Malaysia Angkat Kembali Kasus Kim Jong-nam di Saat Sensitif, Analisis : AS Peringatkan Kim Jong-un

oleh Wu Huanxin

Provokasi Korea Utara semakin intensif belakangan ini, terutama menjelang berlangsungnya Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok. Untuk itu Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang memberikan respon yang keras. Pada momen sensitif ini, Malaysia, yang dalam beberapa tahun terakhir memilih bersahabat dengan Amerika Serikat tiba-tiba mengangkat kembali kasus pembunuhan Kim Jong-nam di Kuala Lumpur dengan meminta ahli warisnya untuk mengurus pengambilan kembali sejumlah barang milik Kim Jong-nam yang masih disimpan oleh pihak berwenang Malaysia. Pendapat analis tentang hal ini adalah jangan-jangan ini merupakan peringatan AS kepada Korea Utara, bahwa operasi pemenggalan kepala Kim Jong-un masih bisa terjadi.

Jelang berlangsungnya Kongres Nasional ke-20, ketegangan di Semenanjung Korea semakin meningkat. Dari 25 September hingga 9 Oktober tahun ini, militer Korea Utara telah meluncurkan total tujuh buah rudal balistik.

Selain rudal balistik jarak pendek, pada 4 Oktober, Korea Utara juga meluncurkan rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh (IRBM). Militer Korea Selatan mengatakan bahwa rudal itu memiliki jangkauan lebih dari 4.500 kilometer, ketinggian penerbangan maksimum melebihi 970 kilometer dengan kecepatan terbang mencapai Mach 17 (17 kali kecepatan suara). Rudal tersebut diluncurkan dengan melewati kepulauan Jepang. Ini adalah pertama kalinya rudal Korea Utara terbang di atas kepulauan Jepang setelah tahun 2017. Hal ini secara langsung atau tidak telah mengancam efektivitas tempur militer AS yang ditempatkan di Jepang, terutama di Pulau Guam.

Terkait hal itu, selain menyatakan kecaman keras, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang juga menggelar sejumlah latihan militer yang ditargetkan sebagai respons atas provokasi Korea Utara.

Selain itu, Markas Besar Staf Gabungan Korea Selatan juga mengungkapkan pada 6 Oktober bahwa saat ini sedang memperkuat kemampuan tempur brigade tugas khusus yang melaksanakan “operasi pemenggalan kepala”. Pada Desember 2017, Korea Selatan membentuk brigade tugas khusus untuk “operasi pemenggalan kepala” terhadap pemimpin Korea Utara, yang akan langsung menyerang Pyongyang ketika situasi militer mendesak. Dan menghancurkan tempat pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan kepemimpinan militer lainnya yang mengendalikan tombol nuklir.

Selain itu, sebagai tanggapan atas peluncuran yang bersifat provokasi sejak 25 September tahun ini, Komando Operasi Khusus (SOCKOR) di Amerika Serikat dan Korea Selatan pada 30 September mengumumkan latihan militer yang bertemakan “operasi pemenggalan kepala” yang diikuti oleh pasukan khusus dengan fokus untuk menyusup ke lokasi musuh. Latihan tersebut merupakan salah satu latihan yang paling diwaspadai oleh Korea Utara.

Amerika Serikat dan Korea Selatan telah melakukan latihan militer secara teratur sejak tahun 1990-an, tetapi nyaris tidak ada latihan yang dipublikasi sejak tahun 2017. Sedangkan pada bulan September tahun lalu, latihan kembali dipublikasikan.

Kepolisian Malaysia tiba-tiba meminta pewaris Kim Jong-nam untuk mengambil barang

Pada 4 Oktober, saat Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh serta meningkatkan provokasinya, tiba-tiba datang berita dari Malaysia tentang Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Menurut sebuah laporan di situs Radio Free Asia (RFA) berbahasa Korea pada 4 Oktober, menyebutkan bahwa Kepolisian Malaysia sedang mencari pewaris Kim Jong-nam untuk mengembalikan barang bawaan ketika dia dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia pada Februari 2017.

Kepolisian mengatakan bahwa jika keluarga yang ditinggalkan tidak muncul dalam waktu 6 bulan, maka barang milik almarhum akan menjadi milik Kementerian Keuangan Malaysia. Meskipun Kepolisian Malaysia belum mengungkapkan rincian barang peninggalan yang harus diklaim oleh pewaris, tetapi polisi telah mengungkapkan bahwa barang bawaan Kim Jong-nam saat itu terdiri dari 2 unit ponsel, 1 buah laptop, dan uang tunai setara dengan USD. 138.000,- yang ditemukan selama persidangan berlangsung sebelumnya.

Pada 13 Februari 2017, Kim Jong-nam dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia oleh dua wanita masing-masing dari Indonesia dan Vietnam dengan menggunakan agen saraf VX yang dioleskan ke wajah Kim hingga tewas. Pihak berwenang Malaysia mengatakan Korea Utara mempekerjakan dan melatih kedua wanita itu. Opini publik internasional semua mengarah pada pembunuhan ini dilakukan oleh Korea Utara.

Kim Jong-nam adalah putra sulung mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong-il, ia adalah salah satu kandidat penerus Kim Jong-il. Namun setelah Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan Korea Utara, Kim Jong-nam terpaksa mengembara ke luar negeri di bawah perlindungan PKT.  Beijing selalu menggunakan Kim Jong-nam sebagai cadangan pegangan jika Kim Jong-un disingkirkan.

Mengenai pembunuhan terhadap Kim Jong-nam, Asosiasi Penyiaran Jepang (NHK) menyebutkan dalam sebuah laporan wawancara pada 13 Februari 2018, bahwa menurut seorang pejabat PKT, pada Agustus 2012, Jang Song-taek, orang nomor dua di Korea Utara dan paman Kim Jong-un, Sewaktu berkunjung ke Tiongkok memberitahu Hu Jintao, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok saat itu, bahwa dia berencana untuk menggantikan Kim Jong-un dengan Kim Jong-nam. Anggota Komite Tetap Politbiro Zhou Yongkang mengirim bawahannya untuk menguping pembicaraan rahasia tersebut kemudian menyampaikannya kepada Kim Jong-un pada awal tahun 2013, yang menyebabkan munculnya rencana membunuh Kim Jong-nam.

Laporan tersebut menyatakan bahwa alasan spesifik mengapa Zhou Yongkang membocorkan pembicaraan itu kepada Kim Jong-un tidak ada orang yang tahu. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa penyelidikan yang dilakukan oleh Komisi Pusat Inspeksi Disiplin pada waktu itu dekat dengan lingkungan Zhou Yongkang, menyimpulkan bahwa Zhou mungkin berharap dapat memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Korea Utara sebagai pijakan untuk naik ke jenjang kepemimpinan puncak.

Menurut Radio Free Asia, Kim Han-sol, putra Kim Jong-nam melarikan diri ke Amerika Serikat dengan bantuan kelompok anti-Korea Utara “Free Korea” setelah pembunuhan dan sekarang tinggal di dekat negara bagian New York di bawah perlindungan FBI.

Li Yanming, seorang komentator politik di Amerika Serikat kepada “Epoch Times” mengatakan bahwa Korea Utara meluncurkan rudal ke Jepang, dengan jangkauan yang mengancam Guam, Amerika Serikat. Kemudian muncul berita Kepolisian Malaysia tiba-tiba secara terbuka meminta pewaris untuk mengambil barang peninggalan Kim Jong-nam yang dibunuh 5 tahun lalu. “Ini semua terjadi pada saat yang sangat sensitif”, katanya.

Dia menjelaskan bahwa pemerintahan Biden yang belakangan ini menjalin hubungan dekat dengan Malaysia mungkin yang mendorong pengangkatan kembali kasus Kim Jong-nam melalui pejabat Malaysia untuk mengirim sinyal peringatan kepada Kim Jong-un dan PKT. Pertama, AS mengetahui bahwa kasus pembunuhan Kim Jong-nam ada hubungannya dengan Kim Jong-un dan PKT. Kedua, putra Kim Jong-nam sekarang ada di Amerika Serikat. Jika Kim Jong-un tidak menahan diri, Amerika Serikat dapat melancarkan operasi pemenggalan kepala Kim Jong-un dan mendukung putra Kim Jong-nam untuk mengambil alih kekuasaan Korea Utara. (sin)