Oleh Joshua Philipp
Peretas yang tidak diketahui identitasnya diduga membajak stasiun radio gelombang pendek Korea Utara, 6400kHz.
Radio ini tiba-tiba menyiarkan lagu hit Tahun 1986 dari band rock Swedia Tahun 80-an, The Final Countdown.
Berita tentang insiden tersebut disebarkan di Twitter oleh peretas, “Jester,” yang sebelumnya mendapatkan popularitas dengan membobol situs Taliban. Kelompok ini juga pada Oktober 2016 membobol situs Kementerian Luar Negeri Rusia dengan pesan, “Berhenti menyerang orang Amerika. ”
“Tuhan bersama kita telah membajak 6400kHz (stasiun Korea Utara) dan sedang memutar Final Countdown,” kata The Jester di Twitter pada 9 November, dan memasang link rekaman siaran.
A god among us has hijacked 6400kHz (North Korean station) and is playing the Final Countdown >> https://t.co/rPJ1aEccUs
— JΞSŦΞR ✪ ΔCŦUΔL³³º¹ (@th3j35t3r) November 9, 2017
Stasiun 6400kHz berbasis di Kanggye dekat perbatasan Korea Utara dengan Tiongkok. Siaran Radio inidigunakan oleh stasiun radio Korea Utara Pyongyang Broadcasting Station (Pyongyang BS), yang juga disiarkan pada frekuensi 621, 1053, dan 3250.
Rezim komunis Korea Utara sebelumnya menggunakan stasiun radio 6400kHz untuk menyiarkan pesan kode.
Strategic Sentinel sebuah perusahaan konsultan geostrategis nonpartisan yang berbasis di Washington, mencatat bahwa Korea Utara sering menyiarkan pesan di stasiun tersebut sebelum provokasi.
Pada 23 September, Sentinel Strategis menyatakan di Twitter, “Radio Pyongyang telah menyiarkan pesan berkode 6400kHz. Biasanya ketika mereka melakukan ini, itu akan menandakan adanya provokasi. ”
“Spekulasi yang paling mungkin terjadi untuk pesan-pesan ini adalah tes rudal dengan statemen #DPRK FM #AMA,” katanya pada September, tepat setelah Korea Utara mengumumkan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan sebuah tes bom hidrogen di Samudera Pasifik.
Radio Pyongyang has broadcasted coded messages on 6400kHz. Usually when they do this it signals an up coming provocation.
— Strategic Sentinel (@StratSentinel) September 23, 2017
Perlu dicatat bahwa, sebelumnya, Korea Utara melakukan siaran dua hari sebelum melakukan uji coba nuklir, satu hari sebelum uji coba rudal balistik, dan satu hari sebelum ruda melintasi Jepang.
Setelah siaran Radio Korea Utara berhasil dibajak untuk diputar lagu rock tahun 80an, banyak yang bereaksi di Twitter dengan tepuk tangan dan bersuka ria sambil menertawakan rezim totaliter Korut.
Sementara rezim Korea Utara terus melakukan ancaman terhadap Amerika Serikat dan negara-negara lain termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Akan tetapi pada akhirnya Korut juga mengakui merasakan dampak atas sanksi PBB.
Rezim Korea Utara telah memerintahkan militernya untuk memenuhi persediaan makanan secara mandiri. Bahkan personil militernya diperintahkan untuk membawa sendiri bekal makanan mereka.
Di masa lalu, Partai Komunis Tiongkok adalah pendukung utama Korea Utara, namun dalam beberapa bulan terakhir, rezim Tiongkok telah memberi tanda bahwa ini adalah akhir dari dukungan ini.
Sekarang PBB dan Amerika Serikat bersama-sama untuk menekan Korea Utara.
Presiden Donald Trump bertemu dengan Xi Jinping di Tiongkok pada 9 November, dan kedua pemimpin tersebut menegaskan kembali sikap mereka terhadap upaya Korea Utara memproduksi senjata nuklir.
Trump mengatakan, “Semua bangsa harus bersatu untuk memastikan bahwa rezim nakal ini tidak dapat mengancam dunia dengan senjata nuklirnya.”
Xi mengatakan, “Dalam masalah nuklir Semenanjung Korea, kami mengulangi komitmen tegas untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung dan menegakkan rezim nonproliferasi internasional.” (asr)
Sumber : The Epochtimes