Apa yang Dimaksud Program ‘Made in China 2025’ Dalam Target Tarif AS?

Amerika Serikat akhirnya mengumumkan daftar lengkap tentang lebih dari 1.000 produk Tiongkok yang akan dikenakan dengan tarif impor, telah diikuti oleh peningkatan cepat dari rezim Tiongkok, yang mengumumkan tarif-tarif untuk kedelai dan pesawat terbang AS, serta impor-impor lainnya kurang dari 12 jam kemudian.

Tarif-tarif AS adalah tindakan yang menghukum Tiongkok karena pencurian kekayaan intelektual strategisnya dari perusahaan-perusahaan teknologi Amerika.

Seorang pejabat dari kantor Perwakilan Perdagangan AS, U.S. Trade Representative (USTR), mengatakan kepada Reuters bahwa daftar tarif AS mentargetkan produk teknologi Tiongkok yang menguntungkan dari kebijakan industri rezim Tiongkok, termasuk program “Made in China 2025”.

Rezim Tiongkok, sebagai balasannya, telah mengikuti rencana tersebut untuk memulai tujuan dalam mendapatkan kemajuan teknologi yang melayani kepentingan nasionalnya sendiri.

Apa yang dimaksud dengan program Made in China 2025?

Inisiatif tersebut diresmikan pada 2015 sejak penandatanganan rencana 10 tahunan ekonomi rezim Tiongkok. Ini menguraikan tujuan untuk mengembangkan 10 industri manufaktur teknologi domestik: “(1) teknologi informasi canggih; (2) robotika dan peralatan mesin otomatis; (3) komponen pesawat dan pesawat terbang; (4) kapal maritim dan peralatan teknik kelautan; (5) peralatan rel canggih; (6) kendaraan energi baru; (7) peralatan pembangkitan dan transmisi listrik; (8) mesin dan peralatan pertanian; (9) material-material baru; dan (10) obat-obatan dan peralatan medis canggih.”

rencana program made in china 2025

Seorang pekerja Cina yang bekerja di buldoser di sebuah pabrik di Zhangjiakou di Provinsi Hebei utara China pada 31 Maret 2018. (AFP / Getty Images)

Ketika Scott Kennedy dari Pusat Studi Strategis dan Internasional menjelaskan dalam tanya jawab di sebuah situs web lembaga riset Q&A, rencana tersebut berlandaskan pada “Industry 4.0” Jerman, yang didasari oleh gagasan bahwa manufaktur dapat ditingkatkan dengan “menerapkan alat-alat informasi teknologi untuk produksi.”

Mercator Institute of China Studies yang berbasis di Jerman telah merilis sebuah analisis rencana Made in China 2025 pada tahun 2017, di mana ia menempatkan istilah lebih sederhana: “Tujuannya adalah untuk membangun struktur ekonomi dan kemampuan yang serupa dengan Jerman dan Jepang: negara industri yang kuat berdasarkan industri manufaktur yang kuat dan inovatif.”

Mendapatkan Perusahaan-perusahaan

Ketika Tiongkok berusaha untuk menghindari “jebakan pendapatan menengah” dan meningkatkan sektor manufakturnya, rezim tersebut ingin mengurangi ketergantungan pada impor teknologi tinggi asing. Tetapi tujuan rezim Tiongkok tidak semata-mata untuk mencapai swasembada di sektor-sektor yang telah disebutkan sebelumnya tersebut, dimana waktu yang diusulkan adalah 70 persen mandiri pada tahun 2025, tetapi untuk pada akhirnya bersaing dengan dan bahkan menggantikan perusahaan-perusahaan asing secara global.

Kantor USTR, yang merilis laporan setelah penyelidikannya atas pencurian kekayaan intelektual Tiongkok, mengutip rencana besar  Made in China 2025 berulang kali sebagai bukti tentang strategi-strategi rezim dalam mengakuisisi perusahaan-perusahaan asing demi memperoleh inovasi-inovasi teknologi mereka.

Penelitian Mercator Institute menjelaskan mengapa rencana itu menjadi ancaman serius bagi ekonomi Barat:

“Tiongkok mengejar kebijakan industri keluar dengan modal pemerintah dan jaringan investor yang sangat buram untuk memfasilitasi akuisisi teknologi tinggi di luar negeri. Hal ini merusak prinsip-prinsip persaingan yang adil: sistem ekonomi yang dipimpin negara Tiongkok sedang mengeksploitasi keterbukaan ekonomi pasar di Eropa dan Amerika Serikat.”

Dalam beberapa tahun terakhir, akuisisi Tiongkok memang konsisten dengan kerangka kerja Made in China 2025. Setelah rencana tersebut dirilis, investasi-investasi Tiongkok di perusahaan-perusahaan asing yang khusus dalam otomatisasi dan digitalisasi produksi industri telah meningkat secara signifikan, menurut Mercator Institute.

Sebagian besar investasiinvestasi tersebut dilakukan di perusahaan-perusahaan Jerman seperti Broetje Automation, yang memproduksi mesin di industri penerbangan dan kedirgantaraan. Shanghai Electric mengakuisisi perusahaan tersebut pada Oktober 2016. Awal tahun itu, Shanghai Electric membeli 19 persen saham di Manz, sebuah perusahaan Jerman yang mengkhususkan diri dalam pembuatan komponen elektronik, modul-modul surya, dan baterai lithium-ion.

Di Amerika Serikat, Komite untuk Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) antar pemerintah, telah mencegah beberapa akuisisi Tiongkok, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional. September lalu, CFIUS memblokir kesepakatan oleh Canyon Bridge, sebuah perusahaan ekuitas swasta yang didukung Tiongkok, untuk membeli perusahaan pembuat chip Amerika, Lattice Semiconductor.

made in china 2025

Sebuah tanda terlihat di luar kantor Canyon Bridge di Beijing, Tiongkok, pada 14 September 2017. (Greg Baker / AFP / Getty Images)

Beberapa transaksi telah terjadi. Pada bulan Januari, Naura Microelectronics Equipment Co. yang berbasis di Beijing berhasil membeli Akrion Systems, sebuah perusahaan Amerika yang memproduksi peralatan yang digunakan untuk membuat semikonduktor.

Pada tahun 2016, Beijing E-Town, sebuah lembaga dari otoritas kota Beijing, membeli iML, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam teknologi untuk tampilan layar datar dan lampu LED. Ini memungkinkan Tiongkok untuk mendapatkan teknologi kunci dalam mengembangkan berbagai chip ponsel dan komputer.

Ketika melihat transaksi-transaksi bisnis asing Tiongkok secara keseluruhan, pengaruh dari rencana Made in China 2025 tersebut juga makin terlihat. Menurut Chung-Hua Institution for Economic Research yang berbasis di Taiwan, pada tahun 2016, dua industri teratas dimana perusahaan-perusahaan Tiongkok telah terlibat di dalam transaksi akuisisi-akuisisi asing adalah manufaktur, senilai sekitar $30 miliar, dan teknologi / perangkat lunak informasi, senilai $26,4 miliar.

Banyak dana investasi nasional Tiongkok juga diarahkan untuk sektor teknologi tinggi. China Integrated Circuit Industry Investment Fund adalah salah satu yang paling ambisius, setelah mengumpulkan 120 miliar yuan ($19 miliar) sejauh ini, dengan target 600 miliar ($95 miliar), diarahkan untuk investasi dalam pembuatan dan desain chip, menurut Chung-Hua Institution.

Dukungan keuangan semacam itu adalah bukti bahwa perusahaan swasta Tiongkok diarahkan oleh negara dimana harus terlibat dalam akuisisi asing, laporan USTR menemukan.

Transfer Teknologi Paksa

Metode lain yang digunakan rezim Tiongkok untuk memperoleh teknologi asing adalah memaksa perusahaan-perusahaan Amerika dan Barat lainnya yang beroperasi di Tiongkok untuk mentransfer pengetahuan teknologi mereka ke perusahaan-perusahaan patungan mereka dengan Tiongkok, sebagai pertukaran memperoleh akses pasar.

Menurut survei anggota US-China Business Council tahun 2017, 19 persen dari perusahaan-perusahaan yang menanggapi mengatakan bahwa pada tahun lalu mereka telah diminta secara langsung untuk mentransfer teknologi. Dari jumlah tersebut, 33 persen mengatakan bahwa permintaan tersebut berasal dari entitas pemerintah pusat dan 25 persen berasal dari pemerintah lokal.

Dalam survei iklim bisnis tahunan yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika di Tiongkok dan diterbitkan pada bulan Januari, 27 persen dari bisnis-bisnis Amerika menyebutkan kurangnya perlindungan kekayaan intelektual (IP) yang cukup sebagai penghalang utama untuk meningkatkan inovasi. Sedangkan 15 persen lainnya menjawab “persyaratan-persyaratan lokalisasi IP dan / atau persyaratan transfer teknologi.”

Laporan USTR tersebut menemukan bahwa perusahaan-perusahaan AS adalah sasaran utama dari kebijakan-kebijakan industri Tiongkok tersebut, tekanan untuk mentransfer teknologi “sangat kuat.” Sebuah survei pemerintah 2017 dari industri sirkuit terpadu AS menemukan bahwa 25 perusahaan harus membentuk usaha patungan dengan entitas Tiongkok dan transfer teknologi sebagai pertukaran memperoleh akses pasar.

program made in china 2025
Seorang karyawan pembuat mobil Audi Jerman di lini produksi di Ingolstadt, Jerman selatan, pada 14 Maret 2018. (Christof Stache / AFP / Getty Images)

Perusahaan Eropa juga merasakan tekanan yang sama. Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok merilis survei kepercayaan bisnis 2017 di mana 17 persen responden secara keseluruhan harus mentransfer teknologi sebagai pertukaran atas akses pasar. Di antara persentase tertinggi tersebut, lebih dari 20 persen responden, berada di sector-sektor yang telah ditargetkan oleh rencana Made in China 2025: 31 persen dalam penerbangan dan kedirgantaraan, 23 persen dalam permesinan, dan 21 persen dalam komponen otomotif / otomotif.

Tanggapan

Amerika Serikat dan Eropa menjadi lebih waspada tentang ancaman masuknya Tiongkok. Pada 28 Maret, Presiden Donald Trump membahas “bersatu untuk melawan” praktik-praktik perdagangan Tiongkok pada percakapan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, menurut Gedung Putih. Trump juga berbicara dengan presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai masalah-masalah serupa.

Pada bulan Januari, sekretaris negara Jerman untuk Kementerian Urusan Ekonomi menyerukan langkah-langkah di seluruh Eropa untuk lebih cermat meneliti investasi-investasi Tiongkok di perusahaan-perusahaan Eropa. “Sangat penting bahwa kita mempunyai undang-undang yang lebih ketat di Uni Eropa tahun ini untuk menentang pengambilalihan kreativitas-kreativitas atau pengaliran keluar teknologi atau kecakapan,” katanya dalam wawancara dengan Reuters. (ran)

ErabaruNews