ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Pengeboman yang Menewaskan Staf Kedutaan Rusia di Afghanistan

Lorenz Duchamps

Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri mematikan pada  Senin (5/9) di dekat pintu masuk kedutaan Rusia di ibukota Afghanistan, Kabul.

Dalam sebuah pernyataan di saluran Telegram, kelompok ekstremis  ISIS mengatakan salah satu pejuangnya “meledakkan rompi bunuh diri dalam pertemuan yang dihadiri oleh pekerja Rusia” di dekat kedutaan.

Kementerian luar negeri Rusia mengonfirmasi pada Senin bahwa dua anggota staf kedutaan Rusia di Kabul tewas dalam ledakan yang juga melukai hampir puluhan orang lainnya.

“Akibat serangan, dua pegawai misi diplomatik tewas, dan ada juga korban di antara warga Afghanistan,” kata kementerian itu.

Seorang juru bicara polisi setempat mengatakan empat orang lainnya yang tewas adalah warga sipil Afghanistan, demikian lapor kantor Reuters.

Ahmad Samir, seorang anak laki-laki yang selamat dari serangan dan dirawat di rumah sakit terdekat karena cedera kepala setelah serangan, ia dapat mengingat dengan baik saat  ledakan meletus. 

“Ada begitu banyak orang yang terluka di sekitar, semua orang melarikan diri dari lokasi,” kata Samir.

Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa teroris ISIS ditembak mati oleh penjaga bersenjata saat dia mendekati gerbang kedutaan di daerah Darul Aman di barat daya Kabul.

Ledakan pada Senin terjadi di pintu masuk bagian konsuler kedutaan, di mana warga Afghanistan sedang menunggu berita tentang visa mereka, menurut kementerian dan kantor berita negara RIA Novosti. Seorang diplomat Rusia muncul dari gedung untuk memanggil nama-nama calon penerima visa ketika ledakan terjadi, kata badan tersebut.

Insiden ledakan adalah yang terbaru dalam serangkaian pemboman dan serangan lainnya sejak Taliban merebut kekuasaan setahun lalu, menggulingkan pemerintah yang didukung Barat dan mengakhiri pemberontakan 20 tahun mereka.

Pemboman terbaru, bagaimanapun, tampaknya menjadi serangan pertama yang menargetkan misi diplomatik asing di Kabul sejak  Taliban mengambil alih Afghanistan. 

Rusia adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan kedutaan di Kabul setelah Taliban mengambil alih negara itu. Meskipun Moskow tak secara resmi mengakui pemerintah Taliban, mereka telah melakukan pembicaraan dengan para pejabat mengenai kesepakatan untuk memasok BBM dan komoditas lainnya.

Serangan ISIS dikutuk oleh banyak orang, termasuk juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, yang menyebut ledakan tersebut  sebagai “tindakan teroris, sama sekali tidak dapat diterima.”

Associated Press berkontribusi pada laporan ini.

Dari Berita NTD