Walikota di Meksiko Meregang Nyawa di Tangan Gerombolan Bersenjata Usai Dilantik

EpochTimesId – Seorang Walikota baru di sebuah kota di negara bagian Oaxaca, di Meksiko, ditembak hingga meninggal hanya beberapa jam setelah menjabat, menurut laporan media lokal. Alejandro Aparicio Santiago menuju pertemuan pertamanya di balai kota Tlaxiaco ketika disergap.

Sang Walikota baru diserang oleh sekelompok pria bersenjata, seperti dikutip dari The Associated Press. Walikota kemudian meninggal di rumah sakit. Empat orang lainnya dikabarkan mengalami luka tembak.

Gubernur Oaxaca sangat mengutuk serangan itu dalam sebuah pernyataan di Twitter pada 1 Januari 2018. Dia mengatakan penangkapan telah dilakukan. Gubernur Alejandro Murat juga mengatakan dia meminta segera dilakukan penyelidikan menyeluruh.

Aparicio adalah bagian dari MORENA (Gerakan Regenerasi Nasional), partai kiri yang sama dengan Presiden Meksiko Andres Manuel López Obrador, menurut NPR. Anggota MORENA di Oaxaca berduka atas kematian politisi itu di sebuah posting Twitter. Mereka menuntut agar pihak berwenang membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan mematikan itu ke pengadilan.

https://twitter.com/CEEMorenaOaxaca/status/1080218462302158849

Kandidat pejabat politik dan politisi di Meksiko seringkali menghadapi potensi kekerasan. Sebelumnya seorang anggota MORENA, Maria Ascención Torres Cruz, juga turut menjadi korban seperti diumumkan oleh pemerintah negara bagian Morelos di Twitter pada 30 Desember 2018.

Sebuah studi oleh firma analisis risiko Etellekt menemukan bahwa 175 politisi dibunuh antara September 2017 dan Agustus 2018. Lebih dari 300 politisi menghadapi intimidasi dan ancaman, sementara yang lain terluka atau diculik. Pemilihan umum di Meksiko akan diadakan pada 1 Juli.

Pembunuhan walikota terkenal lainnya termasuk Gisela Mota, walikota Temixco di negara bagian Morelos, pada 2016, menurut New York Times. Komisaris keamanan negara bagian, Yesus Alberto Capella menuding pembunuhan adalah gembong kejahatan terorganisir.

Pada tahun 2016, Asosiasi Walikota Meksiko meminta bantuan mendesak dari presiden untuk menghentikan gelombang pembunuhan terhadap walikota. Sekitar 56 orang terbunuh selama 10 tahun, kata laporan berita lokal, seperti dilansir Miami Herald.

Sebuah penelitian yang diterbitkan tahun itu oleh Pusat Studi Impunitas dan Keadilan (CESIJ) di Universitas Amerika di Puebla menemukan bahwa hanya 7 persen kejahatan di Meksiko yang dilaporkan ke pihak berwenang, dan kurang dari 1 persen dari semua penjahat yang berhasil diseret ke penjara, lapor Herald.

Pada 2 Desember 2018, Obrador mengumumkan rencana untuk memerangi pelanggaran hukum di negara itu dengan membentuk penjaga nasional yang baru, lapor Reuters.

“Kita harus menyesuaikan diri dengan era baru,” katanya saat berpidato di sebuah pangkalan militer di ibukota. Dia berjanji bahwa strategi keamanan akan menghormati hak asasi manusia dan akan diberikan kepada suara publik pada 2019.

“Orang-orang Meksiko membutuhkan angkatan bersenjata mereka untuk mengatasi masalah ketidakamanan dan kekerasan saat ini,” katanya. “Kami memilih untuk rencana ini karena kami percaya pada angkatan bersenjata.”

Menurut sebuah laporan Layanan Penelitian Kongres 2018, mantan Presiden Meksiko Felipe Calderon memulai kampanye yang gencar melawan para penyelundup obat bius di Meksiko pada tahun 2006, dan organisasi-organisasi perdagangan obat bius melawan sekuat tenaga.

“Pada tahun 2017, Meksiko mencapai jumlah tertinggi dari jumlah pembunuhan yang disengaja dalam satu tahun, melebihi, angka 29.000 pembunuhan,” kata laporan itu. “Dari total pembunuhan yang disengaja sejak 2006, banyak sumber menunjukkan bahwa sekitar 150.000 dari total pembunuhan adalah pembunuhan terkait kejahatan terorganisir.” (SARAH LE/EPOCH TIMES/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M