Memahami Sebab Akibat Perang Dagang Amerika Tiongkok

EpochTimesId – Kantor Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat pada 5 Juli 2018 membenarkan bahwa mulai Jumat (6/7/2018) AS akan memberlakukan tarif baru pada sejumlah komoditas impor dari Tiongkok karena melanggar ketentuan dalam ‘301 Trade Act’. Namun, pihak Beijing pada 4 Juli 2018 turut menegaskan bahwa Tiongkok juga akan mengambil langkah serupa sebagai pembalasan jika AS mengimplementasikannya.

Perang dagang tampaknya sulit dihindari. Sebagai permulaan masing-masing pihak meluncurkan tarif 25 persen atas komoditas impor senilai 34 miliar dolar AS. Namun Presiden AS, Donald Trump pada hari Selasa (3/7/2018) mengatakan bahwa dalam dua minggu ke depan AS masih akan mengenakan kenaikan tarif 25 persen terhadap komoditas impor Tiongkok lainnya, dengan nilai 16 miliar dolar. Jika pihak Tiongkok masih terus melakukan pembalasan, maka tidak menutup kemungkinan AS akan menambahkan lagi tarif komoditas Tiongkok hingga mencapai 50 miliar dolar.

Penyebab konflik perdagangan dan perkembangannya di masa depan, dapat diringkas sebagai berikut;

Tiongkok menerapkan perdagangan yang tidak adil;
Setelah lebih dari enam bulan penyelidikan, Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) memastikan bahwa Tiongkok telah merusak, mencuri kekayaan intelektual AS melalui berbagai cara. Mereka menggunakan sarana administrasi atau pencurian langsung, sehingga menyebabkan kerugian besar bagi bisnis dan tenaga kerja AS.

Presiden Trump telah berulang kali mengecam praktik perdagangan tidak adil Tiongkok dalam berbagai kesempatan.

Perbandingan rasio tarif AS dengan Tiongkok;
Amerika Serikat pada 15 Juni 2018 mengumumkan daftar berisi 1,102 item komoditas impor asal Tiongkok dengan nilai perdagangan sekitar 50 miliar dolar AS yang akan dikenakan tarif impor baru, dimana 34 miliar dolar (818 item) dijadwalkan akan dikenakan tarif tambahan 25 persen mulai 6 Juli. Dan, sebanyak 284 item lainnya yang bernilai sekitar 16 miliar dolar AS akan ditentukan kemudian, kapan diberlakukan setelah proses komentar publik selesai.

Pihak Tiongkok langsung mengumumkan rencana balas dendam tanpa prosedur investigasi dan konsultasi terlebih dulu. Rezim partai tunggal mengancam akan memberlakukan tarif yang sama terhadap komoditas impor dari AS. Daftar komoditas AS yang dikebut selesai dalam 1 malam oleh otoritas Tiongkok tercatat 659 item barang, dimana 545 item akan dilaksanakan lebih dahulu.

Jadwal dimulai penerapan tarif;
Washington akan mulai memberlakukan kenaikan tarif 25 persen atas komoditas impor Tiongkok sebesar 34 miliar dolar pada 6 Juli pukul 00:01 EST.

Karena adanya perbedaan waktu, Tiongkok memutuskan untuk menerapkannya pada 6 Juli pukul 12 siang dan mengatakan bahwa Tiongkok tidak akan pernah mau menembak terlebih dahulu.

Daftar komoditas yang terkena tarif baru;
Dengan mempertimbangkan untuk mengurangi dampak terhadap konsumen AS, putaran pertama proyek komoditas yang dapat dikenai pajak oleh pemerintah Amerika Serikat terutama adalah barang antara (intermediate Goods yang menyita 52 persen) dan Barang Modal (Capital Goods menyita 43 persen). Sementara komoditas lain dan barang konsumsi hanya menyita masing-masing 4 persen dan 1 persen.

Sedangkan daftar yang dikeluarkan Tiongkok sebagian besar mengandung barang kebutuhan sehari-hari, seperti produk pertanian dan makanan (38%), barang antara (32%), peralatan transportasi (24%), bahan modal (3%), lainnya (2%) dan barang konsumsi lainnya (1%).

Dalam hal produk industri, Tiongkok mencantumkan minyak mentah, produk plastik, peralatan medis, gas alam cair dan lainnya. Pada 5 Juli, Tiongkok mengesampingkan gas alam cair, mengatakan bahwa itu akan dijadikan ‘senjata’ untuk kenaikan tarif selanjutnya. Produk pertanian termasuk di dalamnya adalah kedelai, sorgum, makanan laut, daging sapi, daging babi, produk susu, pakan ternak, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Perkembangan masa depan : Langkah-langkah tarif dan non-tarif
Penerapan Tarif;
Presiden Trump pada 18 Juni mengatakan bahwa telah menginstruksikan USTR untuk mengenakan tarif tambahan atas komoditas impor asal Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS. Pada 1 Juli, Dia memberitahu Fox News bahwa pihaknya masih berpeluang untuk meningkatkan tarif hingga mencapai 500 miliar dolar.

Trump menegaskan bahwa perdagangan AS-Tiongkok telah berada dalam situasi yang sangat tidak adil. Dia tidak akan membiarkan hal tersebut berlanjut.

Menurut data pihak berwenang Tiongkok, jumlah komoditas AS yang diimpor Tiongkok pada tahun 2017 bernilai 153,9 miliar dolar AS. Sedangkan komoditas Tiongkok yang diimpor Amerika Serikat mencapai 505 miliar dolar AS. Data AS menunjukkan bahwa defisit perdagangan dengan Tiongkok tahun lalu mencapai 375 miliar dolar.

Setelah Trump mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk meningkatkan pengenaan tarif hingga 200 miliar dolar, Beijing sudah tidak lagi mengeluarkan suara ancaman akan melakukan pembalasan dengan kekuatan yang setara dalam penerapan tarif.

Penerapan yang non-tarif;
Trump selain menerapkan kenaikan tarif dalam upaya mengurangi defisit perdagangannya dengan Tiongkok, juga menginstruksikan pemerintahannya untuk mencegah investasi Tiongkok yang mengancam keamanan nasional. Amerika juga memperkuat kontrol ekspor melalui undang-undang.

Pemerintahan Trump mendukung Undang-Undang Pembatasan Investasi yang sedang dirancang oleh Kongres dalam rangka untuk memperketat peninjauan terhadap investasi asing dalam bidang teknologi kunci atau infrastruktur penting. Investasi yang termasuk pada program kerja sama di dalam dan luar negeri, bagi perusahaan teknologi yang berbasis di AS yang memiliki kekayaan intelektual.

Analisis pakar bahwa jika Tiongkok sampai menemui situasi di mana sudah kehabisan peluru untuk melakukan pembalasan pengenaan tarif. Mereka bisa saja menggunakan cara ilegal untuk mencegah masuknya barang AS, seperti menggunakan cara penundaan izin perbatasan, hingga komoditas pertanian dan makanan membusuk lalu minta ditarik kembali. Tiongkok juga dapat mendorong konsumen dalam negeri untuk memboikot produk AS.

Tiongkok mungkin mencari sekutu untuk bersama-sama melawan Amerika Serikat, misalnya, pejabat senior Tiongkok yang baru-baru ini gencar membujuk Uni Eropa untuk mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengutuk kebijakan perdagangan Trump usai KTT Tiongkok-Uni Eropa nanti.

Namun, langkah itu telah ditolak oleh Uni Eropa, karena Uni Eropa setuju dengan pandangan Amerika Serikat bahwa Tiongkok memang menerapkan perdagangan yang tidak adil.

Beijing akhir-akhir ini meminta media untuk tidak menyebutkan lagi program Made in China 2025. Beberapa analis mengatakan bahwa mungkin Beijing menganggap program itu program kutukan. Gara-gara program itu, terjadi konflik perdagangan dengan AS.

Bagaimana cara menyelesaikan konflik perdagangan;
Antara kedua negara tersebut telah berlangsung 3 kali negosiasi, selain putaran kedua mengeluarkan pernyataan bersama, kedua pertemuan lainnya tidak mencapai kesepakatan. Kabarnya, delegasi AS minta Tiongkok menurunkan angka defisit sebesar 200 miliar dolar, tetapi Tiongkok mengusulkan pengurangan melalui penambahan pembelian komoditas AS senilai 70 miliar dolar AS.

Bagi pemerintahan Trump, pengenaan tarif hanyalah sarana untuk membuat Tiongkok mau duduk di meja perundingan, serta merubah kerangka kerjasama perdagangan antara kedua negara. Selain itu, sekaligus untuk menghentikan perdagangan yang tidak adil, memastikan adanya reformasi pada sistem perdagangan Tiongkok.

Periode kritis;
6 Juli 2018 ‘perang’ dimulai, selanjutnya USTR akan mengamati waktu tepat untuk menerapkan kenaikan tarif komoditas Tiongkok yang berjumlah 16 miliar dolar. Selain itu, hal yang paling ditakuti Tiongkok dan menjadi perhatian dunia adalah Trump akan menginstruksikan USTR untuk menaikkan tarif 10 persen atas komoditas berjumlah 200 miliar dolar.

Kapan USTR menggerakan saran masyarakat dan menetapkan jenis komoditasnya, serta menetapkan waktu berlakunya? Amerika Serikat akan mengadakan pemilihan kongres jangka menengah pada bulan November tahun ini. Pakar mengatakan, apakah Amerika Serikat dan Tiongkok akan kembali ke meja perundingan sebelum bulan November, layak mendapat perhatian.

Kapan ‘gencatan senjata’ terjadi;
David Dollar, seorang sarjana Tiongkok di Brookings Institution berspekulasi bahwa perang dagang dapat berlanjut setidaknya sampai tahun depan. AS akan kurang merasakan adanya tekanan karena ekonominya yang kuat.

Sementara itu, Dollar percaya bahwa bagi pemerintahan Trump, AS, memiliki peluang untuk memenangkan pertempuran lebih besar daripada Tiongkok. Sehingga Amerika tidak perlu terburu-buru untuk mengakhiri pengenaan tarif yang diberlakukan pada Tiongkok sebelum pemilihan kongres bulan November mendatang. (Wu Ying/ET/Sinatra/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA