EpochTimesId – Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (Jokowi) mengajak masyarakat melihat Pancasila secara ideologis. Sebab, banyak kalangan saat ini melihat Pancasila dilihat dari sisi elitis.
Bank Tiongkok Hentikan Dukungan Perbankan Bagi Korea Utara
EpochTimesId – Bank Sentral Tiongkok memerintahkan seluruh bank di negaranya untuk menjalankan sangsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara. Instruksi tersebut dikeluarkan menyusul rendahnya kepercayaan Internasional bagi Tiongkok dalam membantu menyelesaikan krisis semenanjung Korea.
Kampus Waspadai Upaya Ganti Ideologi
EpochTimesId – Kalangan kampus diminta mewaspadai gerakan-gerakan yang mengupayakan penggantian ideologi Pancasila. Himbauan tersebut disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, dalam Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi se-Indonesia di Bali, baru-baru ini.
Peringatan Kesaktian Pancasila Untuk Hadapi Perongrong Ideologi
EpochTimesId – Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila sangat dibutuhkan untuk menegaskan komitmen segenap bangsa, Negara, dan rakyat Indonesia terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara. Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan, komitmen tersebut perlu terus diteguhkan karena ujian-ujian terhadap ideologi negara datang terus-menerus.
Sean Gelael Jalani Latihan Bebas Formula1 Malaysia
EpochTimesId – Pebalap muda Indonesia, Sean Gelael berhasil melalui latihan bebas ke-dua-nya dalam ajang balap bergengsi Formula1. Pebalap 20 tahun itu menampilkan laju impresif pada Free Practice Grand Prix Malaysia di Sirkuit Sepang, Malaysia, Jumat (29/9/2017) pekan lalu.
City Bertengger Di Puncak Usai Bekuk Chelsea
EpochTimesId – Laga Super Big Match tersaji pada pekan ketujuh Liga Inggris akhir pekan kemarin. Manchester City bentrok dengan Chelsea di stadion Stamford Bridge, Sabtu (30/9/2017).
Rio Haryanto Jajal Balap Mobil Listrik
EpochTimes.Id – Usai beristirahat setelah gagal menyelesaikan satu musim balapan Formula1, Rio Haryanto akan segera memiliki tunggangan baru. Pembalap yang sempat malang melintang di Formula2 itu akan menjajal balapan mobil listrik.
Pemuda 24 tahun itu dijadwalkan menjajal mobil Formula E di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, Selasa (3/10/2017) mendatang. Tes resmi Formula E dijadwalkan berlangsung selama tiga hari, yaitu Senin (2/10/2017) hingga Rabu (4/10/2017). Balapan digelar guna menyambut musim keempat Formula E.
“Saya sangat menantikan tes Formula E ini. Saya sudah menonton beberapa balapannya yang sangat menarik di TV. Formula E selalu menyuguhkan kompetisi yang ketat. Tampaknya kejuaraan ini akan terus tumbuh di seluruh dunia, dan akan sangat luar biasa jika Formula E suatu saat nanti menggelar balapan di jalanan Jakarta,” kata Rio dalam keterangan tertulis.
Musim perdana balap mobil listrik Formula E Championship digelar pada 2014. Balapan perdana musim keempat sendiri akan diadakan di Hong Kong, pada 2 Desember 2017.
Founder dan CEO Formula E, Alejandro Agag, mengaku sangat menantikan kiprah Rio menunggangi mobil Formula E. Menurutnya, pebalap asal Solo itu memiliki nama dan wajah yang familiar pada ajang balap “single-seater”.
“Rio memiliki potensi untuk menambahkan namanya ke dalam daftar para pebalap yang fantastis ini di masa depan. Terlebih Indonesia memiliki penggemar dan komunitas motorsport yang tumbuh pesat,” beber Alejandro.
Penggemar olahraga otomotif sepertinya memang sudah menantikan kiprah Rio. Apalagi dia sudah cukup lama absen, setelah menjalani 12 seri balapan bersama Manor Racing Team, pada paruh pertama musim 2016 F1.
Anak dari Indah Pennywati mengisi waktu gantung setirnya dengan bekerja di perusahaan keluarga. Dia bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang Pulp and Paper di Solo, Jawa Tengah. (waa)
Rusia Kirim Pasukan Ke Perbatasan Korea Utara
Rusia mengirim pasukan ke wilayah yang berbatasan dengan Korea Utara dan Tiongkok. Pasukan Rusia tampak di Bukit Zaozyornaya, dekat pertemuan perbatasan Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia baru-baru ini.
Ditulis oleh Colin Fredericson – EpochTimes Group
Bungkam Faksi Jiang, Xi Jinping Batalkan Program Berita
Media adalah senjata berbahaya dalam rezim yang gemar melakukan penindasan. Media bisa digunakan untuk mendistorsi kebenaran serta menyebarkan informasi palsu, ini adalah suatu bentuk pengendalian pikiran.
Di Tiongkok, propaganda dapat disebarkan lewat kedok media yang terlihat seolah sah dan benar.
Mahasiswi Liu Kuliah Sambil Rawat Nenek
EpochTimesId – Kebanyakan generasi muda yang baru terjun ke masyarakat masih membutuhkan bantuan keuangan dan perhatian orangtua. Maka akan menjadi mustahil jika meminta mereka merawat lansia di sela-sela kesibukannya. Namun, ternyata seorang mahasiswi bernama Liu Lin dari Sichuan, Tiongkok ini bisa melakukannya.
Tablet PCC Reinkarnasi Obat Jantung
EpochTimesId – Puluhan remaja di Kendari, Sulawesi Tenggara berhalusinasi, berteriak bahkan kejang-kejang. Mereka pun dilarikan di rumah sakit karena mengalami gejala seperti orang gila.
Gunung Agung Ancam Meletus Puluhan Ribu Warga Mengungsi
EpochTimesId – Puluhan ribu warga mengungsi menyusul ancaman meletusnya Gunung Agung di Bali. Data pengungsi yang tercatat oleh Pusdalops BPBD Bali pada Selasa (26/9/2017) pukul 12.00 Wita mencapai 75.673 jiwa. Pengungsi ini tersebar 377 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota di Bali.
Orang Tionghoa Berasal dari Mana?
Oleh : Hua Feng
Orang Tionghoa berasal dari mana, siapakah leluhurnya, dari dongeng masa silam yang jauh, dari legenda tiga raja lima kaisar dan dari catatan kitab sejarah, kita mengetahui, orang Tionghoa adalah “anak cucu Yan dan Huang” (raja Yan dan kaisar Huang Di 炎黃子孫), kaisar Kuning yang pernah hidup di wilayah perairan sungai Kuning (Huang He) adalah leluhur suku bangsa Tionghoa.
Namun jawaban ini, dewasa ini mengalami tantangan dari para ilmuwan, sehingga orang Tionghoa sendiri merasa kebingungan karenanya.
Pada era tahun 30an abad 20, ditemukan “manusia Peking” di Zhou Kou Dian-Beijing yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai leluhur umat manusia, maka jadilah seluruh orang Tionghoa keturunan “manusia Peking” tersebut yang 5 sampai 600.000 tahun yang lampau turun dari pohon, berhasil mempelajari berjalan dengan badan tegak dan di saat kelaparan meng-kanibal daging dan otak serta sumsum sesama jenis manusia lainnya.
Untungnya ditemukan lagi bahwa di dalam mata rantai fosil umat manusia zaman kuno Tiongkok, terdapat sebuah missing link yang besar, yakni salah satu masa tidak terdapat fosil manusia.
Jadi “manusia Peking” yang menghebohkan dunia sama sekali tidak memiliki keturunan yang berlangsung hingga sekarang, dengan orang Tionghoa tidak lagi bisa dikait-kaitkan.
Pada 1987, “Weekly News” –AS telah memuat sebuah berita sensasional, ilmuwan meneliti DNA memperoleh sebuah kesimpulan – “Hawa” leluhur umat manusia berada di Afrika dan dipublikasikan: “Kita semua memiliki seorang nenek Afrika yang pernah hidup pada 150.000 tahun yll, dan manusia zaman sekarang semuanya adalah keturunannya.”
Pada cover majalah tersebut dimuat seseorang yang disebut “Hawa” yang berkulit hitam dan setengah telanjang sedang memberikan sebuah apel kepada Adam yang berkulit hitam pula. Keturunan “Nenek Afrika” tadi setelah keluar dari Afrika, lahirlah kita-kita ini.
Para pakar genetika Tiongkok selanjutnya mengatakan, para leluhur yang berasal dari Afrika, semenjak 40.000 tahun yang silam sesudah memasuki wilayah Tiongkok, jalan – berhenti – berkumpul – terpisah, demikianlah lambat laun dalam perjalanan waktu berubah menjadi berbagai suku bangsa Tionghoa.
Dengan kata lain, orang Tionghoa berkulit kuning zaman sekarang, semuanya merupakan keturunan orang berkulit hitam Afrika yang telah bermetamorfosa, sewaktu mereka di dalam perjalanan nan panjang dari zaman primitif ke peradaban, para cucu-cicit tersebut telah berubah menjadi jenis manusia yang lain.
Dikatakan bahwa asal usul manusia adalah melalui evolusi dari makhluk primata (nenek moyang monyet) telah menimbulkan pro-kontra, orang Tiongkok pun sama saja sulit menerima “nenek Afrika” yang tak jelas juntrungannya.
Sedangkan yang diketahui setiap keluarga dan telah diwariskan turun temurun, sesudah awal penciptaan di mana dunia masih berada dalam keadaan chaos, orang Tionghoa memiliki seorang ibu pertiwi: “Nu Wa 女媧”, yakni seorang dewi yang konon tinggal di gunung Kun Lun (di wilayah barat laut Tiongkok), Ia menggunakan tanah liat (kuning) untuk mencipta melalui membentuk bangsa kulit kuning yang paling dini di wilayah timur, memberikan kepadanya kulit kuning yang tak berubah selamanya dan menetapkan tata susila pernikahan serta memperpanjang jiwa umat manusia, ia adalah dewi leluhur suku bangsa Tionghoa.
Akan tetapi di balik “Nu Wa sang pencipta manusia”, sepertinya samar-samar masih dapat ditelusuri semacam jodoh hulu-nadi yang jauh lebih kuno.
Tiongkok kenapa dinamakan “tanah dewata 神州”, “dinasti langit 天朝” dan kaisar Tiongkok disebut “putera langit 天子” , orang Tionghoa berbicara “bahasa paling awal taman Eden”, 5.000 tahun yang sambung menyambung, dari kaisar bertanya nasib kepada bintang hingga ke rakyat yang percaya Tuhan dan memuja leluhur, dimana-mana ada jejak dewata.
Dibandingkan dengan manusia yang diciptakan dari tanah, asal usul orang Tionghoa sepertinya lebih kuno dan mulia. Namun, aliran sungai sejarah yang begitu panjang, sama halnya orang hanya dapat merindukan “Nu Wa” dari cerita dongeng saja, juga tentang hulu-sumber prasejarah asal-usul orang Tionghoa tersebut, hanya bisa mengandalkan imajinasi dan estimasi untuk menyentuh gambaran yang redup.
Dipikir lebih mendalam, semestinya bukanlah suatu kebetulan, dewasa ini, abad 21, pertunjukan “Shen Yun” yang menggemparkan dunia, dengan musik, tarian dan nyanyian, busana dan layar, corak warna dan lighting yang demikian indah absolut, mempertontonkan kondisi surga dewata dan makhluk tinggi alam semesta, di dalam lingkup awan dan atmosfer yang menentramkan.
Kita dipersilakan menyaksikan dengan mata kepala sendiri asal usul peradaban Tionghoa, masa lampau dan masa depan orang Tionghoa serta dengan riel menyelami tema mendalam seperti “reinkarnasi”, “penyelamatan”, “welas asih”, “suci”.
”Maha pintu surga terbuka lebar pada suatu masa silam yang amat sangat jauh, ada berapa orang datang dan tinggal berapa orang berhasil balik. ”.
Orang Tionghoa berasal dari mana, umat manusia berasal dari mana, bakal kemana? Misteri maha sulit terungkapkan ini, setelah melalui menonton Shen Yun, Anda akan memperoleh inspirasi dan jawabannya. (Epochtimes/Whs)
Menantang Einstein dengan Hipotesa Bumi Terdapat Ruang Dimensi ke-5
Epochtimes.id– Menurut teori relativitas Einstein, bahwa ruang 3 dimensi plus poros waktu tempat kehidupan manusia terbentuk menjadi ruang yang disebut 4 dimensi.
Namun fisikawati dari Universitas Harvard, AS, yang pernah dimuat oleh majalah Times yakni Lisa Randahl dengan berani membuat hipotesa, bahwa di bumi, kemungkinan memiliki ruang dimensi ke-5.
Dunia fisika Internasional dibuat terkejut begitu teori yang revolusioner ini dikemukakan.
Beberapa waktu lalu, profesor Lisa bertolak ke Jepang memenuhi undangan Universitas Tokyo dan memberikan kuliah dalam pertemuan itu, dengan berani ia mengemukakan sebuah hipotesa yang bersifat revolusioner, di bumi kemungkinan eksis ruang dimensi ke-5.
Karena hipotesa ini saling bertentangan dengan teori tentang ruang 4 dimensi dalam teori relativitas umum Einstein, sehingga dunia fisika Internasional dibuat terperangah.
Lisa menuturkan : menurut saya di bumi terdapat ruang dimensi ke-5 dan dimensi lainnya. Jika hipotesa ini benar, maka ruang dimensi lainnya (dimensi 5) sebenarnya tidak jauh dari kita, bahkan dapat dikatakan sangat dekat, hanya saja mereka tersembunyi dengan baik, hanya saja kita tidak dapat melihatnya.
Jika Lisa bernasib mujur, maka paling cepat tahun depan, ia dapat mengubah hipotesa ruang dimensi ke-5 nya menjadi teori yang baru sepenuhnya. Ini dikarenakan, pusat riset atom Eropa saat ini tengah membangun sebuah mesin tabrak partikel yang terbesar di dunia di kedalaman 100 meter lebih di bawah tanah di perbatasan antara Perancis dan Swiss.
Jika dioperasikan secara resmi, maka dalam beberapa pekan ke depan, mesin unik ini dapat menjawab sejumlah soal yang paling muskil dalam fisika, misalnya struktur dan asal muasal alam semesta, serta ruang dimensi lain dan sebagainya.
Menurut informasi, bahwa proyek percobaan dengan skala yang belum pernah ada sebelumnya itu telah mengumpulkan ilmuwan dari 34 negara di dunia, dengan menelan biaya mencapai 4 miliar dollar AS.
Di Universitas Tokyo, profesor Lisa meninggalkan pesan yakin dengan intuisi dan nikmati ilmu pengetahuan.
Lisa berharap dapat mendorong semangat ilmuwan muda lainnya dengan kata-katanya ini, dan bisa seperti dirinya, menemukan kemungkinan yang tak terbatas dari suatu ketidakdugaan, menerobos dunia laki-laki.
Selama ini, teori fisika yang dalam dan sulit dimengerti dianggap sebagai dunia-nya laki-laki oleh akademisi Internasional, namun terhadap purbasangka yang umum ini, Lisa Randahl dengan berani menantangnya.
Sebagai seorang profesional dalam bidang fisika Universitas Harvard, bertahun-tahun Lisa melakukan penelitian cermat.
Dalam sebuah karya representatifnya : Menyingkap misteri dimensi alam semesta yang tersembunyi, karena menceritakan secara mendetail tentang alam semesta, sehingga masuk dalam salah satu dari 100 buku best seller dunia pilihan , dan diakui sebagai fisikawati dimensi ekstrayang paling berpengaruh di dunia saat ini. (Erabaru.net/asr)
(Sumber: Secret China)
Akhir Komunisme Dorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
Oleh Tianlun Jian
Beijing selalu mengambil tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) yang tinggi sebagai bukti keberhasilannya.
Tentu saja, tingkat pertumbuhan GDP merupakan salah satu indeks untuk mengukur pembangunan ekonomi sebuah negara, dan memang kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan tingkat pertumbuhan sebuah negara.
Tapi apakah peranan yang telah diperankan oleh rezim Tiongkok dalam pembangunan ekonomi Tiongkok?
Mari kita lihat perkembangan ekonomi Tiongkok selama 60 tahun terakhir, dimana selama waktu itu rezim telah memerintah di daratan Tiongkok.
Dalam sekitar 30 tahun pertama dari pemerintahannya (1949-1978), pembangunan ekonomi Tiongkok sangatlah lambat. Kira-kira pada 30 tahun terakhir kedua (1979-2008), reformasi ekonomi yang mempercepat pertumbuhan pasar sangat kontras dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sejak berkuasa, rezim Tiongkok telah mengambil apa yang disebut sebagai jalan sosialis – sebuah sistem kepemilikan yang secara total dikendalikan oleh negara, yang pada dasarnya tidak ada kepemilikan pribadi.
Selama 30 tahun pertama, lebih dari 95 persen ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh negara, yang diberi label sebagai “kepemilikan publik.”
Sejak reformasi ekonomi tahun 1979, paradigma kepemilikan telah bergeser. Pada tahun 2008, perusahaan yang dimiliki oleh swasta menyumbang lebih dari dua pertiga dalam perekonomian.
Sekarang ada jenis kepemilikan lain, seperti kepemilikan kolektif, joint venture, dan kepemilikan campuran – perusahaan secara bersama-sama dimiliki oleh swasta dan kesatuan pemilikan kolektif. Jadi bobot kemurnian dari kepemilikan publik sekarang sudah agak kecil.
Perbedaan besar dalam tingkat pertumbuhan GDP antara tahun pertama dan 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan kepemilikan pribadi dan penurunan kepemilikan publik. Pertumbuhan ini terkait dengan proses pelepasan ideologi komunis dan perencanaan ekonomi. Oleh karena itu, Ia berkaitan dengan gerakan yang menjauhi sosialisme dan komunisme.
Menurut perkataan pihak berwenang Tiongkok, selama 30 tahun terakhir, Tiongkok telah bergerak dari “perencanaan ekonomi sosialis,” ke sebuah “perencanaan ekonomi pasar sosialis,” dan kemudian ke “ekonomi pasar sosialis.” Sekarang mungkin kita harus memanggilnya sebagai sebuah “ekonomi pasar semi-sosialis.” Namun, orang tidak boleh salah mengira bahwa Tiongkok sedang mempraktekkan kapitalisme seperti di Amerika Serikat, Jepang, atau ekonomi Barat lainnya.
Perekonomian Tiongkok paling tepat digambarkan sebagai “ekonomi semi pasar dengan karakteristik Tiongkok.” Namun menjelaskan karakteristik demikian dan evolusinya adalah di luar jangkauan dari artikel ini. Singkatnya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tinggi selama 30 tahun belakangan telah didorong oleh akhir dari komunisme di Tiongkok.
Faktanya, selama 30 tahun pertama negara komunis, ada terlalu banyak intervensi pemerintah. Perekonomian sepenuhnya diborgol, dan tidak ada jalan bagi orang-orang Tiongkok untuk mengajukan produktivitas dan kreativitas mereka.
Secara kontras, reformasi selama 30 tahun terakhir telah melonggarkan beberapa kontrol ini sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, dengan didorong oleh mekanisme pasar, perusahaan-perusahaan swasta telah tumbuh, sementara investasi asing telah mengalir masuk.
Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan memiliki hubungan dekat dan latar belakang budaya yang sama. Namun, ketiga negara adalah negara-negara maju, dengan GDP per kapita jauh di atas US $ 10.000, Tiongkok masih tetap menjadi negara yang agak miskin. GDP per kapita di daratan Tiongkok adalah sekitar US $ 3.259 pada tahun 2008, yang setara dengan nilai Korea Selatan pada tahun 1987, nilai Taiwan pada tahun 1984, dan bahkan nilai di tahun yang lebih awal di Jepang. GDP per kapita Taiwan telah mencapai US $ 3.233 pada awal tahun 1984.
Saat ini, GDP per kapita Korea, Jepang, dan Taiwan telah mencapai sekitar US $ 10.000. Sebenarnya Jepang telah mencapai level US $ 10.000 pada lebih dari 30 tahun yang lalu. Namun, kembali pada tahun 1949, Taiwan dan Korea Selatan juga tidak jauh lebih kaya daripada Tiongkok. Secara khusus, pada waktu itu standar hidup Taiwan adalah sangat mirip dengan di daratan. Apa yang telah berkontribusi dalam kontribusi itu?
Dari tahun 1949 sampai 1978, perekonomian Tiongkok tumbuh agak lambat. Akibatnya, mereka ketinggalan jauh di belakang Taiwan dan Korea Selatan, belum lagi dibandingkan dengan Jepang.
Ekonomi dunia berkembang sangat cepat setelah Perang Dunia II. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi terjadi pada negara-negara seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang terjadi pada tahun 1950-an, 1960-an, dan 1970-an.
Namun, pada waktu itu daratan Tiongkok mengadopsi sebuah sistem sosialis, dan menutup pintu bagi dunia. Sektor swasta pada dasarnya dihapuskan; para petani bahkan tidak diizinkan untuk menanam sayuran pada lahan-lahan pribadi mereka. Konsep komunis atas kesetaraan mutlak telah memimpin rakyat Tiongkok menjadi sama-sama miskin.
Di bawah ideologi dan sistem sosialis seperti ini, pembangunan ekonomi Tiongkok ditekan secara hebat. Bagaimana kalau reformasi ekonomi terjadi lebih awal 30 tahun, apakah daratan Tiongkok akan tetap menjadi pendapatan ekonoi menengah ke bawah? Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah tertunda selama 30 tahun, telah kehilangan peluang-peluang pertumbuhan yang tinggi dalam perkembangan dunia.
Beberapa berpendapat bahwa ketika Chiang Kaishek meninggalkan daratan Tiongkok untuk pulau Taiwan pada tahun 1949, dia membawa cukup banyak harta dan cadangan bank untuk membuat Taiwan kaya. Jika itu benar, uang itu hanya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada tahun pertama atau kedua saja.
Ekonomi Taiwan memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi di tahun 1960-an dan 1970-an dan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan 9 % selama hampir empat dasawarsa antara tahun 1950-an dan 1980-an. Jadi uang apapun yang dibawa dari daratan akan sangat sedikit proporsinya dalam total perekonomian Taiwan dan terlalu kecil untuk membuat dampak jangka panjang.
Taiwan dan daratan Tiongkok mempunyai budaya dan bahasa yang sama. Satu-satunya perbedaan di antara mereka adalah dalam pemerintahannya; Satu menganut kapitalisme dan lainnya, sosialisme. Taiwan berkembang sangat cepat, jauh lebih cepat daripada daratan Tiongkok. Bahkan setelah laporan atas periode pertumbuhan cepat dari 30 tahun terakhir, perekonomian daratan masih jauh di belakang Taiwan.
Saat ini GDP per kapita di daratan Tiongkok adalah setara dengan seperdelapan dari yang di Taiwan. Kesenjangan pendapatan terutama disebabkan oleh perbedaan sistem sosial yang diadopsi oleh kedua pemerintah, dan telah menyempit sejak Tiongkok mulai bergerak menjauh dari sosialisme ke kapitalisme. (EpochTimes/khl)
Tianlun Jian, pemegang gelar doktor untuk ilmu ekonomi, menulis secara teratur mengenai perekonomian Tiongkok.