Wanita Terjelek di Zaman Zhan Guo Menjadi Permaisuri

Huai Renren

Pada zaman Zhan Guo (Negara Berperang 403 SM – 221 SM) di Kerajaan Qi ada seorang wanita yang dikenal karena kejelekan parasnya, si penulis buku menyebutnya “jeleknya tiada duanya”, artinya dialah wanita paling jelek di seluruh negeri. Wanita itu memiliki kepala seperti lesung besar, hidung menengadah, jakun menonjol, sendi tulang yang besar, lengan panjang, berleher beton, rambut kepala sangat jarang, dan berkulit gelap, sedangkan postur tubuhnya, sama sekali tidak bisa dibilang indah, dadanya seperti dada ayam, pinggangnya seperti udang, julukan “wanita terjelek di Zaman Negara Berperang” menjadi trade mark baginya. 

Dia berasal dari Kota Wuyan (無鹽harfiah: tanpa garam) di Kerajaan Qi, jadi “wanita Wuyan” pun menjadi panggilan populernya. Generasi setelahnya juga menyebutnya “Zhong Wuyan (無豔 Wu Yan dengan tulisan berbeda, arti harfiah: tanpa keindahan)”, sementara nama aslinya Zhong Lichun (Zhong adalah nama marga) justru jarang diingat masyarakat.

Zhong Lichun terus berusaha merekomendasikan dirinya untuk dinikahi, tapi juga tidak sembarangan mau menikahi siapa pun, hingga mencapai usia 40 tahun dia masih belum menemukan pasangan hidup. Wanita pada zaman dulu dikategorikan pantas menikah antara usia 15 sampai 20 tahun, dengan demikian Lichun yang telah berusia 40 tahun itu, sudah dikategorikan sebagai kelas nenek. 

Namun ternyata “wanita terjelek Zaman Zhan Guo” ini memiliki “keahlian (terpendam)” yang sama sekali tidak diketahui orang, pada usia 40 tahun dengan penuh martabat dia pun menikahkan dirinya, sampai-sampai membuat semua orang terbelalak dan terkagum-kagum!

Pada hari itu, Lichun merapikan penampilan dan mengenakan pakaian biasa yang kasar, lalu pergi untuk melakukan hal penting. Dia pergi ke Linzi, Ibu Kota Kerajaan Qi. Setibanya di depan pintu istana, dia memberitahu pengawal raja, “Saya adalah wanita yang tidak diinginkan siapa pun di Kerajaan Qi, saya mendengar moral tinggi raja, demi baginda raja saya bersedia menyapu di istana harem. Saya akan menunggu sambil bersujud di gerbang luar istana, dengan harapan mendapat persetujuan dari baginda raja.”

Kata-kata “menyapu di istana harem” yang diucapkannya, adalah metafora kerendahan hati untuk dinikahi dan menjadi keluarga istana, bukannya menjadi pembantu wanita yang sehari-harinya bekerja membersihkan istana.

Raja Xuan dari Kerajaan Qi memanggil “wanita Wuyan”, Zhong Lichun untuk menghadap

Di sisi lain, di sebuah panggung kolam Kerajaan Qi yang mewah dan tinggi, sebuah pesta meriah sedang digelar, sekelompok pejabat tinggi dan tamu undangan sedang mengerubungi Raja Xuan. Di saat itu si pengawal berjalan mendekat dan menyampaikan pesan Lichun kepada Raja Xuan. Semua orang yang ada di sekeliling Raja Xuan pun menahan tawa, dan mereka berkata, “Sungguh wanita bermuka tebal, tidak tahu malu, permintaan aneh macam apa itu, wanita tua yang tidak laku berniat menikahi seorang raja!”

Wanita yang begitu aneh nan jelek itu pun membuat Raja Xuan menjadi penasaran, dan hendak melihat sendiri wajah aslinya, maka raja pun menyuruh wanita jelek itu menghadap.

Setelah raja menemui Zhong Lichun, ternyata memang seorang wanita jelek, karena sudah ada kesiapan mental, raja pun tidak begitu terkejut. Raja Xuan berkata padanya, “Beberapa tahun lalu, almarhum raja terda- hulu sudah menikahkan saya dengan banyak istri dan selir, istana selir saya sudah tidak ada tempat lagi. Sekarang Anda tidak dinikahi oleh warga, malah ingin menikah dengan raja, apakah Anda memiliki kemampuan khusus?” Lichun menjawab, “Saya tidak memiliki kemampuan khusus. Hanya dari hati ter- dalam mengagumi kebajikan, moralitas, dan perilaku baginda.” Dia lebih dulu memuji Raja Xuan. Lalu Raja Xuan bertanya lagi, “Meski demikian, cobalah ceritakan apa kemahiran Anda?”

Setelah diam beberapa saat, Lichun pun menjawab, “Saya bisa menghilang.”

Raja Xuan sangat tertarik dan berkata, “Aku selalu ingin bisa menghilang, coba Anda praktikkan.” Belum usai perkataannya, Zhong Lichun mendadak telah menghilang. Hal ini sungguh membuat Raja Xuan terkejut bukan main!

“Wanita terjelek dari zaman Zhan Guo”, Zhong Lichun ternyata betul-betul memiliki “kemampuan” luar biasa yang terpendam! Bisakah dikatakan dalam kehidupannya ini datang tanpa persiapan?

Pesta meriah di panggung kolam, aroma harum para dayang cantik yang memabukkan pun lenyap seiring dengan menghilangnya Lichun, waktu itu di dalam benak Raja Xuan hanya didominasi ilmu menghilang. Ia langsung memerintahkan punggawa mengambil buku tentang ilmu menghilang, lalu meniru petunjuk di buku itu dan mempraktikkannya, namun tetap saja tidak mampu menguasainya 

Keesokan harinya, Raja Xuan kembali memanggil Lichun untuk ditanyai. Hati Raja Xuan telah dikuasai oleh Lichun. Waktu itu, “wanita terjelek zaman Zhan Guo” itu kembali memperlihatkan “keahlian” lainnya yang terpendam. Terlihat Lichun membelalakkan mata, menggigit rahang, dan mengangkat kedua tangannya serta menepuk keras lututnya, lalu berulang kali berteriak, “Bahaya, sungguh bahaya!”

Raja Xuan berpikir: Aku adalah penguasa kerajaan besar yang kuat, rakyat di negeri ini hidup makmur, orang terpelajar dan terpandang berkumpul di Istana Akademi Jixia, ahli militer Sun Tzu yang begitu hebat juga mengabdi padaku, di mana adanya bahaya? Tapi dari suara hardikan “bahaya” yang diserukan Lichun, sepertinya juga membuat raja merasa sedikit tidak tenang, maka sang raja pun berkata, “Aku bersedia mendengar penjelasan dari Anda tentang bahaya ini.” Kata-katanya menunjukkan rasa hormat terhadap wanita unik di hadapannya ini.

Maka Lichun pun dengan tenang berkata, “Pada saat ini, di bagian barat ada ancaman Kerajaan Qin, di bagian selatan ada ancaman Kerajaan Chu. Di luar kerajaan ada marabahaya dari dua kerajaan itu, sementara di sekitar baginda hanya dikelilingi oleh para pejabat licik, dan tidak ada pejabat yang cakap. Baginda sudah berusia 40 tahun, tapi belum juga mengangkat putra mahkota, hati baginda tidak memikirkan para keturunan calon pangeran, melainkan hanya memikirkan para selir. Baginda setiap hari hanya mengutamakan mengejar kenikmatan duniawi, dan tidak memikirkan kekokohan perisai keamanan kerajaan. Begitu baginda wafat kelak, maka negara dan masyarakat akan kacau dan bergo- lak, inilah bahaya pertama!

“Apalagi panggung kolam setinggi lima tingkat itu, yang dihiasi dengan permata bernilai mahal, penuh dengan emas dan batu mulia, sementara rakyat harus banting tulang dan kehidupan mereka sangat sulit, inilah bahaya kedua!”

“Pejabat yang cakap dan bijak tersembunyi di pegunungan, sedangkan pejabat yang suka menjilat justru mengelilingi baginda, orang-orang yang licik dan munafik berada di pemerintahan, sementara para patriot justru tertahan di luar sana, ini adalah bahaya ketiga!”

“Baginda begitu menyukai pesta arak dan wanita, setiap hari begadang, malam pun menjadi siang, wanita penghibur dan seniman atraksi setiap hari menemani baginda bersenang-senang dan tertawa terbahak-bahak. Baginda menjadi tidak peduli dengan sapaan para negara vasal, tidak peduli dengan pemerintahan di dalam negeri, inilah bahaya keempat. Inilah alasan hamba menyerukan ‘bahaya, sungguh bahaya’!”

Setelah mendengar penjelasannya, Raja Xuan menghela napas, “Perkataanmu sungguh menyakitkan! Baru hari ini aku mendengarnya.”

Raja Xuan adalah seorang penguasa yang bercita-cita besar, hanya saja gampang merasa puas, lalu raja terhanyut dalam pesta pora, dan tenggelam dalam pemuasan hawa nafsu, apalagi suka mendengar hasutan dan sanjungan, sehingga kehilangan kejernihan nuraninya karena dikelilingi oleh orang-orang yang suka menjilat.

Perkataan wanita Wuyan itu ibarat guyuran pencerahan di ubun-ubun sang raja, membuat Raja Xuan tersadar seketika. Raja pun langsung memerintahkan agar panggung kolam itu dibongkar, seluruh emas permata yang menghiasi dikumpulkan lalu disetorkan ke dalam kas kerajaan; semua wanita penghibur, seniman, dan artis dipulangkan, lalu merekrut prajurit dan membeli kuda perang; semua pejabat yang suka menjilat dan menghasut diberhentikan, lalu membuka gerbang istana bagi para bijak dan pejabat yang berani bicara jujur, walaupun berasal dari kalangan rakyat jelata yang terlahir miskin. Di saat yang sama, raja juga memilih hari baik, untuk mengangkat putra mahkota, dan menikahi wanita Wuyan itu yang kemudian diangkat sebagai permaisuri.

Keahlian sang “wanita terjelek zaman Zhan Guo”, Zhong Lichun memang luar biasa! Mengapa dia saat menginjak usia 40 tahun baru pergi menghadap Raja Xuan dari Qi dan bukan pada saat dirinya masih muda? Kita semua mengetahui, bunga apa pun itu, selalu paling indah saat bunga tersebut mekar pada musimnya. 

Bisakah tidak dikatakan bahwa dia sedang menantikan waktu Ilahi? Bisakah tidak dikatakan paruh hidupnya memang datang dengan penuh persiapan? Dalam kitab The Biography of Exemplary Women (Lienu Zhuan, red.) dikatakan: “Yang berhasil mengamankan Kerajaan Qi, adalah si wanita jelek penuh berkat.” Bercermin dari sejarah, Zhong Lichun telah berhasil memenuhi takdirnya. (sud)