Tiongkok Mencabut Minyak Mentah AS dari Daftar Tarif Balas Dendam

oleh Qin Yufei

Ketika Beijing mengumumkan daftar tarif impor atas komoditas dari AS senilai USD. 16 miliar, tidak tampak lagi ada minyak mentah yang sebelumnya tercantum dari draft daftar tarif impor.

Wall Street Journal melaporkan bahwa minyak mentah terdaftar dalam daftar tarif atas komoditas impor dari AS yang akan dinaikkan oleh Tiongkok pada bulan Juni lalu bila AS menerapkan kenaikan tarif barang impor dari Tiongkok senilai USD. 16 miliar.

Tapi ini jelas adalah tindakan bunuh diri : Dalam 2 tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi pembeli terbesar minyak mentah AS yang besarnya sekitar 20 % dari jumlah minyak mentah yang diekspor Amerika Serikat.

Hari Rabu (8 Agustus) orang-orang menemukan bahwa minyak mentah AS menghilang dari daftar tarif baru. Kementerian Perdagangan Tiongkok tidak menjelaskan perubahan ini. Tarif balas dendam Tiongkok terhadap Amerika Serikat akan berlaku pada 23 Agustus sama seperti yang dilakukan AS terhadap Tiongkok dalam nilai dan waktunya.

Analis dan orang dalam industri mengatakan, perubahan ini mungkin terjadi akibat ekonomi Tiongkok yang menunjukkan pelambanan dan AS tak terpengaruh oleh kenaikan tarif Tiongkok karena tidak sulit dalam menemukan pembeli baru, sehingga otoritas perlu mempertimbangkan kembali cara pembalasannya.

Namun, penyebab yang lebih berperan tampaknya karena tingginya ketergantungan Tiongkok terhadap minyak mentah impor. 70 % kebutuhan energi Tiongkok tergantung pada impor. Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa persentase tersebut akan meningkat menjadi 80 % pada tahun 2040.

“Jika Beijing memungut pajak atas impor minyak mentah dari AS lebih tinggi, itu akan sama saja seperti mengangkat batu yang akan menimpa kaki sendiri” kata analis AMP Capital Markets, Shane Oliver. “Perekonomian Tiongkok sangat bergantung pada minyak”.

Meskipun impor minyak mentah Tiongkok dari Amerika Serikat melonjak 200 kali lipat dalam 2 tahun terakhir, namun minyak mentah AS hanya menyumbang 3 % dari total komoditas yang diimpor oleh Tiongkok. Pemasok minyak mentah terbesar Tiongkok adalah Rusia dan Arab Saudi.

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Asia termasuk Tiongkok telah mulai merenovasi pabrik untuk beradaptasi dengan varietas minyak asal AS. Jika Tiongkok mendorong keluar minyak mentah AS dari pasarnya, negara-negara Asia lainnya dapat dengan mudah menampungnya.

“Minyak mentah ringan AS tidak akan hilang dari pasar” kata ekonom CME Group, Erik Norland. “Jika tidak diekspor ke Tiongkok, minyak AS akan diekspor ke negara lain, mereka itu mungkin ke negara Asia lainnya atau seluruh dunia”.

Para eksekutif industri berspekulasi bahwa alasan lain untuk Tiongkok menghapus minyak mentah AS dari daftar tarif baru adalah bahwa Tiongkok sedang membuka jalan untuk mengimpor minyak mentah dari Iran. Sanksi AS terhadap Iran akan mulai berlaku pada bulan November tahun ini, tetapi Amerika Serikat mungkin dapat memberikan pengecualian terhadap beberapa negara untuk membeli minyak Iran.

CEO perusahaan Canary, Dan Eberhart mengatakan bahwa tarif atas minyak mentah AS dapat mengurangi probabilitas AS memberikan kelonggaran pada pemerintah Tiongkok. “Itu bisa semakin membuat marah Amerika Serikat” katanya.

Bloomberg melaporkan bahwa penghapusan minyak mentah dari daftar tarif baru  menunjukkan bahwa peran minyak mentah Amerika Serikat di pasar minyak global sudah tidak dapat diabaikan.

“Amerika Serikat telah menjadi dan akan terus menjadi sumber utama produksi minyak tambahan di dunia” Analis konsultan FGE, Den Syahril mengatakan : “Dengan adanya beberapa kilang baru yang akan dioperasikan dalam 2 tahun ke depan, Tiongkok menghindari untuk membuat keputusan yang secara serius dapat merugikan industri penyulingan domestik.”

Sebelum perang tarif, ekspor minyak mentah AS ke Tiongkok mencapai 15 juta barel pada bulan Juni, ini adalah tingkat tertinggi sejak tahun 1996. Karena itu ia menjadi pembeli terbesar minyak mentah AS.

Bulan lalu, booming minyak shale meningkatkan produksi minyak mentah AS ke 11 juta barel per hari yang belum pernah terjadi sebelumnya. Peningkatan output telah menurunkan harga minyak AS dan meningkatkan daya tarik minyak AS kepada negara-negara Asia. Asia adalah konsumen minyak terbesar di dunia. (Sin/asr)