BI: Perkembangan Ekonomi Global Melemah dan Inflasi Global Tetap Tinggi

MAGELANG – Bank Indonesia mengungkapkan kondisi perekonomian global yang semakin melemah dan melambat dampak dari kondisi keamanan internasional. Tingginya ketegangan geopolitik yang belum mereda, mendorong kenaikan harga energi dan pangan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi mengatakan pertumbuhan ekonomi global diprakirakan melemah dan disertai divergensi pertumbuhan antar negara yang semakin melebar. 

“Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan sebesar 2,9% dan melambat menjadi 2,8% pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah.  Selain itu, inflasi dunia diperkirakan tetap tinggi seiring ketegangan geopolitik yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan,” katanya. 

Hal demikian disampaikannya pada Rabu, (15/11/2023), saat Capacity Building dan Bincang Bareng Media di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Kondisi ini juga berakibat pada suku bunga kebijakan negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), diprakirakan akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer). Kenaikan suku bunga global diperkirakan akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi Pemerintah negara maju, khususnya yield UST pada tenor jangka Panjang.

Dinamika ini berpotensi mendorong dollar AS menguat seiring pembalikan arus modal dari negara Emerging Market Economies (EMEs) ke negara maju dan ke aset yang lebih likuid.

Namun demikian perekonomian Indonesia diprakirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan global. Kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan III 2023 melanjutkan pertumbuhan positif sebesar 4,94% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan II 2023 (5,17%, yoy). 

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3% pada 2023 dan meningkat pada 2024. Tingkat inflasi IHK nasional telah berada pada rentang target inflasi, yakni 2,56% (yoy) pada Oktober 2023. Secara tahunan, inflasi diperkirakan tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Sementara itu, Rupiah hanya terdepresiasi sebesar 1,03% (ytd), lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan.

Keputusan RDG Oktober 2023. BI menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.

 Selain itu, kebijakan makroprudensial longgar diperkuat dengan efektivitas implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. BI juga akan terus menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (aml/asr)