Keluarga Thailand yang Berduka Memohon Agar Jenazah Putranya Dikembalikan dari Israel

Etindonesia. Terakhir kali seorang ibu asal Thailand, Noopar Pansa-ard, mengatakan bahwa dia mendengar kabar dari putranya, suara tembakan dan ledakan terdengar di latar belakang saat putranya menyuruhnya untuk tetap tegar jika sesuatu terjadi padanya.

“Aku bilang padanya – jangan bicara seperti itu… Hatiku akan hancur jika kamu tidak kembali,” kata Noopar.

Sehari kemudian, putranya Somkuan Pansa-ard, 39 tahun, terbunuh dalam serangan militan Hamas di Israel, di mana dia pergi bekerja di perkebunan buah-buahan untuk mengirim uang kembali guna membantu keluarganya membayar kembali pinjaman.

Rekan kerjanya memberi tahu keluarganya pada Minggu (8/10) bahwa dia telah ditembak oleh militan Hamas. Tidak jelas di wilayah Israel mana Somkuan dibunuh.

“Kehilangan putra saya… adalah kehilangan terbesar dalam hidup saya,” kata ayahnya, Khraboan Pansa-ard, sambil membungkuk di kursi sementara Noopar duduk di dekatnya, sambil memegang potret putra mereka dan menyeka air mata.

“Saya tidak ingin anak saya pergi karena negara ini sedang berperang. Saya khawatir dia akan kehilangan nyawanya,” kata Khraboan. “Tapi dia tidak mau mendengarkan.. Dia harus mengurus keluarga untuk membuat mereka bahagia. Dia bilang bayarannya bagus.”

Somkuan adalah salah satu dari 30.000 warga Thailand, sebagian besar berasal dari pedesaan timur laut, yang bekerja di sektor pertanian Israel, menurut data Pemerintah Thailand.

Sejauh ini, 20 warga negara Thailand telah tewas dan 14 orang disandera dalam konflik tersebut, kata Kementerian Luar Negeri Thailand. Sekitar 5.000 warga Thailand ingin dipulangkan ke negara mereka.

Di Ban Song Waeng, desa tempat tinggal Somkuan di timur laut Thailand, banyak keluarga berkumpul di luar rumahnya untuk memberikan dukungan kepada orangtuanya yang berduka.

Keesokan harinya, beberapa kerabat dan teman menemani ibunya, Noopar, ke kuil setempat untuk mendoakan putranya.

“Sudah menjadi tradisi, datang ke kuil ketika kita berduka untuk mencari penghiburan dan membawa persembahan untuk menyebarkan kebajikan kepada arwah putra saya,” katanya, sambil berlutut dengan tangan terkepal di lantai kuil saat para biksu melantunkan berkah.

“Kami ingin jenazahnya dikembalikan secepat mungkin sehingga kami dapat memegang hak beragama, seperti tradisi kami,” tambah ayahnya, Khraboan. (yn)

Sumber: asiaone