Trump : Inflasi Riil Mungkin Melebihi 9,1%, Amerika Serikat akan Menghadapi Depresi Besar

oleh Xiao Jing

Dalam pidatonya di rapat umum untuk kampanye pemilihan Gubernur Arizona, mantan presiden Donald Trump mengemukakan pendapatnya mengenai cara pemerintahan Biden menangani inflasi yang sedang menghantam rumah tangga AS saat ini. Ia mengatakan bahwa tingkat inflasi riil sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka resminya yang 9,1%.

Dalam rapat umum untuk mendukung terpilihnya Kari Lake, seorang mantan pembawa acara TV yang mencalonkan diri untuk pemilihan gubernur Airzona yang diadakan di Prescott Valley pada Jumat 22 Juli, Donald Trump membuat pernyataan tersebut. 

Dalam pidatonya, Trump mengulangi catatan ekonominya, termasuk lapangan kerja yang tinggi dan inflasi yang rendah pada masa pemerintahannya.

Kepada hadirin pada rapat umum itu Trump mengatakan bahwa selama masa jabatannya, “kita memiliki ekonomi terbesar dalam sejarah dunia tanpa inflasi”, kemudian ia menambahkan : “Biden telah menciptakan inflasi terburuk dalam 47 tahun terakhir”.

Pada Februari 2017, sebulan penuh setelah Trump menjabat presiden, Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah 2,8% YoY. Meskipun IHK itu juga berfluktuasi selama masa jabatannya, tetapi puncaknya adalah 2,9% pada bulan Juli 2018. Dan pada bulan terakhir masa jabatannya, yakni Januari 2021, angka inflasi hanya 1,4%.

Di bawah pimpinan Biden, inflasi terus meningkat, melonjak sampai 9,1% YoY pada Juni 2022, naik ke level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.

Menteri Perdagangan Gina Raimondo mengatakan dalam acara “Face the Nation” di CBS pada 24 Juli, bahwa inflasi AS “mungkin” telah mencapai puncaknya, tetapi ia juga mengakui bahwa sejumlah faktor yang “di luar kendali kita” seperti perang atau pandemi mungkin saja dapat mempercepat kenaikan harga barang konsumen.

Perang melawan energi Amerika Serikat

Dalam pidatonya, meskipun Trump tidak secara eksplisit menuding kebijakan Biden yang menyebabkan inflasi melonjak, tetapi Trump menunjuk “perang Biden terhadap energi Amerika Serikat”.

Melonjaknya harga energi adalah salah satu pendorong utama inflasi. Jadi sekitar setengah dari angka inflasi keseluruhan itu disebabkan oleh naiknya harga energi. Demikian catatan dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Sejak menjabat, Biden telah menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang menargetkan industri minyak, seperti mencabut lisensi pipa Keystone XL, membekukan ekstraksi minyak dan gas baru di tanah dan perairan federal, dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil kepada beberapa lembaga.

Harga bensin di AS sekarang sekitar dua kali lipat lebih tinggi daripada di saat Biden mulai menjabat presiden, tetapi Biden menyalahkan kapasitas penyulingan yang tidak mencukupi, kekurangan pasokan global, lonjakan permintaan yang tajam setelah pandemi, perang Rusia-Ukraina, dan keserakahan perusahaan.

Untuk menurunkan harga bensin, Biden telah memerintahkan pelepasan minyak mentah dari cadangan strategis nasional, meminta penyulingan AS untuk meningkatkan produksi dan mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengekstrak lebih banyak minyak.

Dalam pidatonya di Arizona, Trump mengkritik Biden karena “mengemis” negara lain untuk memompa lebih banyak minyak mentah daripada mencoba meningkatkan produksi minyak dalam negeri.

“Sekarang kita telah menjadi negara yang mengemis minyak kepada Venezuela, Arab Saudi, dan lainnya. Namun, di bawah kaki kita memiliki ’emas cair’ yang kapasitasnya jauh lebih banyak daripada negara mana pun di dunia. Kita adalah negara yang ditelan oleh Green New Deal (GND) kiri radikal, namun semua orang tahu bahwa GND akan menggiring kita pada kehancuran”, kata Trump.

“Baru dua tahun lalu, kita merupakan negara yang mandiri energi. Bahkan menjadi negara yang mendominasi energi. Hari ini, Amerika Serikat adalah pengemis energi”, ujar Trump.

Inflasi riil jauh lebih tinggi

Trump juga mengatakan bahwa angka inflasi sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka yang dilaporkan secara resmi.

“Tingkat inflasi resmi kita adalah 9,1%, tetapi jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi dari itu”, kata Trump, tanpa merinci dari mana dia mendapatkan data. “Dan angka itu terus meningkat. Inflasi mengakibatkan keluarga AS menderita kerugian hampir USD.6.000,- setahun, lebih besar dari kenaikan pajak yang diusulkan di masa lalu”.

Sementara Trump tidak memberikan perkiraannya sendiri tentang tingkat inflasi yang sebenarnya, tetapi menurut ukuran inflasi IHK lain yang dikembangkan oleh ekonom John Williams, jika angka inflasi dihitung menggunakan metode yang sama yang digunakan pemerintah AS pada tahun 1980-an, Angka inflasi saat ini adalah 17,3%, angka tinggi selama 75 tahun terakhir.

Trump juga mengatakan bahwa dirinya percaya AS sedang menghadapi masalah yang lebih besar daripada resesi. Kepada hadirin dalam rapat umum, Trump mengatakan bahwa warga Amerika Serikat sekarang menghadapi kombinasi masalah yaitu inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat, yang dikenal sebagai stagflasi dalam ekonomi. Karena itu semua orang perlu bersiap menghadapi depresi besar.

“Kita sedang berada dalam situasi yang sangat buruk sekarang. Ini bukan resesi, kita akan menghadapi masalah yang lebih buruk daripada resesi. Kita akan mengalami Depresi Besar”, katanya. (sin)