Banyak Pengembang Merekrut “Broker Properti” Sehingga Kantor Pemasaran Real Estate Dipenuhi “Aktor dan Aktris”

NTD

Industri pilar pemerintah Tiongkok, yakni real estat berada dalam kondisi parah seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Media daratan Tiongkok sendiri mengungkapkan bahwa iklan untuk perekrutan “broker properti” sering muncul di banyak kota. Seorang wartawan yang menyamar menemukan bahwa kantor pemasaran real estat di Kota Guangzhou dipenuhi oleh para “aktor dan aktris” yang berlagak jadi pembeli.

Baru-baru ini, berita tentang perekrutan “broker properti” ramai beredar di media sosial daratan Tiongkok. Hal mana mencerminkan parahnya penurunan pasar penjualan perumahan.

Di antara mereka, sebuah iklan perekrutan “broker properti” untuk Kota Jinan, Shandong mensyaratkan pelamar berusia antara 26 dan 46 tahun, pria atau bersama istrinya, berbadan sehat, berpenampilan matang, pandai bicara. Kepada pelamar yang diterima akan diberikan remunerasi / upah sebesar RMB.15,- (setara IDR. 35.000,-) untuk setiap kali kunjungan ke tempat pemasaran properti yang ditunjuk.

Di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, sebuah perusahaan pengembang membutuhkan “broker properti” yang bekerja 8 jam sehari, minta pelamar yang berpenampilan kaya, berpakaian mewah, juga bersedia dan mampu memainkan peran seolah-olah anggota keluarga seperti suami-istri atau sepasang kekasih dengan “broker properti” lainnya. Kepada mereka yang diterima akan diberikan remunerasi / upah sebesar RMB.90,- (setara IDR.200.000,-) per orang. 

Iklan perekrutan “broker properti” di media sosial. (foto Internet)

Sebuah postingan perekrutan yang diterbitkan oleh akun resmi rekrutmen paruh waktu di Provinsi Guangdong menyebutkan bahwa, sebuah pengembang proyek real estat di Stasiun Utara Shenzhen di Distrik Longhua perlu mempekerjakan 40 orang yang berusia antara 30 hingga 45 tahun, berpakaian perlente.

Seorang wartawan media keuangan menyamar sebagai pelamar mencoba menghubungi agen perumahan di Guangzhou untuk melamar sebagai “broker properti” pekerjaan paruh waktu. Dia diberitahu bahwa dirinya bisa mendapatkan RMB.20,- untuk setiap properti yang dia kunjungi seolah-olah sebagai pembeli, dan ia boleh mengunjungi sekitar 5 properti seharinya.

Setelah wartawan yang menyamar dipekerjakan, dia diberitahu oleh perantara bahwa beberapa proyek real estat mengharuskan “broker properti” untuk tinggal di kantor pemasaran selama lebih dari satu jam. Gunanya adalah untuk menunjukkan bahwa real estat memiliki banyak peminat, juga untuk membantu perantara mendapatkan kinerja yang lebih baik termasuk mendapatkan komisi dari pengembang.

Saat ini, pengembang real estate di daratan Tiongkok dan pemerintah daerah, terus meluncurkan berbagai trik untuk menggoda pembeli, bahkan memaksa orang untuk membeli rumah. Media pemerintah juga berusaha “menciptakan suasana ramai” untuk menutup-nutupi penurunan pasar properti yang parah saat ini. Namun, berita online menunjukkan bahwa volume transaksi pasar properti di berbagai tempat terus merosot, dan sulit bagi pengembang untuk menjual properti.

Pada saat yang sama, karena krisis ekonomi, semakin banyak rumah terjual dengan KPR yang terpaksa putus kontrak, sehingga jumlah rumah sitaan terus bertambah. (sin)