Kemendag Boyong 79 Pelaku Usaha Indonesia ke Taiwan, Perdagangan dengan Indonesia Tercatat Surplus

Epochtimes.id- Usai sukses melakukan misi dagang ke Selandia Baru, Kementerian Perdagangan melanjutkan misi dagang ke Taiwan yang dipimpin Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda dengan memboyong 79 pelaku usaha Indonesia.

Misi dagang ini berlangsung pada 22-25 Maret 2018 dalam rangkaian pameran Indonesian Week 2018.

Para pelaku usaha yang berpartisipasi berasal dari berbagai sektor yang menjanjikan yaitu fesyen dan aksesori, alas kaki, makanan dan minuman, kertas, industri properti, tekstil, kopi, teh, produk kelapa sawit, biodiesel, agen perjalanan, dan pekerja terampil.

“Kemendag terus menggencarkan misi dagang di berbagai kawasan untuk menggenjot ekspor dan mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 11%,” ungkap Arlinda dalam siaran pers Kemendag.

Kemendag bersinergi dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei menyelenggarakan Indonesian Week 2018 di Taiwan World Trade Center, sebuah pusat perdagangan terbesar di Taiwan.

Indonesian Week 2018, lanjut Arlinda, terdiri atas beberapa rangkaian kegiatan, yaitu pameran produk, forum bisnis, business matching, forum konsultasi, pentas budaya, kompetisi kuliner, dan kompetisi peragaan busana batik.

“Kegiatan ini bertujuan memberikan berbagai informasi dan memfasilitasi para pelaku usaha dari kedua pihak untuk bertemu dan mendapatkan mitra bisnis. Kegiatan ini juga merupakan komitmen pemerintah dalam meningkatkan perdagangan, kerja sama, dan menciptakan iklim usaha yang saling menguntungkan bagi kedua pihak,” jelas Arlinda.

Kepala KDEI Robert James Bintaryo berharap, melalui acara ini masyarakat Taiwan dapat mengetahui lebih banyak tentang Indonesia, tertarik untuk mengunjungi Indonesia, dan dapat melakukan bisnis dengan pelaku usaha Indonesia.

Pada forum bisnis, para pelaku usaha akan diberikan informasi mengenai hal-hal yang menyangkut kebijakan, peluang bisnis dan investasi, serta peluang kerja sama bagi kedua pihak.

“Pada kesempatan ini, Kemendag akan mempromosikan berbagai komoditas ekspor premium, seperti kopi, minyak sawit mentah, serta jasa,” imbuh Arlinda.

Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke-4 dan eksportir kopi terbesar ke-7 di dunia. Di antara kopi berkualitas tinggi dari Indonesia, yang umumnya dikenal di dunia sebagai “Kopi Premium” adalah kopi Jawa, Mandailing, Gayo, dan Toraja. Ekspor kopi Indonesia ke dunia pada tahun 2017 tumbuh sebesar 17,71% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, ekspor kopi Indonesia ke Taiwan pada 2017 sebesar USD 18,49 juta. Potensi ini diyakini dapat terus ditingkatkan.

Kepala KDEI Robert James Bintaryo

Komoditas ekspor lain yang berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan devisa adalah minyak kelapa sawit. Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan ekspor senilai USD 20,7 miliar pada tahun 2017 dan pangsa sebesar 47,93% dari total pasar kelapa sawit dunia.

Arlinda menggarisbawahi bahwa sektor minyak kelapa sawit memainkan peranan penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia, sumber pendapatan bagi 5,3 juta lapangan kerja langsung, dan meningkatkan penghidupan 21 juta keluarga petani kecil.

Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Taiwan pada 2017 mencapai USD 2,09 juta atau meningkat sebesar 27,39% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar USD 1,64 juta.

Sementara itu, impor minyak kelapa sawit Taiwan pada 2017 dari pasar dunia mencapai USD 176,17 juta dengan kontribusi pangsa pasar minyak kelapa sawit di Taiwan hanya 4,66%.

Indonesia berkomitmen memperbaiki cara produksi agar lebih berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Menurut skema Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesia merupakan produsen terbesar Certified Sustainable Palm Oil. “Indonesia siap memenuhi permintaan minyak sawit lestari 100% yang berkualitas tinggi. Saat ini Indonesia memasok 6,58 juta ton atau lebih dari setengah CSPO di pasar global,” tegas Arlinda.

Sementara pada kegiatan business matching, 79 pengusaha Indonesia akan dipertemukan dengan 144 pelaku usaha Taiwan.

“Diharapkan para pelaku bisnis dari kedua pihak dapat menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dan berdiskusi lebih detail mengenai produk dan jasa yang diminati,” ujar Arlinda.

Sedangkan di sektor jasa, Pemerintah telah menetapkan beberapa target pasar untuk ekspor pekerja terampil. Taiwan merupakan salah satu negara tujuan untuk mengirimkan pekerja migran formal/profesional Indonesia.

“Untuk mewujudkan target ini, kami membawa serta para perwakilan dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Asosiasi Penempatan Migran Indonesia (ASPATAKI), dan Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI),” ujarnya.

“Mereka siap bekerja sama dengan rekan-rekan dari Taiwan untuk menempatkan pekerja terampil yang bekerja di sektor seperti perhotelan, kesehatan, manufaktur, konstruksi, minyak dan gas,” kata Arlinda.

Di sektor pariwisata, upaya promosi wisata Indonesia di Taiwan dilaksanakan melalui program misi penjualan, partisipasi pada pameran wisata internasional, peran aktif mahasiwa Indonesia melalui berbagai pertunjukan budaya, serta didukung dengan adanya layanan bebas visa ke Indonesia.

Pada periode Januari –November 2017, tercatat sebanyak 168.183 orang turis Taiwan ke Indonesia, terjadi kenaikan sebesar 2,95% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Begitu juga dengan jumlah turis Indonesia yang berkunjung ke Taiwan pada periode Januari-November 2017 mengalami kenaikan sebesar 2,31%, yaitu sebanyak 171.796 orang. Data tersebut menempatkan Indonesia di posisi urutan ke-6 di antara negara-negara tujuan wisatawan Taiwan di wilayah ASEAN.

Total perdagangan antara Indonesia dengan Taiwan meningkat sebesar 14,21% dari tahun 2016 ke tahun 2017.

Indonesia mengalami surplus terhadap Taiwan di tahun 2017 sebesar USD 960 juta dari total perdagangan USD 7,5 miliar.

Produk ekspor nonmigas terbesar Indonesia ke Taiwan antara lain batu bara, timah, tripleks, tembaga, karet, produk kertas, serta sotong dan cumi-cumi. (asr)