Aneh, Menamakan Diri “Institut Konfusius” Tapi Tidak Merayakan HUT Konfusius

Yan Dan

Tanggal 28 September adalah peringatan 2.569 tahun lahirnya seorang tokoh “mahaguru” bangsa Tionghoa yakni Konfusius. Di saat setiap kuil Konfusius di seluruh Taiwan, daratan Tiongkok ataupun komunitas Tionghoa di seluruh dunia, mengadakan ritual tradisional menyembahyangi Konfusius, “Institut Konfusius” di Beijing yang selalu gembar gembor menamakan dirinya “Konfusius”, di kantor pusatnya di Beijing justru menggelar kegiatan “open house” yang tidak ada hubungannya dengan harlah Konfusius.

Media massa ofisial RRT memberitakan, kegiatan itu dapat membuat masyarakat memahami informasi bersifat iklan seperti “telah didirikan sebanyak 530 sekolah Institut Konfusius di 149 negara (wilayah) dan 1.113 sekolah dasar dan menengah Konfusius” dan lain sebagainya.

Padahal keseluruhan kegiatan sarat dengan nuansa politik dan komersil, seperti forum media yang membahas masalah internasional dengan topik “pencitraan ‘Tiongkok’ dengan ekspresi internasional”; bahkan ada seminar bisnis bertopik “One Belt One Road, Winning Together”.

Dari artikel iklan yang dimuat media cetak “Institut Konfusius telah tersebar di 149 negara dan wilayah, dengan jumlah pelajar lebih dari 9 juta orang”, bisa dilihat media massa di bawah kekuasaan PKT tak hanya tidak bisa membedakan baik dan buruk, bahkan secara aktif menjadi penyambung lidah politik, dengan rela merekayasa untuk memoles rezim yang penuh borok. Karena media seperti ini tidak akan tidak tahu menahu, PKT investasi mendirikan “Institut Konfusius” sejak awal adalah karena ada niat tersembunyi.

Walaupun telah diatur kegiatan budaya sesuai minat keinginan dan pelajar, tapi hampir tidak ada hubungannya dengan Konfusius maupun ajaran Konfusius. Bisa dilihat dari berbagai kegiatan yang tidak berkaitan seperti “pelajaran seni musik cerdas”, “Menelusuri Tiongkok Dengan Cara Han”, dan “Lomba Fotografi”.

Sebuah institut yang menamakan dirinya “Konfusius”, sengaja mengadakan sejumlah kegiatan pada “HUT Konfusius”, tapi panitia sama sekali tidak menyinggung sedikit pun tentang Konfusius. Bukankah ini sangat palsu? Kegiatan yang memalsu nama, media massa negara ini masih berani mempromosikannya?

Sepertinya orientasi nilai etika media massa mereka itu juga bermasalah.

Menurut nara sumber, Hanban (dewan pengurus Institut Konfusius, Red.) yang bertanggung jawab menangani “Institut Konfusius” mendapat perintah langsung dari pemimpin PKT, dan merupakan suatu institusi yang mendapatkan dana dari kas negara. “Hanban dengan Institut Konfusius adalah dua merek yang berbeda, tapi dari satu induk yang sama”, ketua dewan pengurusnya adalah Liu Yandong yang “pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Fron Persatuan RRT”, sebanyak lebih 20 orang anggota dewan pengurus lainnya “yang terbentuk dari pejabat tinggi setingkat wakil menteri, termasuk Departemen Propaganda, Kantor Informasi, CCTV serta pejabat lintas departemen seperti pendidikan, ekonomi, propaganda, penerbitan dan kemenlu.”

Hanya dengan melihat jajaran pemimpin yang dibentuk dari tokoh inti PKT, tidak sulit didapati, bahwa institusi yang dibentuk ini bukanlah suatu instansi pembelajaran Bahasa Mandarin atau pertukaran budaya biasa.

Karakter PKT (Partai Komunis Tiongkok) yang terbentuk tanpa pilihan rakyat secara langsung menentukan setiap yang dilakukannya selalu memuat unsur kepentingan pribadi/partainya dan bukan untuk rakyat. Ditambah lagi dengan hilangnya kepercayaan rakyat tapi berambisi menaklukkan dunia, semakin membuat PKT tergesa-gesa hendak mendobrak berbagai aturan untuk menemukan jalan pintasnya.

Bagi PKT, membawa kekayaan yang diraih dengan kekerasan untuk membeli hati manusia yang telah bobrok, adalah jalan pintas yang paling cepat. Walaupun ini jelas adalah jalan sesat yang dicemooh, namun PKT yang tidak beretika, tidak berbatas dasar dan begitu kejam, tidak akan berpikir panjang untuk memilih melakukannya.

Kekayaan yang didapat dengan tidak halal oleh PKT, diinvestasikan ke “Institut Konfusius”, hanya untuk menyuap dan mendapatkan sekutu. Selain itu, juga mendukungnya dengan kebohongan dan penipuan.

Karena begitu terlihat wajah asli PKT yang palsu, sesat dan anarkis, seluruh dunia akan memusuhinya, bahkan ada penegak keadilan yang akan memusnahkan sampah masyarakat seperti PKT. Apalagi, tidak akan bisa berpura-pura selamanya, kebohongan ini suatu saat akan terungkap.

Walaupun menggunakan nama “Konfusius”, PKT tetap tidak bisa menyembunyikan sifat buruk dan kebusukannya yang sudah mandarah daging yang selalu memusuhi ajaran tradisional Konfusius dan peradaban.

Dimulai dari gerakan “dobrak empat konsep lama”, “kritik Konfusius dan Lin Biao” dan “jatuhkan ajaran Konfusius” pada zaman Revolusi Kebudayaan, gen kejahatan PKT telah terungkap. Walau demikian, tidak heran jika institut yang dinamai “Konfusius”, justru membicarakan masalah negara komunis di hari peringatan kelahiran Konfusius, tidak berdoa bagi Konfusius, ini sudah tidak mengherankan lagi.

Jika PKT ingin dinilai berbeda oleh dunia dan ingin mendapat teman yang sesungguhnya, maka PKT harus meninggalkan kejahatan dan bertobat, serta bukan memperlihatkan kebaikan palsunya.

Kini dilihat dari semakin banyak negara maju yang memboikot Institut Konfusius, wajah palsu PKT telah dirobek, sama sekali tidak bisa berbohong lagi.

Walau demikian PKT sepertinya tidak mau berhenti, masih berniat meminjam nama “Konfusius”, mempropagandakan kebohongannya di hari peringatan HUT Konfusius.

Dari foto yang dipublikasikan media massa bisa dilihat, aula kecil memang dipenuhi pengunjung, bahkan pintu masuk pun dipenuhi manusia. Tapi yang palsu adalah, orang-orang ini bukan datang demi Konfusius, bukan pula datang demi PKT, melainkan datang karena telah dibohongi oleh PKT. Yang lebih penting lagi adalah, ini merupakan pertunjukan sesaat PKT untuk menutupi “kepalsuan, kejahatan, kekerasan” yang dilakukannya, enah berapa banyak uang rakyat yang dihamburkan kali ini!

Tidak sulit dilihat, institusi penipuan yang dibentuk oleh rezim yang mendapat uang dari perampasan dan penghamburan uang rakyat seperti ini, berapa banyak pun membuka institut di seluruh dunia, tidak akan mampu menunjukkan keunggulan budaya Tiongkok. Justru sebaliknya, hanya akan mendistorsi, merusak, mencemari peradaban dan kebudayaan Tionghoa sejati yang telah berusia 5000 tahun.

Tanpa adanya “Institut Konfusius” yang dibentuk oleh PKT, tidak akan timbul arus boikot berskala besar di seluruh dunia terhadap Tiongkok, rakyat Tiongkok juga tidak akan terus menerus menjadi korban penipuan politik ini.

Jika tidak ada PKT mengacau, dunia akan ada lebih banyak kesempatan untuk memahami semangat Konfusius serta Budha dan Taoisme, rakyat Tiongkok juga akan dapat menelusuri kembali asal usulnya, benar-benar memahami intisari budaya bangsa yang sesungguhnya, mengembalikan moralitas dan peradabannya. (SUD/WHS/asr)