lebih awal daripada fosil dinosaurus yang paling tua. Jika berdasarkan teori evolusi Darwin, hewan mamalia bertulang belakang yang muncul paling awal sekitar 205 juta tahun silam adalah Morganucodon dari zaman Jurasik awal¹¹¹, tapi panjangnya hanya 10 cm, kurang lebih hanya sebesar tikus rumah. Bagaimana bisa muncul hewan mamalia bertulang belakang sebesar itu pada 300 juta tahun silam?

Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa 90% spesies di bumi saat ini, termasuk manusia, semuanya muncul pada waktu yang sama 100.000 hingga 200.000 tahun yang lalu. (Kesehatan 1+1/The Epoch Times)

Menurut hipotesa evolusi, manusia berevolusi secara bertahap dari tumbuhan, hewan, manusia kera, homo habilis, homo erectus, dan menjadi homo sapiens, hingga sekitar 10.000 SM baru muncul manusia modern di zaman batu muda atau Neolitikum¹¹². Tetapi temuan geologi menunjukkan pada zaman jauh sebelum adanya manusia, telah ditemukan adanya jejak kaki manusia, yang semakin membingungkan¹¹³. (baca ‘Bab 8’) 

Pendek kata, fenomena ledakan kehidupan yang dibuktikan fosil periode Kambrium, penelitian mitokondria DNA yang menemukan bahwa manusia dan mayoritas mahluk hidup di bumi memiliki usia yang sama, serta fosil hewan bertulang belakang yang muncul pada 300 juta tahun silam yang dijelaskan di atas, telah membentuk dampak yang sangat kuat terhadap hipotesa evolusi Darwin.

Fosil tidak hanya tidak mendukung hipotesa evolusi, sepertinya juga mengisahkan cerita lain tentang asal usul kehidupan, dan versi ini berbeda konsepsi dengan “evolusi bertahap” versi Darwin.

Spesies mahluk hidup di bumi sepertinya tidak mungkin berasal dari hasil evolusi bertahap, linear, dan tunggal, dan dengan model seperti itu sangat sulit menjelaskan temuan para ilmuwan, sedangkan temuan ilmuwan secara serempak telah menunjukkan munculnya kehidupan di bumi, besar kemungkinannya adalah berupa semacam model yang terjadi banyak kali, berulang-ulang dan bersifat ledakan.

Dengan kata lain, pada masa yang sangat lampau nun jauh, setelah kehidupan muncul dengan cara ledakan, kemudian punah lagi akibat suatu kejadian bencana; lalu muncul lagi, lalu punah lagi, begitu terus berulang kali, hal ini sepertinya lebih baru bisa menjelaskan secara logis temuan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang disebutkan di atas. (bersambung)

Referensi:

104. N Hebert, P. D., Cywinska, A., & Ball, S. L. (2003). Biological identifications through DNA barcodes. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 270(1512), 313-321.
https://doi.org/10.1098/rspb.2002.2218

105. M.Y. Stoeckle, D.S. Thaler. Why should mitochondria define species? Human Evolution. Vol. 33; n. 1-2 (1-30) – 2018. DOI: 10.14673/HE2018121037; https://phe.rockefeller.edu/wp-content/uploads/2018/12/Stoeckle-Thaler-Final-reduced-002.pdf

106. Marlowe Hood. Sweeping gene survey reveals new facets of evolution. MAY 28, 2018.
https://phys.org/news/2018-05-gene-survey-reveals-facets-evolution.html

107. Rockefeller University. Far from special: Humanity’s tiny DNA differences are ‘average’ in animal kingdom. MAY 21, 2018.
https://phys.org/news/2018-05-special-humanity-tiny-dna-differences.html

108. New Paper in Evolution Journal: Humans and Animals Are (Mostly) the Same Age? Evolution News. June 8, 2018, 2:00 PM
https://evolutionnews.org/2018/06/humans-and-animals-are-mostly-the-same-age/

109. Britannica, The Editors of Encyclopaedia. “catastrophism”. Encyclopedia Britannica, 24 Jun. 2013, https://www.britannica.com/science/catastrophism-geology. Accessed 8 May 2023.

110. Amy Joi O’Donoghue. Why this 300 million-year-old fossil discovered in Utah has the paleontology world buzzing? Rare creature found in Utah’s Canyonlands National Park. Nov 8, 2021, 8:24pm CEST.
https://www.deseret.com/utah/2021/11/8/22770397/rare-fossil-canyonlands-national-park-petrified-forest-paleontology-discovery-reptile-mammal

111. Polly, Paul David. “Morganucodon”. Encyclopedia Britannica, 12 Oct. 2018, https://www.britannica.com/animal/Morganucodon. Accessed 29 June 2023.

112. Tattersall, Ian. “Homo sapiens”. Encyclopedia Britannica, 16 May. 2023, https://www.britannica.com/topic/Homo-sapiens. Accessed 4 June 2023.

113. McNutt, E. J., Hatala, K. G., Miller, C., Adams, J., Casana, J., Deane, A. S., Dominy, N. J., Fabian, K., Fannin, L. D., Gaughan, S., Gill, S. V., Gurtu, J., Gustafson, E., Hill, A. C., Johnson, C., Kallindo, S., Kilham, B., Kilham, P., Kim, E., DeSilva, J. M. (2021). Footprint evidence of early hominin locomotor diversity at Laetoli, Tanzania. Nature, 600(7889), 468-471.
https://doi.org/10.1038/s41586-021-04187-7