Home Blog Page 1326

Bagaimana Komunis Tiongkok Mencuri Rahasia dan Menjadi Ancaman Keamanan AS

0

Oleh Heng He

Pada konferensi pers yang diadakan pada 20 Desember, Departemen Kehakiman AS (Department of Justice/DOJ) mengumumkan penuntutan terhadap dua peretas dari komunis Tiongkok.

Menurut DOJ, mereka adalah anggota unit peretasan APT10, yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara (MSS/Ministry of State Security) rezim Komunis Tiongkok.

MSS adalah satu-satunya agen intelijen resmi Komunis Tiongkok, dan relatif baru mengingat sejarah panjang spionase komunis Tiongkok.

Lembaga ini didirikan pada tahun 1983 oleh penggabungan mantan Departemen Keamanan Politik dari Kementerian Keamanan Publik (MPS/Ministry of Public Security atau kepolisian Komunis Tiongkok), Departemen Investigasi atau Departemen Investigasi Pusat (Department or Central Investigation Department/CID), dan badan intelijen lainnya.

Menyusul pembentukan MSS, Departemen Keamanan Politik MPS dibiarkan sangat kekurangan personil dan dana hingga setelah Pembantaian Mahasiswa di Lapangan Tiananmen 1989, ketika mulai diaktifkan kembali secara bertahap.

Banyak hal berubah ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) meluncurkan penganiayaan terhadap latihan spiritual Falun Gong pada tahun 1999.

Departemen Keamanan Politik diganti namanya menjadi Biro Keamanan Domestik (DSB/the Domestic Security Bureau), disingkat Guobao dalam bahasa mandarin. Menyusul ekspansi dengan pesat, Guobao menjadi terkenal karena perannya dalam penganiayaan tidak hanya terhadap pengikut Falun Gong tetapi terhadap segala macam perbedaan pendapat dan keyakinan agama di Tiongkok.

MSS dan MPS menjalankan peran yang berbeda bersama satu sama lain. Operasi yang melibatkan negara asing adalah domain dari MSS, sementara DSB melakukan tugas-tugas yang sebanding di dalam perbatasan Tiongkok.

MSS dan Amerika Serikat

Pada tahun 1985, dua tahun setelah berdirinya MSS, mantan asisten menteri Yu Qiangsheng membelot ke Amerika Serikat. Pengetahuan yang dia ungkapkan menghasilkan penangkapan dan bunuh diri mata-mata top Komunis Tiongkok Larry Wu-Tai Chin.

Yu Qiangsheng adalah kakak laki-laki Yu Zhengsheng, mantan anggota Komite Tetap Politbiro dan pria berperingkat empat tertinggi di Partai Komunis dari 2012 hingga 2018.

Sejak pembelotan itu, MSS tampak berdamai dengan Amerika; setidaknya, tidak ada lagi skandal yang diumumkan — sampai sekarang, kira-kita begitu.

DOJ mengadili mata-mata Komunis Tiongkok Ji Chaoqun, mentornya Xu Yanjun, yang diekstradisi dari Belgia, dan beberapa agen lainnya. MSS telah kembali menjadi sorotan publik.

Para terdakwa dalam ketiga kasus ini semuanya berasal dari Departemen Keamanan Negara Provinsi Jiangsu, Tiongkok (JSSD), cabang regional dari MSS. Mereka semua menargetkan departemen dan kontraktor dengan koneksi ke teknologi penerbangan Amerika.

Tiga kasus tersebut menunjukkan bagaimana berbagai departemen intelijen Partai Komunis Tiongkok bekerja sama dalam berbagai cara untuk mencapai tujuan yang sama. Pastinya. mencuri teknologi penerbangan Amerika adalah tugas cabang Jiangsu.

JSSD menggunakan berbagai metode untuk melaksanakan tugasnya, termasuk praktik spionase tradisional seperti agen pengiriman, merekrut para ahli untuk memperoleh informasi rahasia secara langsung dan meretas.

Perlu diperhatikan adalah tentang fakta bahwa ketiga pria yang ditangkap adalah mata-mata yang dikirim ke luar negeri oleh departemen intelijen regional Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya MSS tingkat nasional yang terlibat dalam spionase luar negeri Komunis Tiongkok.

Intelijen Militer

Pada tahun 2014, Amerika Serikat menuntut lima peretas militer Tiongkok yang bekerja untuk APT1, sebuah kelompok peretas peringkat nomor satu dalam ancaman persisten tingkat lanjut (APT), serangan jaringan komputer yang tersembunyi di mana seseorang atau sekelompok orang memperoleh akses tidak sah ke jaringan dan  tanpa terdeteksi .

Terpenting di sini adalah kekuatan intelijen militer Partai Komunis, yang melacak akarnya kembali ke hari-hari ketika Tentara Merah PKT beperang dalam perang saudara. Sebelum reformasi sistem militer, itu terutama terdiri dari departemen Kedua dan Ketiga Departemen Staf Umum Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Departemen Kedua GSD bertanggung jawab atas spionase tradisional; mengikuti reformasi militer, lembaga itu menjadi Biro Intelijen dari Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat.

Kelima peretas yang diadili oleh peradilan AS bekerja untuk mantan Biro Kedua dari Departemen Ketiga GSD di Shanghai. Setelah reformasi, Departemen Ketiga (Investigasi Teknis) dan Departemen Keempat (Divisi Radar Penanggulangan Elektronik) digabung menjadi Departemen Sistem Jaringan dari Angkatan Dukungan Strategis PLA (PLASSF atau SSF). Departemen yang direformasi bertanggung jawab atas perang siber dan pengumpulan intelijen.

Intelijen militer Tiongkok juga memiliki Departemen Intelijen Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat.

Membangun Infrastruktur Spionase untuk Memfasilitasi Penganiayaan

PKT memiliki beberapa badan intelijen non-tradisional yang terlibat dalam pekerjaan intelijen.

Sebagai contoh, otoritas keamanan publik awalnya berfokus pada tindakan represi di dalam Tiongkok. Setelah penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, setidaknya sembilan departemen keamanan publik provinsi dan kota berwenang mengirimkan agen ke negara lain untuk tujuan mengumpulkan informasi tentang Falun Gong.

Organisasi lain terkait dengan kampanye anti-Falun Gong yang mengumpulkan intelijen untuk PKT adalah Kantor 610.

Pada 7 Juni 1999, Sekretaris Jenderal PKC saat itu, Jiang Zemin, mengatakan pada pertemuan Politbiro bahwa Partai akan membentuk Kelompok Pemimpin Utama dalam Berurusan dengan Falun Gong. Secara informal, organisasi ini disebut Kantor 610 setelah tanggal pembentukannya tiga hari kemudian pada tahun itu yakni 10 Juni.

Sementara Kantor 610, yang beroperasi di luar ruang lingkup hukum Tiongkok, terkenal karena perannya dalam penganiayaan terhadap pengikut Falun Gong, jangkauan globalnya tidak dipahami dengan baik. Sedikit yang tahu bahwa dengan membuat sumber untuk mengawasi praktisi Falun Gong di seluruh dunia, Kantor 610 membangun jaringan luas untuk intelijen luar negeri.

Sebelum Olimpiade Beijing, jurnalis investigasi Perancis Roger Faligot menerbitkan bukunya “Dinas Rahasia Tiongkok, Dari Mao ke Olimpiade”.

Penulis mewawancarai para pakar dari berbagai negara, pembelot Tiongkok, dan agen kontra intelijen dari berbagai negara. Buku itu secara khusus menggambarkan bagaimana di bawah Luo Gan, mantan sekretaris garis keras Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat (PLAC atau Zhengfawei, salah satu organisasi paling kuat PKT) dan direktur Kantor 610, mata-mata dari Kantor 610 dikirim ke seluruh  dunia untuk melawan apa yang disebut “lima racun” Indepedensi Taiwan, aktivisme Tibet dan Xinjiang, Falun Gong, dan gerakan demokrasi Tiongkok.

Bahkan, Badan kontra intelijen Jerman menemukan bahwa kantor 610 merekrut mata-mata untuk memantau kegiatan para praktisi Falun Gong di Jerman. Meskipun Kantor 610 memiliki tujuan khusus untuk menyerang para pembangkang  Tiongkok, sumber daya yang telah dibangun dapat digunakan kembali untuk bentuk-bentuk intelijen lainnya.

Front Bersatu ‘Mass Intelligence’

Organisasi lain yang menjalankan fungsi intelijen adalah United Front atau Front Bersatu PKT. Berbeda dengan agen intelijen profesional seperti MSS dan departemen intelijen PLA, Front bersatu menggunakan agen amatir atau non-profesional untuk mengumpulkan informasi dan menjalankan operasi — semacam intelijen melalui gerakan massa yang mencakup spektrum luas.

Metode utama dari operasional Front Bersatu adalah untuk mengidentifikasi target spesifik dan membangun hubungan. Ketika seorang target berteman, ia dapat dikooptasi untuk mewakili kepentingan politik PKT. Sasaran juga dapat menjadi saluran bagi mata-mata profesional untuk mengumpulkan informasi atau memberikan informasi secara langsung melalui Front Bersatu.

Kegiatan United Front mencakup lingkup yang begitu luas sehingga misinya relatif tidak jelas.

Tugas keseluruhannya adalah untuk membangun hubungan sehingga dapat mencampuri urusan dalam negeri negara lain dengan memanipulasi individu dan lembaga dalam politik lokal, bisnis, akademisi, dan sejenisnya.

Operasi jenis ini dibutuhkan karakteristik gerakan massa, menggunakan banyak kooperasi informal dan lebih longgar terkait mata-mata. Ini membuat badan-badan kontra intelijen sulit untuk berurusan dengan ancaman yang ditimbulkan dari aktivitas Front persatuan.

Pusat operasi ini adalah United Front Work Department dari Komite Pusat PKT (UFWD), Bagi beberapa pakar dari Barat menggangap sebagai agen intelijen yang dapat dipercaya.

Beberapa organisasi yang terkait dengan Front Bersatu, seperti Program Seribu Talenta, membantu dalam pencurian kekayaan intelektual dari Amerika Serikat karena merekrut ilmuwan dan individu bernilai tinggi lainnya untuk bekerja di Tiongkok.

Misalnya, Hongjin Tan, yang ditangkap di Oklahoma pada 20 Desember, mungkin termasuk dalam kategori ini.

“Hongjin Tan diduga mencuri rahasia dagang yang terkait dengan produk bernilai lebih dari $ 1 miliar dari perusahaan perusahaan perminyakannya yang berbasis di Amerika Serikat untuk digunakan demi kepentingan perusahaan Tiongkok tempat ia ditawari pekerjaan,” kata Asisten Jaksa Agung Demers.

Tipikal Kasus  lainnya adalah Yang Chunlai, mantan presiden Asosiasi Ilmuwan dan Insinyur Tiongkok (ACSE). ACSE didirikan di Chicago pada tahun 1992 dan memiliki anggota lebih dari 20 negara bagian di Amerika Serikat.

Pada akhir Mei 2006, Yang menghadiri tahun ketiga Lokakarya Diaspora Tiongkok “The third year of Study Workshop for Young and Middle-aged Chinese Persons in Charge of Overseas Chinese Associations” di Beijing, yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Negara Luar Negeri Tiongkok untuk Dewan Negara (OCAO).

OCAO adalah cabang dari Front Bersatu yang beroperasi di dalam Dewan Negara Tiongkok. Ketika reformasi kelembagaan tahun 2018, lembaga itu secara terbuka dipindahkan ke UFWD. Pada tahun 2007, Yang berbicara pada Konferensi Asosiasi Diaspora Tiongkok se Dunia ke-4 yang diadakan oleh OCAO. Dia mengatakan bahwa “tidak perlu kembali ke Tiongkok untuk melayani negara.”

“Kami sekarang memiliki 1.500 anggota terdaftar, dan sekitar sepertiga memiliki kewarganegaraan Amerika. Melalui hubungan antara teman dan anggota keluarga, kami memperkirakan dapat memengaruhi 500 suara. ”

Sosok Yang sendiri adalah anggota Komite Penasihat Pakar Luar Negeri dari OCAO, yang mengindikasikan hubungannya dengan United Front work.

Pada 1 Juli 2011, Yang ditangkap oleh FBI ketika dia sudah membeli tiket ke Tiongkok yang dijadwalkan seminggu kemudian. Dia mengaku bersalah atas tuduhan mencuri rahasia dagang dari Chicago Mercantile Exchange (CME), tempat dia bekerja selama 11 tahun. Dia berencana untuk bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok, Zhangjiakou Chemical and Electronic Commodity Exchange.

Pada awalnya diperkirakan bahwa pencuriannya dapat mengakibatkan kerugian $ 50 juta dalam CME. Pada akhirnya, hakim mengeluarkan vonis yang lebih lunak dengan alasan bahwa estimasi kerugian awal terlalu tinggi. Ditambah dengan dalih Hakim bahwa Yang seharusnya memberikan kontribusi jangka panjang kepada masyarakat, termasuk komunitas Tiongkok.

Akan tetapi faktanya, sebagai perwakilan dari Front Bersatu, tujuan Yang dalam melayani komunitas Tiongkok hanya untuk membangun intelijen dan aset politik untuk Partai Komunis. (asr)

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan pandangan The Epoch Times. Artikel ini terbit di The Epochtimes dengan judul How Communist China Steals American Secrets and Endangers U.S. Security

Video Rekomendasi : 

Pejabat Elit Partai Atheis Percaya Fengsui Vena Naga Pegunungan Qinling (Bagian 1)

0

Wang Jingwen

Sejak 2003 sudah ada warga yang membangun vila di pegunungan Qinling, sampai 2012 media RRT mengungkap dikaki pegunungan Qinling telah dibangun lebih dari 300 vila. Pada 2014 Ketua PKT Xi Jinping baru saja menduduki jabatan tertinggi negara, langsung menurunkan perintah untuk membongkar rata vila-vila yang dibangun disana dan berturut-turut 6 kali perintah dikeluarkan, namun tidak digubris.

Pejabat setempat dari kota Xi An dan provinsi Shanxi, justru mengulur-ulur waktu untuk tidak melaksanakan perintah, akhirnya Xi amat marah, lalu mengutus Komite Disiplin Pusat langsung terjun ke daerah untuk menangkap sejumlah besar pejabat kota dan provinsi, akhirnya pada Agustus 2018 baru benar-benar pembongkaran bangunan itu dimulai.

Di kota Beijing, provinsi Guangzhou dan kota Hangzhou, juga banyak pejabat mendirikan vila dengan melanggar peraturan, namun mengapa Xi Jinping tidak mengeluarkan perintah menangkap mereka, melainkan khusus vila Qinling (dibaca: jin ling) yang ditangani? Mengapa pejabat di daerah (provinsi Shanxi) masih tetap berani mendirikan vila disana dengan mempertaruhkan jabatannya?

Karena Qinling ini sangat khusus, pegunungan Qinling senantiasa diagungkan sebagai Vena Naga bagi peradaban bangsa Tionghoa, sebagai tempat terpenting bagi eksistensi dan perkembangan Tiongkok.

Qinling Merupakan Vena Naga Peradaban Bangsa Tionghoa

Qinling sejak dahulu telah melahirkan banyak raja dan kaisar, disana merupakan tempat yang paling banyak didirikan dinasti dalam sejarah kuno Tiongkok.

Penyatuan Tiongkok untuk kali pertama dimulai dari Qinling, sebanyak 13 ibu kota dinasti dalam sejarah didirikan disana, dan sebanyak 73 kaisar juga telah dinobatkan di tempat itu. Mereka semua dimakamkan di provinsi Shanxi, diantaranya yang ternama adalah makam kaisar Qin Shihuang (dibaca: jin she huang), makam kaisar Tang Gaozong Li Zhi dan kaisar wanita Wu Zetian yang dimakamkan bersama di Qian Ling, dan lain-lainnya.

Demi mempertahankan fengshui Vena Naga Qinling, dalam menghadapi permasalahan vila liar para pejabat di daerah itu, beberapa tahun ini Xi Jinping sampai-sampai telah mengeluarkan 6 kali instruksi penyelidikan. (foto rekayasa Epoch Weekly)

Mengapa berbagai dinasti lebih suka mendirikan ibu kotanya di Qinling? Antara lain alasan yang terpenting adalah Qinling senantiasa diagungkan sebagai Vena Naga bagi peradaban bangsa Tionghoa.

Dari sudut pandang Fengshui, Vena Naga Qinling bermula dari gunung Kunlun, disebut sebagai Naga Tengah dari 3 besar Vena Naga Kunlun, maknanya sangat luar biasa.

Qinling berada dititik pusat peta Tiongkok, juga merupakan satu-satunya pegunungan yang melintang dari timur ke barat, justru karena keberadaannya yang telah memisahkan Tiongkok menjadi bagian selatan dan utara, barulah eksis sungai Qinchuan sepanjang 400 KM yang iklimnya ramah untuk pertanian, akhirnya terciptalah dinasti-dinasti yang makmur antara lain Dinasti Zhou, Qin, Han dan Tang.

Qinling tidak hanya merupakan satu diantara Vena Naga yang banyak terdapat di Tiongkok, melainkan adalah sebuah Vena Naga kaliber kaisar yang tak tertandingi dan yang paling agung. Vena Naga Qinling memiliki 2 buah ‘saluran darah’ Vena Naga yang terkuat yakni, Sungai Yangzi (Chang Jiang) dan Sungai Kuning (Huang He). Diatas Qinling, kedua sungai bertemu menjadi satu, terbentuklah sebuah energi dominan Vena Naga yang tiada tandingannya.

Qinling juga merupakan tempat kelahiran agama Tao, disini terdapat gunung Wu Dao, kitab suci taoisme “Daode Jing” ditulis Laozi disini, dari Hangu Guan (Lintasan Han Gu) menyebar keseluruh dunia.

Jiang Ziya (dibaca: ciang ze ya atau Jiang Shang, adalah ahli strategi Tiongkok kuno, terlahir 1128 SM, yang membantu Raja Wen dan Raja Wu dari Zhou menjatuhkan Dinasti Shang) juga mendapat pencerahan saat  memanjing dikaki gunung Qinling tatkala menunggu kedatangan Zhou Wenwang (Raja Wen dari Dinasti Zhou).

Selain dinasti Qin, Han dan Tang, dinasti zaman dahulu berawal di Qinling, perkembangan Partai Komunis Tiongkok (PKT) juga dimulai dari sini.

Di masa perang melawan Jepang, PKT bersembunyi menghimpun kekuatan di kota Yan An selama belasan tahun, meski terlunta-lunta tapi berkat Fengsui baik daerah Yan An membuat PKT berkembang pesat, baru kemudian setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 1945, mereka turun gunung dan memetik hasil dengan mengusir pemerintahan Partai Kuomintang (Nasionalis) yang telah kehabisan nafas melawan Jepang, ke Taiwan.

Pegunungan Qinling juga merupakan batas daerah Selatan dan Utara Tiongkok, utara Qinling disebut Beifang dan daerah selatan Qinling disebut Nanfang / daerah selatan (Tiongkok). Pengaruh Qinling terhadap kebudayaan Tiongkok juga sangat besar, selain tempat kelahiran agama Tao, banyak pepatah juga berhubungan erat dengan keberadaan Qinling,

Peribahasa mengatakan: ”Menyusuri 400 km sungai di Qinling, terdapat 100 ribu makam kuno”, begitu memasuki area gunung, sakali menancapkan sekop ke dalam tanah pasti terdapat sebuah makam kuno, makam siapakah?

Banyak sekali kaisar dan para kerabat maupun keturunannya dari berbagai dinasti Tiongkok, dimakamkan disitu. Karena dipercaya bahwa di tempat itu berkumpul energi Naga, maka banyak orang memilihnya sebagai makam keluarga, supaya keturunannya kelak mendapatkan kedudukan dan kemuliaan.

Alasan pemerintah membongkar vila-vila yang dibangun di Qinling adalah bangunan liar yang sangat merusak lingkungan ekologi, tentu secara resmi tidak berdalih adanya fengsui Vena Naga, namun sesungguhnya ilmu fengsui merupakan ilmu pengetahuan hasil eksplorasi tentang hubungan antara lingkungan alam dengan tempat tinggal manusia dari zaman kuno Tiongkok.

Ilmu pengetahuan Barat sekarang dari sudut pandang hubungan lingkungan dengan ilmu engineering sistem dari umat manusia juga telah mengakui bahwa prinsip-prinsip ilmu fengsui Tiongkok adalah masuk akal. (TYS/WHS/asr)

Bersambung

Artikel Ini Terbit di Epochweekly

Video Rekomendasi : 

Ini yang Perlu Diketahui Jelang Debat Kandidat Perdana Capres dan Cawapres

0

Epochtimes.id- Debat perdana kandidat Nomor Urut 01 dan 02 pasangan calon presiden dan wakil presiden kontestan di Pemilu Presiden 2019 akan mengikuti debat kandidat perdana di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/01/2019) mendatang.

Berikut fakta-fakta yang perlu diketahui :

1.Enam Segmen

Debat kandidat paslon capres dan cawapres ini disertai deengan enam segmen. Rinciannya, segmen pertama akan disampaikan visi misi dan program.

Sedangkan segmen kedua dan ketiga menjawab pertanyaan yang telah disusun para pakar/panelis.

Adapun segmen keempat dan kelima debat antar kandidat dengan pertanyaan yang saling diajukan paslon secara berimbang.

Segmen keenam adalah closing statement dari kedua paslon.

  1. Kisi-kisi Pertanyaan

Sebelum maju ke podium, pasangan capres dan cawapres telah menerima kisi-kisi pertanyaan. Akan tetapi, pasangan capres dan cawapres tak akan mengetahui tentang pertanyaan yang akan disampaikan kepada mereka.

KPU membantah keras telah memberikan bocoran pertanyaan. KPK menegaskan, hanya ingin mengembalikan tujuan utama kampanye, yaitu penyampaian visi, misi dan program kepada masyarakat, sehingga paham dan menggunakan referensi tersebut untuk pilihannya.

  1. Penonton di Ruangan Harus Undangan

Pasangan capres dan cawapres diperbolehkan membawa pendukung mereka untuk memasuki ruangan debat kandidat. Hanya saja dibatasi 100 orang. Itu pun mereka-mereka yang hadiri dengan membawa undangan resmi.

Undangan lainnya adalah penonton dari tokoh-tokoh masyarakat. Mereka nantinya akan diundang oleh KPU dengan menyesuaikan kapasitas  ruangan debat kandidat.

  1. Nobar Pendukung

KPU RI menyediakan layar lebar yang dipersiapkan kepada pendukung pasangan capres dan cawapres  di luar area. Pendukung paslon capres dan cawapres bisa menyaksikan kandidat pilihan mereka tanpa perlu memasuki area ruangan debat kandidat.

Berikut rinciannya :

Debat I

Waktu: 17 Januari 2019

Lokasi: Hotel Bidakara, Jakarta Selatan

Tema: Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme

Peserta: Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Lembaga penyiaran: Kompas TV, TVRI, RRI, dan RTV.

Debat II

Waktu: 17 Februari 2019

Lokasi: Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta

Tema: Energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, lingkungan hidup

Peserta: Calon presiden

Lembaga penyiaran: RCTI, GTV, MNC TV dan INews TV.

Debat III

Waktu: 17 Maret 2019

Lokasi: Hotel Sultan, Senayan, Jakarta

Tema: Pendidikan kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya

Peserta: Calon wakil presiden

Lembaga penyiaran: Trans TV, Trans 7 dan CNN Indonesia.

Debat IV

Waktu: 30 Maret 2019

Lokasi: Balai Sudirman, Jakarta

Tema: Ideologi, pemerintahan keamanan serta hubungan internasional

Peserta: Calon presiden

Lembaga penyiaran: Metro TV, SCTV dan Indosiar

Debat V

Waktu: Belum ditentukan

Lokasi: Hotel Bidakara, Jakarta

Tema: Ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.

Peserta: Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden

Lembaga penyiaran: tvOne, ANTV, Berita Satu TV dan NET TV

(asr)

Tahun 2018, Mengapa Tiongkok Kehilangan AS? (2)

0

He Qinglian

Bagi yang memahami hubungan RRT-AS selama tiga dekade terakhir akan mengetahui bahwa kelompok pemeluk panda (pro Komunsi Tiongkok) adalah kekuatan politik di dalam negeri AS yang selama ini memprakarsai hubungan RRT-AS. Realita dimana para pemeluk panda ini begitu peduli pada Tiongkok, selalu bersikap bersahabat pada Beijing, apakah motivasinya hanya semata karena mereka memiliki kesan baik terhadap Tiongkok? Tentu saja tidak.

Dalam Jangka Waktu Panjang Pemeluk Panda Mendorong Hubungan Baik AS-Tiongkok

Di Amerika, setidaknya ada empat kekuatan yang memengaruhi kebijakan Gedung Putih terhadap RRT:

Yang pertama adalah Departemen Keuangan dan Departemen Perdagangan terkait dua pertimbangan utama negara yakni hubungan ekonomi dan perdagangan (pendukungnya adalah kalangan moneter dan pengusaha perusahaan multi-nasional), yang mewakili kebutuhan akan kepentingan AS yang berada di depan mata.

Kedua, diwakili oleh Kemenlu AS, sejak diplomatik HAM di masa pemerintahan Clinton, yang selalu berharap lewat cara ‘interaksi, kerjasama, lobi, pengaruh’ dapat mengarahkan Republik Rakyat Tiongkok memasuki tatatan masyarakat Barat.

Kedua kekuatan di atas setelah tokoh utamanya lengser dari jabatan kenegaraan, tidak sedikit di antara mereka yang kemudian masuk ke berbagai wadah pemikir dan ‘tim pelobi K-Street’ — ini yang membentuk kekuatan ketiga.

Kissinger Associates, Inc. yang sangat dikenal masyarakat Tiongkok, didirikan oleh mantan Menlu AS Henry Alfred Kissinger, orang yang direkrutnya tidak sedikit adalah pejabat diplomatik yang telah pensiun, di antaranya termasuk mantan Dubes AS untuk RRT yakni J. Stapleton Roy, penasihat keamanan nasional Presiden Bush senior yakni Brent Scowcroft (yang kemudian mendirikan perusahaan konsultannya sendiri), mantan Menlu AS Lawrence Sidney Eagleburger dan lain sebagainya. Fenomena seperti ini di Amerika disebut sebagai ‘pintu putar’ (revolving door, Red.).

BACA JUGA :  Tahun 2018, Mengapa Tiongkok Kehilangan AS?

Kondisi di atas agak membaik setelah Trump menjadi presiden: tahun 2014, 16% dari senator yang telah pensiun memilih menjadi pelobi, sebanyak 13% menetap di Washington DC, dan 2% kembali ke domisilinya untuk menjadi pelobi. Karena di masa kampanye Trump telah berjanji akan “mengeringkan rawa Washington”, 5 tahun setelah pensiun, mantan pejabat AS tidak diperbolehkan bekerja sebagai pelobi (aturan sebelumnya 2 tahun), dan seumur hidup dilarang menjadi pelobi bagi pemerintah asing.

Senator yang pensiun di tahun 2016 yang memilih tetap tinggal di Washington DC hanya 5%, dan yang memilih pelobi turun hingga 8%, sementara yang kembali ke daerah asal menjadi pelobi hanya 3% — ini hanya sedikit mengusik keju dari kalangan pendiri dari kedua partai maupun pejabat pemerintahan, namun sempat memicu reaksi keras, inilah alasan kelompok elit dari kedua partai serempak berniat ‘menggulingkan’ Trump di tahun 2020 mendatang.

Demikian halnya pejabat tinggi pemerintahan, dari pemerintahan Presiden Bush junior, ada Menlu Condoleeza Rice, penasehat keamanan nasional Stephen Hadley dan juga Menhan Robert Gates segera mendirikan perusahaan setelah pensiun.

Seperti mantan ketua Komisi Alokasi Anggaran di DPR juga ketua Komisi Nasional Partai Republik setelah mundur dari jabatan mendaftarkan perusahaan pelobinya sendiri, lalu beralih melakukan pekerjaan melobi dengan mantan rekan kerja lama ataupun mantan bawahan mereka sendiri.

Ketiga kekuatan ini ditambah dengan tokoh kalangan bisnis yang berinisiatif bersinggungan dengan kebijakan, dan para “juluran tangan RRT” (China Hands, Red.) — China Hands termasuk pakar dari kalangan akademisi, pers, riset kebijakan dan pakar masalah Tiongkok dari institusi konsultan, mereka berinisiatif meningkatkan interaksi dengan Beijing untuk memengaruhi RRT, menerapkan ‘perubahan yang damai’, membuat ideologi RRT dan nilai universal. Termasuk sistem sosialnya menjadi mendekati Amerika Serikat, sehingga dapat mengurangi kemungkinan RRT akan memusuhi AS setelah menjadi kuat.

Kalangan ini dulunya dijuluki sebagai ‘kaum penghubung’ di masa pemerintahan Bush senior, lalu di masa pemerintahan Clinton dan Bush junior karena kelompok ini cenderung bersahabat dengn Beijing, sehingga dinamai ‘kalangan pemeluk panda’. Di masa jaya kelompok ini, bagi siapa yang mengkritik mereka, dipastikan akan menuai serangan gencar.

Tahun 2007, di forum “Far Eastern Economic Review” seorang ekonom sekaligus dosen ilmu sosial dari Hong Kong Science and Technology University bernama Carsten A. Holz pernah mempublikasikan artikel berjudul “Apakah Akademisi Yang Meneliti Tiongkok Telah Disuap?”, artikel itu menyebutkan, “Para akademisi yang melakukan riset terhadap Tiongkok, termasuk penulis sendiri, telah terbiasa mengambil hati PKT, terkadang secara disadari dengan jelas, terkadang tanpa disadari.

Motivasi melakukan ini adalah menyesuaikan dengan lingkungan tempat kita eksis ini, kita melakukan berbagai cara berikut ini untuk mengambil hati PKT: Seperti memberikan sejumlah topik riset atau tidak melakukan topik riset tertentu, melaporkan sejumlah fakta namun mengabaikan sejumlah fakta lainnya, bahasa yang kita gunakan, apa yang kita ajarkan, dan bagaimana kita mengajarkannya.”

Artikel ini telah menyinggung syaraf yang menyakitkan di kalangan peneliti Tiongkok global, saya pernah menyaksikan sendiri penulis tersebut dikecam dan dicemooh di forum diskusi China Scholar.

Trump Masuk Gedung Putih, Klan Pembunuh Naga Bermunculan

Kekuatan keempat adalah ‘blok pemboikot’ Beijing yang bertentangan dengan ‘kelompok penghubung’ tadi, kekuatan utama ini adalah paham konservatif baru yang bangkit di akhir tahun 1990an abad lalu yang menamai diri ‘foreign policy community’, awalnya hanya pertemuan sebatas 7-8 orang teman yang sepaham saja yang membahas masalah negara, kemudian berkembang menjadi ‘kelompok elit’ yang terdiri dari 40 orang.

Mereka tidak memiliki wadah organisasi yang resmi, karena tidak ada aturan dan keanggotaan yang resmi, juga tidak ada institusi dan pemimpin, namun justru memiliki wacana dan pengaruh yang jelas.

Wacananya sangat jelas, yakni berniat ‘mengembalikan ke jalan yang benar’ diplomatik luar negeri AS yang telah ‘kehilangan arahnya’ sejak berakhirnya Perang Dingin, khususnya dengan fokus ‘memperbaiki’ kebijakan Amerika Serikat terhadap RRT.

Kalangan ini kemudian dikenal sebagai ‘klan pembunuh naga’. Dan hingga masa pemerintahan kedua Presiden Bush junior, ada yang yang merasa melambangkan Tiongkok dengan naga terkesan terlalu sadis, sehingga diubah menjadi sebutan ‘kelompok penghardik panda’.

Selama Bush junior berkuasa, sekelompok tokoh kalangan ‘Hawkish (garis keras)’ masuk ke pemerintahan dan menjadi pejabat senior.  Namun karena adanya ‘kelompok penghubung’ dan arus utama selama bertahun-tahun dikuasai oleh kaum ‘pelobi RRT’ yang telah berurat akar sekian lama di kalangan berkuasa maupun kalangan oposisi, ditambah lagi adanya National Committee on US-China Relationships yang dibentuk sejak tahun 1966 yang mayoritas anggotanya adalah kaum pemeluk panda, maka Presiden Bush junior hanya bisa menempuh kebijakan tidak berpihak ‘melindungi panda’.

Selama 40 hari setelah pilpres tahun 2016, bertempat di kantor pusat PBB di New York, Komite Nasional Hubungan AS-RRT mengadakan perayaan susulan atas 50 tahun berdirinya komisi tersebut.

Disebut ‘susulan’ karena komisi itu dibentuk Juni 1966, kegiatan perayaan seharusnya diadakan di bulan Juni. Tapi diundur hingga 15 Desember baru dirayakan secara susulan, tentunya berniat unjuk kekuasaan politiknya di hadapan Presiden Trump.

Media massa RRT pun bergembar-gembor soal kegiatan ini, situasi perayaan pun dideskripsikan gegap gempita dan kaya corak warna: saat Ketua umum Komnas Hubungan AS-RRT yakni Stephen A. Orlins berpidato di hadapan 500 orang tamu undangan, dengan Bahasa Mandarin yang baku ia membacakan kutipan kata-kata Mao Zedong: “Saat kamerad kita dikala kesulitan harus melihat prestasi, harus melihat cahaya dan harus meningkatkan keberanian kita.”

Media massa AS mengatakan, tepuk tangan tamu undangan menunjukkan mereka telah memahami makna terselubung dari pidato ketua komnas, juga merefleksikan tekanan yang dihadapi dalam hubungan AS-RRT, dan berulang kali memberitakan pernyataan Kissinger “satu Tiongkok” dari berbagai sudut pandang berbeda.

Jaringan media resmi RRT Global Network di tahun 2018 kembali mengungkit peristiwa lama ini, yang tentunya sangat berharap para pemeluk panda dapat kembali ke pentas politik mengembalikan persahabatan RRT-AS.

Sejak Trump masuk ke Gedung Putih, klan pembunuh naga pun mulai unjuk taring, Navarro yang kini menjabat sebagai ajudan presiden merangkap penasehat perdagangan disebut sebagai ‘Hawkish di antara para Hawkish’, penasehat keamanan nasional John R. Bolton adalah seorang tipikal patriot Amerika, yang tak hanya memandang Partai Komunis Tiongkok (PKT) sebagai ancaman besar yang lebih berbahaya daripada Rusia, tapi juga kerap mengkritik PBB.

Tokoh seperti ini setelah bergabung dengan tim Gedung Putih, telah memberikan sinyal yang sangat jelas bagi seluruh wadah pemikir di Washington DC, klan pembunuh naga telah bermunculan.

Setelah lebih setahun persiapannya, baru ada belasan laporan yang menyerang RRT bertubi-tubi, mulai dari anti-spionase sampai anti-penyusupan, tidak ada yang luput, kelompok pemeluk panda menghadapi kesulitan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dan dipaksa bungkam.

Totalitarian PKT Yang Nyata Membuat Pemeluk Panda Kehilangan Alasan

Kesulitan para pemeluk panda ini jika ditelusuri adalah disebabkan oleh Komunis Tiongkok sendiri. Selama jangka waktu panjang pemeluk panda telah bersahabat dengan RRT bahkan “Laporan Cox” yang anti-spionase ekonomi di tahun 1998 berhasil mereka peti-eskan, dan memenangkan waktu 20 tahun bagi RRT untuk mengadakan “Thousand Talents Program” dan mencuri kekayaan intelektual AS, karena alasannya hanya satu: yakni dengan mendorong pertumbuhan ekonomi RRT, membawa RRT memasuki tatanan dunia internasional, mewujudkan demokrasi, dan menjadi negara besar yang bertanggungjawab.

Alasan ini sejak awal di masa pemerintahan Hu Jintao telah disangkal (oleh Hu) dengan ‘anti-Revolusi Warna’ dan ‘Lima Penolakan’, namun Obama dan para pemeluk panda menutup sebelah mata atas hal ini.

Di masa kekuasaannya Xi Jinping menerapkan menjunjung Mao dan menekan Deng, memperkuat kediktatoran di berbagai sektor, membuat para pemeluk panda pun kehilangan alasan untuk membela RRT yang semakin merah itu.

Dalam program “First 100 Days” Trump secara jelas mengemukakan akan “mengeringkan rawa Washington”, berbagai laporan satu persatu dipublikasikan, pekerjaan anti-spionase dengan menumpas para perwakilan negara asing telah masuk dalam agenda kerja pemerintah AS, dalam waktu hampir satu setengah tahun, kalangan berkuasa maupun oposisi di Amerika Serikat akhirnya sepakat dalam hal permasalahan Tiongkok:

Pertama, seluruh kalangan AS telah meninjau kebijakan terhadap RRT selama ini dan mengakui selama beberapa dekade kebijakan AS terhadap RRT telah gagal total;

Kedua, mengakui RRT sebagai lawan yang paling kuat dan paling menakutkan sepanjang sejarah modern Amerika yang tengah dihadapi saat ini. Senator Rubio memandang RRT sebagai lawan paling besar bagi AS semenjak berdirinya Amerika Serikat, inilah pernyataan yang merepresentasikan pandangan ini. Oleh sebab itu AS harus mengambil tindakan, jika tidak akan kalah melawan kompetisi strategis dari RRT.

Dan ketiga, AS tidak tidak perlu melepaskan kebijakan berinteraksi dengan RRT.  Namun harus menggunakan cara-cara boikot, menghukum bahkan membalas, agar dapat membentuk perilaku RRT dan memaksa RRT untuk berubah. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=8upq6ZW3sYQ

Genjot Ekspor di Awal Tahun 2019, Mendag Pimpin Kunjungan Kerja ke Amerika Serikat

0

Epochtimes.id- Mengawali   tahun   2019,  Menteri  Perdagangan  Enggartiasto  Lukita memimpin delegasi Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada 14—19 Januari 2019.

Kunjungan kerja ini merupakan salah satu langkah awal untuk  meningkatkan kinerja  ekspor nasional di tengah kondisi ekonomi dunia yang tahun ini diprediksi melambat.

“Kunjungan  kerja  ke  AS  ini  merupakan  salah  satu  strategi  yang  dilakukan  untuk  mencapai  ekspor nonmigas yang ditargetkan naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu, atau sebesar USD 175,9 miliar. Upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor harus dilakukan sedini dan semaksimal mungkin di tengah kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global,” jelas Mendag dalam siaran pers Kemendag.

Tahun  ini,  ekspor  nonmigas  ditargetkan  naik  menjadi  USD  175,9  miliar  dibandingkan  tahun  lalu. Neraca  perdagangan  nonmigas  tercatat  surplus  sebesar  USD  4,64  miliar  pada  Januari—November 2018. Dalam periode tersebut, ekspor secara keseluruhan tumbuh positif sebesar 7,7 persen dengan nilai ekspor migas sebesar USD 15,65 miliar dan ekspor nonmigas USD 150,14 miliar.

Kunjungan kerja ini, Mendag dijadwalkan melakukan sejumlah pertemuan, salah satunya yaitu pertemuan  bilateral  dengan  Duta  Besar  Perwakilan  Perdagangan  AS  (USTR  Ambassador)  Robert Lighthizer   guna   menindaklanjuti   pemberian   tarif   preferensial   yaitu   sistem   preferensi   umum (Generalized  System  of Preferences/GSP).  Sebanyak  3.546  produk  Indonesia  diberikan  fasilitas  GSP berupa eliminasi tarif hingga 0 persen.

Dalam  tujuh  bulan  terakhir,  Pemerintah  Indonesia  telah  melakukan  komunikasi  dan  koordinasi intensif  dengan  AS  agar  status  Indonesia  dapat  tetap  dipertahankan  di  bawah  skema  GSP,  karena program ini memberi manfaat baik kepada eksportir Indonesia maupun importir AS yang mendapat pasokan produk yang dibutuhkan.

Pada Oktober 2017, Pemerintah AS melalui USTR mengeluarkan Peninjauan Kembali Penerapan GSP Negara (CPR) terhadap 25 negara penerima GSP, dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Pada 13 April 2018,  USTR  secara  eksplisit  menyebutkan  akan  melakukan  peninjauan  pemberian  GSP  kepada Indonesia, India, dan Kazakhstan. Hal ini tertuang dalam Federal Register Vol. 83, No. 82.   Pada 30 Mei 2018, AS juga mengumumkan akan melakukan peninjauan GSP terhadap Thailand.

Mendag   juga  dijadwalkan  bertemu  dengan   CEO  Kamar  Dagang   dan   Industri  (Kadin)   AS   Tom Donohue, dan para pelaku usaha AS, antara lain yang bergerak di sektor alas kaki dan garmen; serta pertemuan dengan para calon investor potensial.

Selain itu, Mendag juga akan menghadiri seminar mengenai  kelapa  sawit,  menghadiri  forum  bisnis,  dan  membuka  penjajakan  kesepakatan  bisnis (business matching).

Kunjungan kerja ke AS tidak hanya diisi dengan pertemuan formal di AS, namun juga diikuti dengan penjualan  secara  langsung  melalui  misi  dagang.  Menurut  Mendag,  hal  ini  dimaksudkan  untuk memaksimalkan hasil kunjungan kerja.

“Dengan forum bisnis dan business matching, diharapkan para pengusaha dapat bertransaksi secara langsung  dan  membangun  bisnisnya  sehingga  nantinya  dapat  meningkatkan  kinerja  perdagangan kedua negara,” imbuh Mendag.

Sebanyak  15  pengusaha  akan  turut  dalam  misi  dagang  kali  ini.  Pelaku  usaha  tersebut  bergerak  di sektor kelapa sawit, alumunium dan baja, hasil laut, kedelai dan gandum, kapas dan tekstil, kopi, ban mobil,   emas   dan   perhiasan,   serta   daging   sapi.

Selain   itu,   turut   serta  Badan  Pengelola   Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Indonesia Biofuels Producers Association (APROBI-IBPA), dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).

Total perdagangan Indonesia-AS  mencapai USD  25,92 miliar,  surplus  untuk  Indonesia  sebesar USD 9,7  miliar.

Total  perdagangan  dalam  lima  tahun  terakhir  menunjukkan  tren  positif  sebesar  0,39%. Pada tahun 2017, AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-2 setelah China dengan nilai USD 17,1 miliar. Produk ekspor utama Indonesia ke AS, antara lain udang; karet alam; alas kaki; ban, dan pakaian wanita.

Sementara dari segi impor, AS menjadi  negara sumber impor nonmigas ke-5 bagi Indonesia senilai USD 7,7 miliar. Produk impor utama Indonesia  dari AS, antara  lain kacang kedelai, kapas, gandum, residu pabrik tepung dan limbah makanan, serta makanan olahan untuk hewan. (asr)

Gunung Ibu di Maluku Utara Meletus, Status Tetap Waspada

0

Epochtimes.id- Gunung Ibu yang berada di Halmahera Barat, Maluku Utara meletus pada 12/1/2019 pukul 17.12 WIT.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Ibu PVMBG, tinggi letusan 800 meter dari puncak kawah. Kolom abu vulkanik condong ke arah selatan.

Status tetap Waspada (level 2). Rekomendasi masyarakat dan pendaki tidak boleh melakukan aktivitas di dalam radius 2 km dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.

Menurut Sutopo, masyarakat belum perlu mengungsi karena berada di luar zona berbahaya. Masyarakat telah memahami letusan ini dan tidak panik. “Sebab hampir setiap hari terjadi letusan Gunung Ibu,” ujarnya.

Sejak 3 bulan terakhir Gunung Ibu hampir setiap hari meletus. Bahkan pada (10/1/2019) Gunung Ibu meletus 80 kali kejadian, guguran 18 kali kejadian dan hembusan 64 kali kejadian. Namanya gunungapi aktif meski status Waspada dapat meletus setiap saat. Yang penting masyarakat berada di zona aman.

Sementara itu Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan adanya penurunan jumlah letusan per harinya.

Pada (12/1/2019) pukul 06.00 – 12.00 WIB, terjadi 4 kali letusan. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50-100 meter dari puncak kawah.

PVMBG terus memantau aktivitas gunungapi. Masyarakat hendaknya selalu mentaati rekomendasi PVMBG karena PVMBG adalah lembaga resmi yang berwenang memantau dan memberikan peringatan dini terkait aktivitas gunungapi di Indonesia. (asr)

Eksekutif Huawei Ditangkap Otoritas Polandia Karena Terlibat Kegiatan Spionase

0

oleh Zhang Ting

Media Polandia pada Jumat (11/1/2019) melaporkan bahwa pemerintah Polandia telah menangkap seorang warga Polandia pakar bisnis jaringan internet bersama seorang eksekutif penjualan perusahaan raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei.

Keduanya diduga terlibat dalam kegiatan spionase untuk kepentingan Partai Komunis Tiongkok. Pihak berwenang Polandia telah menggeledah kantor lokal Huawei.

BBC melaporkan bahwa stasiun televisi publik Polandia TVP menyebutkan bahwa eksekutif senior Huawei yang ditangkap itu bernama Weijing W. Ia adalah manajer penjualan Huawei di Polandia. Sedangkan warga Polandia yang ditangkap dikonfirmasi bernama Piotr D.

Kejadian ini telah memperparah perhatian negara-negara Barat terhadap produsen peralatan telekomunikasi Tiongkok.

Reuters mengutip laporan TVP memberitakan bahwa Kementerian Keamanan Polandia pada hari Jumat telah melakukan penggeledahan terhadap kantor Huawei di Polandia dan kantor  operator telekomunikasi ‘Orange’ di Polandia.

Laporan TVP menyebutkan bahwa orang Polandia yang ditangkap itu adalah mantan agen keamanan Polandia. Agensi bersangkutan tidak segera menanggapi permintaan komentar dari TVP.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Badan Keamanan Nasional Polandia menangkap kedua pria itu pada pagi hari 8 Januari sesuai dengan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pencegahan Kejahatan Terorganisir Polandia. Keduanya dituduh melakukan spionase untuk kepentingan dinas intelijen Tiongkok.

Perusahaan ‘Orange’ dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa Badan Keamanan Polandia mengumpulkan materi yang terkait dengan seorang karyawan pada 8 Januari. Namun, pernyataan tidak mengungkapkan nama karyawan tersebut.

Pernyataan juga mengatakan bahwa perusahaan tidak tahu apakah penyelidikan itu terkait dengan pekerjaan profesional karyawan tersebut, tetapi perusahaan akan terus bekerja sama dengan pihak berwenang untuk membantu mengungkap masalahnya.

Wall Street Journal mengutip laporan media pemerintah Polandia memberitakan bahwa Piotr D. juga bekerja untuk perusahaan Orange.

Menurut Reuters, Huawei dalam sebuah pernyataannya menyebutkan bahwa mereka sudah tahu tentang masalah ini. “Kami sedang mempelajarinya, sehingga belum bersedia memberikan komentar” tegasnya.

Maciej Wasik, Wakil Direktur Layanan Khusus Polandia mengatakan kepada kantor berita nasional Polandia PAP bahwa, warga Tiongkok itu bekerja untuk sebuah perusahaan telekomunikasi besar, dan warga Polandia tersebut namanya cukup tersohor di kalangan layanan jaringan internet.

Weijing W. Pernah bekerja di Kantor Konsulat Tiongkok

Menurut berita dari media Polandia, setelah lulus dari Universitas Peking jurusan bahasa asing Polandia, Weijing W. kemudian bekerja di kantor Konsulat Tiongkok di kota Gdansk, Polandia.

Weijing W. telah bekerja untuk Huawei sejak tahun 2011. Kemudian diangkat menjadi eksekutif Huawei di Poland pada tahun 2017 dan bertanggung jawab terhadap penjualan produk Huawei untuk sektor publik.

Wall Street Journal mengutip ucapan orang yang mengenal Weijin W. menyebutkan bahwa ia adalah tokoh yang cukup terkenal di komunitas bisnis lokal dan sering muncul dalam berbagai kegiatan yang disponsori oleh Huawei di Polandia. Dia juga mahir berbahasa Polandia.

Wall Street Journal menemukan bahwa sebelum Weijing W. diangkat menjadi eksekutif di penjualan, ia memegang bagian hubungan masyarakat Huawei di Polandia.

Wakil Direktur Layanan Khusus Polandia Maciej Wasik mengatakan, sebagai mantan agen keamanan Polandia, ia memiliki akses ke informasi penting, termasuk sistem internal pemerintah yang memungkinkan informasi rahasia dikomunikasikan kepada orang-orang paling penting di negara ini.

Maciej Wasik mengatakan, karena pihak berwenang sedang melakukan investigasi, kedua orang tersangka tersebut akan ditahan selama tiga bulan.

Sejumlah laporan media mengatakan bahwa jika terbukti bersalah, mereka bisa menghadapi hukuman penjara hingga sepuluh tahun.

Sebelumnya, kepala petugas keuangan Huawei Meng Wanzhou ditangkap di Kanada pada 1 Desember 2018 dan sempat menarik perhatian masyarakat internasional.

Selama ini Badan intelijen AS terus menyebutkan bahwa ada hubungan yang dekat antara Huawei dengan pemerintah Tiongkok yang berarti bahwa peralatan yang diproduksi oleh perusahaan tersebut mungkin saja memiliki ‘pintu belakang’ yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan spionase.

Komite Intelijen Dewan Perwakilan Amerika Serikat dalam laporan yang dikeluarkan pada tahun 2012 telah memperingatkan bahwa, Huawei menyediakan layanan jaringan internet khusus untuk agen perang cyber elit Partai Komunis Tiongkok. Peralatan Huawei dapat digunakan untuk memantau orang Amerika atau membuat jaringan telekomunikasi AS tidak bekerja secara stabil.

Badan intelijen Australia menemukan bahwa PKT meminta Huawei untuk menyerahkan informasi login pada peralatan jaringan yang mereka jual ke negara/orang lain.

Banyak negara menolak penggunaan layanan Huawei karena risiko keamanan

Peralatan dan layanan Huawei semakin menimbulkan kekhawatiran di banyak negara. Amerika Serikat pertama kali mengusulkan untuk melarang pemerintah membeli produk dan layanan dari produsen alat telekomunikasi Tiongkok ZTE dan Huawei.

Pada bulan Agustus tahun lalu, Australia secara resmi melarang Huawei dan ZTE memasuki proyek 5G negara itu dengan alasan keamanan nasional.

Bulan September lalu, ‘Economic Times of India’ melaporkan bahwa Kementerian Telekomunikasi India telah menolak kedua perusahaan komunikasi Tiongkok Huawei dan ZTE untuk ikut serta dalam percobaan dan kerja sama pada jaringan 5G India.

‘The Korea Times’ juga melaporkan bahwa SK Telecom, operator jaringan nirkabel terbesar di Korea Selatan pada 15 September tahun lalu mengumumkan bahwa mereka telah memilih Samsung Electronics, Ericsson dan Nokia sebagai perusahaan yang dipilih untuk memberikan penawaran atas peralatan 5G.

‘Nihon Keizai Shimbun’ pada 28 November tahun lalu telah memberitakan bahwa pemerintah Selandia Baru telah menolak rencana perusahaan domestik untuk mengadopsi teknologi 5G dari Huawei.

Pada 10 Desember tahun lalu, pemerintah Jepang secara resmi mengeluarkan produk-produk Huawei dan ZTE dari daftar pengadaan internal pemerintah. Sebelumnya, pemerintah Jepang membuka peralatan buatan Huawei dan menemukan ada ‘suku cadang’ yang dipasang berlebihan.

British Telecom, perusahaan telekomunikasi terbesar di Inggris memutuskan untuk mengeluarkan Huawei dari urusan jaringan 5G dan melepas semua peralatan Huawei dari jaringan seluler 4G perusahaan.

Pemerintah Prancis sedang melakukan revisi undang-undang dan peraturan pengawasan untuk menggeser Huawei dari beberapa proyek infrastruktur negara tersebut.

Stephane Richard, CEO perusahaan Orange, sebuah operator telekomunikasi terbesar Prancis pada 15 Desember tahun lalu mengatakan bahwa perusahaan tidak akan menggunakan peralatan Huawei untuk jaringan 5G-nya karena pihak berwenang Prancis menuntut kehati-hatian.

Huawei juga menghadapi rintangan yang cukup berat di Jerman. Deutsche Telekom, perusahaan telekomunikasi terbesar di Eropa baru-baru ini mengatakan bahwa perusahaanya  sedang meninjau ulang mengenai strategi pemasokan produk untuk jaringan yang digunakan. (Sin/asr)

https://www.youtube.com/watch?v=n94fJ9r_ftA

Tiongkok Berencana Kurangi Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini

0

oleh Zhang Ting

Reuters mengutip sumber resmi Partai Komunis Tiongkok pada Jumat (11 Januari) melaporkan bahwa menghadapi pelemahan permintaan domestik dan kenaikan tarif Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu, pemerintah Tiongkok berencana mengurangi target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dari target 6,5 % menjadi 6 ~ 6,5 %, yang kepastiannya akan diumumkankan dalam bulan Maret mendatang.

Tiongkok berencana untuk mengurangi target pertumbuhan ekonomi tahun 2019

Reuters mengutip ungkapan yang disampaikan oleh 4 orang sumber peserta Konferensi Kerja Ekonomi Pusat yang diadakan pada bulan Desember tahun lalu. Laporan memberitakan pada Jumat (11 Januari) tetnang usulan penurunan target pertumbuhan ekonomi tahun 2019. Laporan ini telah mendapat persetujuan dari pimpinan puncak Partai Komunis Tiongkok dalam  pertemuan tertutup yang diadakan pada bulan Desember tahun lalu. Kini angka barunya secara resmi akan diumumkan melalui Dwi Konferensi pada bulan Maret mendatang.

Dari data yang akan dirilis akhir bulan ini dapat kita lihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2018 diperkirakan sekitar 6,6%, yang merupakan tingkat pertumbuhan terendah sejak tahun 1990.

Analis memperkirakan bahwa jika langkah-langkah pendukung belum bisa diberlakukan, maka ekonomi Tiongkok akan kehilangan lebih banyak momentum pada tahun ini.

“(Tahun ini) tingkat pertumbuhan tahun ini sulit untuk mencapai lebih dari 6,5 %, jika kurang dari 6% mungkin akan timbul masalah” kata seorang sumber.

Menurut sumber dalam lingkungan pengambilan keputusan bahwa, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sedang melemah, perang dagang Tiongkok – AS memaksa adanya PHK berskala besar, semua ini adalah faktor yang harus dipertimbangkan oleh para pemimpin Tiongkok.

“Mengingat lapangan kerja, pendapatan, dan stabilitas, tingkat pertumbuhan ekonomi kita tahun ini harus mencapai setidak-tidaknya 6 %” kata salah seorang sumber.

Laporan itu menyebutkan bahwa mengingat banyaknya ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang, menggunakan interval sebagai target pertumbuhan ekonomi akan memberikan ruang manuver bagi pengambilan keputusan. Baik Amerika Serikat dan Tiongkok saat ini berusaha untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang dapat menyelesaikan perbedaan yang ada antar kedua negara sebelum bulan Maret.

Kantor Pemberitaan Dewan Negara Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan Reuters.

Melemahnya ekonomi Tiongkok telah menurunkan perkiraan PDB Tiongkok tahun 2019

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah mendorong semua pihak untuk memangkas ekspektasi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2019.

Kantor Manajemen Investasi UBS Tiongkok pada 5 Januari lalu mengumumkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok akan menurun dari 6,5 % tahun 2018 menjadi 6,1 %. Perkiraan lembaga think tank Tiongkok, yakni Institut Riset Ekonomi Akademi Ilmu Sosial Tiongkok bahkan lebih pesimistis jika dibandingkan dengan perkiraan UBS.

Akademi Ilmu Sosial Tiongkok mengutip Liu Shangxi, presiden Akademi Ilmu Fiskal Tiongkok mengatakan bahwa situasi ekonomi Tiongkok tahun 2019 dipastikan akan lebih buruk dari tahun 2018. Meskipun untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang 6 % tidak menjadi masalah. tetapi tren penurunan ini akan berlanjut hingga 2019.

Taimur Baig, kepala ekonom DBS Research mengatakan pada 8 Januari bahwa DBS memperkirakan tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok saat ini lebih rendah dari 6 % sebab permintaan domestik melemah.

Para ahli pesimis dengan upaya Bank Sentral mengucurkan dana untuk merangsang pertumbuhan

Untuk menghalangi penurunan pertumbuhan ekonomi, Bank Sentral Tiongkok pada 4 Januari mengatakan rencana pemangkasan rasio cadangan deposito (RRR) lembaga keuangan sebesar 1 % yang implementasinya dibagi dalam dua tahap masing-masing 0,5 % yakni pada 15 Januari dan 25 Januari 2019. Langkah tersebut dapat diartikan sebagai pengucuran dana untuk menunjang perputaran ekonomi Tiongkok yang jumlahnya sekitar 1,5 triliun yuan (+/- USD.218 miliar).

The Financial Times pada 7 Januari menerbitkan sebuah artikel tulisan Xu Jin, editor utama saluran keuangan media tersebut yang menyebutkan bahwa sejak musim panas tahun 2018, otoritas Tiongkok telah mengambil serangkaian langkah stimulus fiskal dan moneter, tetapi survei terbaru terhadap pabrik-pabrik Tiongkok menunjukkan bahwa bidang manufaktur Tiongkok selain tidak berkembang malahan sedang menyusut.

Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) bulan Desember yang baru dirilis pihak berwenang Tiongkok menunjukkan angka di bawah batas 50 yakni 49,4 yang menandakan bahwa sedang terjadi kontraksi dalam siklus bisnis Tiongkok.

Angka tersebut merupakan yang terendah selama 34 bulan terakhir, dan lebih rendah dari ekspektasi pasar sebelumnya. Ini adalah data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus melambat.

The Financial Times menanggapi langkah Bank Sentral Tiongkok memangkas rasio cadangan deposito sebagai upaya melonggarkan likuiditas mengatakan bahwa, jika dari perspektif merangsang ekonomi, hasilnya mungkin tidak besar. Karena peluru untuk merangsang telah habis terpakai di masa lalu.

Kebijakan pelonggaran tidak selalu efektif, dan para bankir yang mencetak uang atau bank sentral tidak adikuasa. Alasannya sangat sederhana, jika mencetak uang kertas itu efektif, negara mana yang tidak bisa mencetak uang ? Premis untuk mencetak uang adalah vitalitas ekonomi itu sendiri.

Laporan tersebut percaya bahwa dengan melihat situasi ekonomi Tiongkok saat ini, ketika operasi perusahaan menghadapi banyak kesulitan, tekanan pada jaminan sosial pajak begitu tinggi sehingga bahkan lingkungan moneter yang longgar tidak dapat merangsang permintaan investasi untuk perusahaan.

The Wall Street Journal memberitakan bahwa kebijakan pelonggaran likuiditas sebelumnya yang berlangsung selama 9 bulan telah menunjukkan hasil yang tidak optimal, sehingga dapat diperkirakan bahwa pengulangan langkah ini sekarang juga tidak akan membawa hasil yang menggembirakan.

Laporan menyebutkan, jika Bank of China (bank sentral) kembali melonggarkan pemberian pinjaman, debiturnya tak lain adalah lembaga-lembaga keuangan dan institusi milik pemerintah, bukanlah perusahaan-perusahaan swasta yang memang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi sedang kekurangan dana perputaran. (Sin/asr)

Kim Jong-Un Intens Kunjungi Beijing, Adakah Variabel Perundingan AS-Tiongkok-Korut?

0

Tang Hao

“Kim Jong-Un diam-diam berkunjung ke RRT?” Tanggal 7 Januari, sejumlah media massa internasional memberitakan, serangkaian gerbong KA yang mengangkut pejabat tinggi Korut melaju masuk ke perbatasan Tiongkok, sepanjang jalan penjagaan pun sangat ketat, tak lama kemudian media massa PKT maupun Korut membenarkan informasi tersebut, hal ini menjadi sorotan seluruh dunia, juga membuat dunia kembali fokus pada apakah kemungkinan timbul variabel.pada perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut?

Walaupun pasca perundingan Trump-Kim yang lalu, pihak Korut secara berangsur mengembalikan sisa jasad tentara AS korban Perang Korea dan menghancurkan fasilitas uji coba rudal dan lain-lain, namun Korut belum melakukan tindakan konkrit yang sesuai dengan CVID denuklirisasi.

Banyak laporan menunjukkan, bahwa diam-diam Korut masih terus mengembangkan senjata nuklirnya, menuai kritik masyarakat internasional yang meragukan komitmen Korut.

Tapi sejak paruh akhir tahun lalu lewat media resminya, Korut telah bergembar-gembor kepada AS bahwa menyatakan pihaknya telah melakukan banyak kompromi. AS seharusnya mencabut sanksi ekonomi, betul-betul telah menampakkan muka tebal rezim komunis yang suka membual.

AS pun bergeming atas kepongahan Korut ini. Hingga Desember tahun lalu, pihak AS tiba-tiba mengumumkan pemberlakukan sanksi terhadap pejabat tinggi Korut yang merupakan orang kepercayaan Kim Jong-Un, yakni Choe Ryong-Hae dan 2 orang pejabat tinggi lainnya, aset mereka di AS telah dibekukan, sebagai peringatan terhadap pejabat Korut yang menindas rakyat, hal ini sangat mengejutkan pihak Korut.

Di hari tahun baru lalu, Kim Jong-Un menyampaikan pidato di televisi, dengan sikap yang kembali melunak. Kim Jong-Un menyatakan tekad Korut untuk melakukan denuklirisasi, setiap saat ia juga bersiap untuk bertemu lagi dengan Trump, namun ia juga menekankan, jika AS salah menafsir kesabaran Korut dan tetap memberlakukan sanksi, maka pihak Korut juga akan menempuh jalan lain.

Faktanya, pidato Kim Jong-Un kali ini justru menampakkan tujuan dan tuntutannya yang sebenarnya, termasuk: mencabut sanksi ekonomi dan Korut butuh bergegas mengembangkan ekonomi, serta menuntut AS-Korsel menghentikan latihan perang.

Yang lebih krusial adalah, Kim Jong-Un pada dasarnya mungkin tidak pernah berniat melucuti senjata nuklir, ‘denuklirisasi’ hanya sebagai kartu as agar bisa tarik ulur dalam negosiasi dengan AS; lalu dengan alasan demi ‘perdamaian di Semenanjung Korea.’ Menuntut Presiden Korsel Moon Jae-In agar menghentikan latihan perang dengan AS, pada akhirnya memaksa AS keluar dari Semenanjung Korea.

Kim Jong-Un Lontarkan Senjata Rahasia, Trump Hadapi Dengan Seni Negosiasi

Terhadap jurus Kim Jong-Un melemparkan senjata rahasia ini, Trump juga menangkisnya dengan Teknik seni perundingannya. Patut diperhatikan belum lama ini baik dalam perundingan denuklirisasi dengan Korut maupun dalam perundingan dagang dengan PKT, Trump secara terbuka bersikap bersahabat dan lapang dada serta menunjukkan perkembangan yang baik.

Di satu sisi menunjukkan bahwa AS penuh keyakinan dan berada di atas angin, di luar ajang perundingan membantu negosiasi dengan ‘momentum’; di sisi lain berniat menjaga ‘harga diri’ Kim Jong-Un dan Xi Jinping, menunjukkan itikad baik pada mereka, mempererat hubungan kedua pihak, agar dapat ‘melincinkan’ proses perundingan.

Akan tetapi, Trump tidak hanya menangkis serangan balik, ia juga mengeluarkan jurus dengan niat baik. Kembali Trump mengemukakan janjinya akan membantu Korut mengembangkan ekonomi bila Korut melucuti senjata nuklirnya, AS akan memberikan buah manis pertumbuhan ekonomi bagi Korut.

Menghadapi Korut yang selalu ‘bermain kartu nuklir’, Trump pun mengeluarkan ‘kartu ekonomi’ secara menyeluruh sebagai penangkis.

Di satu sisi menjatuhkan ekonomi sebagai tekanan untuk memaksa Korut men-denuklirisasi secara damai; di sisi lain untuk memotivasi Korut, ekonomi akan dibangkitkan agar mempercepat Korut denuklirisasi. Ekonomi, bisa dibilang merupakan kapak perang Trump dalam menghadapi rezim komunis dan rezim berandal.

PKT Lindungi Korut Berapa Pun Harga Yang Dibayar

Walaupun PKT berpura-pura saling independent dengan Korut, kenyataannya selama ini PKT diam-diam masih membantu dan mendukung Korut. Tujuannya agar rezim Korut menjadi tabir pelindung strategis di wilayah Asia Timur Laut bagi PKT, menjadi kartu as bagi PKT agar dapat menaikkan pamor dan hak suara diplomatik di atas pentas internasional.

Sekarang, PKT dan Korut kembali intens dan terang-terangan berkomunikasi, apakah menandakan duet PKT-Korut akan kembali ditampilkan pada pentas dunia? Apakah akan berdampak pada perang dagang AS-RRT dan negosiasi denuklirisasi Korut?

Ataukah, PKT dan Korut memilih momentum ini berhubungan secara instens, setelah mempertimbangkan pemerintah Trump saat ini tengah mengalami tekanan keras dari kaum oposisi di Kongres, dan akan segera mengalami tekanan menjabat kembali dalam pilpres mendatang. Sangat mungkin Trump akan terpecah perhatiannya, sehingga PKT dan Korut pun kembali berkonspirasi bersatu menjepit AS.

Hanya saja, PKT dan Korut sebaiknya tidak meremehkan, Trump tetap seorang Trump, keteguhannya menghadapi perjuangan melawan arus tidak pernah surut. Tekadnya untuk menjaga kepentingan AS tidak pernah goyah, sikap kerasnya terhadap rezim komunis dan rezim berandal tidak pernah berubah.

Namun, mantan Menhan Matisse yang dulu sempat menghalangi Trump untuk tidak menggunakan kekuatan militer terhadap Korut, sudah lengser dan pergi menjauh. (SUD/WHS/asr)

Menyanyi dan Menari di Kamp Konsentrasi Uighur?

0

Yang Ning

Baru-baru ini, pemerintah provinsi Xinjiang tidak hanya mengundang para dubes dan perwakilan dari 12 negara seperti Indonesia, Pakistan,  India, Kazakhstan, Rusia dan lain-lain untuk berkunjung ke Xinjiang, juga mengijinkan sejumlah media massa asing seperti Reuters dan lain-lain untuk meliput tiga unit ‘kamp penataran’ yang sarat akan kritik internasional di daerah Kashgar, Hotan dan Karakax. Komunis Tiongkok memiliki agenda menunjukkan kepada para wartawan situasi yang berbeda pada kamp tersebut dengan yang diberitakan sebelumnya oleh media asing.

Menurut media asing tahun lalu, jutaan warga minoritas Xinjiang disekap di ‘kamp penataran (baca: Kamp Konsentrasi)’ yang berkondisi sangat buruk itu, di sana mereka didoktrin dan sejumlah tawanan mengalami siksaan, bahkan ada yang tewas dan hilang.

Terhadap masalah ini, PBB dan negara Barat melontarkan kecaman keras, para anggota Kongres AS bahkan ada yang mengusulkan agar diberlakukan sanksi terhadap pemimpin tertinggi Xinjiang Sekprov Komunis Tiongkok Xinjiang yakni Chen Quanguo beserta seluruh pejabat terkait, dan juga perusahaan yang terlibat. Jelas ini merupakan ‘show’ yang diatur sedemikian rupa oleh komunis tiongkok untuk meredam opini negatif internasional dan mendistorsi pandangan pihak asing.

Mengutip pemberitaan Reuters, VoA menyebutkan bahwa di ruang kelas tempat wartawan diijinkan meliput, kerap terlihat para peserta penataran bernyanyi dan menari. Di sebuah ruangan, peserta menyanyikan lagu “If You’re Happy Clap Your Hands”, ini adalah pengaturan yang sengaja dilakukan dalam rangka kunjungan para wartawan.

BACA JUGA : Kisah Jurnalis Muslimah Uighur Tentang Penghilangan Paksa Keluarganya dan Berjuang Demi Keadilan

Wartawan juga dipandu oleh pejabat RRT melihat kelas memasak, melukis, tata rambut dan lain-lain, juga diajak melihat asrama para peserta penataran.

Sejumlah peserta penataran melakukan wawancara singkat dengan wartawan dengan didampingi oleh pejabat RRT, semua yang diwawancarai mengaku mereka datang ke pusat penataran ini atas kemauan sendiri, jawaban mereka sangat senada dengan propaganda “de-ekstrimisasi” yang dikatakan komunis tiongkok.

Seorang peserta yang bernama Pazalaibutuyi berkata, “Sekarang Anda telah melihat kondisi pembinaan kami disini. Kami semua merasa ada masalah pada diri kami, kebetulan partai dan pemerintah memberikan anggaran negara menyediakan sekolah gratis seperti ini bagi kami.”

“Kami merasa ini adalah bentuk perhatian partai dan pemerintah pada kami, kami datang atas kemauan sendiri. Jadi… kami sangat bebas,” tambahnya.

BACA JUGA : Upaya-upaya Tiongkok Hindari Inspeksi Internasional Tentang Penahanan Muslim Uighur

Seorang peserta lain yang bernama Ruzi Memeti mengatakan, “Kami tidak butuh ponsel. Kapan pun kami ingin menelepon keluarga kami, asrama akan mengatur kami untuk menelepon. Jika kami membawa ponsel, akan memengaruhi proses belajar kami, jadi kami disini tidak menggunakan ponsel.”

Benarkah mereka sangat bebas? Yang dengan sukarela menerima pencucian otak? Mereka setiap hari menyanyi dan menari? Dan tidak membutuhkan ponsel?

Sejarah Kamp Konsentrasi Ala Nazi Berulang Tidak Hanya di Uighur

Siapakah yang percaya pada ‘kebahagiaan’ semu yang direkayasa Komunis Tiongkok ini? Ini hanya semakin mengungkap Komunis Tiongkok yang nampak garang namun sebenarnya lemah. Hanya untuk menutupi kebohongan ini, agar tidak dikenakan sanksi, terpaksa membuat rekayasa seperti ini.

Sebenarnya, aksi pemolesan seperti ini bukan pertama kali dilakukan Komunis Tiongkok. Selama hampir 20 tahun menindas Falun Gong, Komunsi Tiongkok juga telah berkali-kali menggunakan cara ini.

Sebagai contoh kamp kerja paksa Masanjia di provinsi Liaoning yang sudah terkenal bereputasi buruk yang dengan sangat brutal menganiaya banyak praktisi Falun Gong, banyak kamp kerja paksa lain dari seluruh penjuru negeri Tiongkok datang kesana untuk belajar.

Tanggal 7 April 2013 media massa Tiongkok pernah memuat pemberitaan ‘Keluar dari Masanjia’, mengungkap kaum wanita yang disekap di Masanjia yang terutama adalah praktisi Falun Gong mengalami penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan, seperti “dijepit, disengat listrik, ranjang kematian, bangku harimau”, dan lain sebagainya.

Setelah video terkait diunggah di internet, hanya dalam setengah hari dilihat lebih dari 50.000 kali, warga pun berang. Selama belasan tahun, kejahatan Masanjia terus diungkap oleh media asing dan menuai kritik dari berbagai pihak. Untuk meredam kritik dan mengelabui opini internasional, Masanjia juga telah berkali-kali mengundang media massa dalam maupun luar negeri untuk datang berkunjung, membuat pertunjukan mengelabui dunia.

Sebelum tamu datang, selain memperindah lingkungan di sekitarnya, terhadap para tahanan yang disiksa karena teguh pendiriannya Masanjia menyingkirkan mereka dengan alasan menonton film di bioskop. Saat hari masih gelap mereka dipindahkan ke tempat lain. Seluruh barang milik mereka dimasukkan ke dalam gudang, sehingga di mata para tamu orang-orang itu tidak eksis.

Selain itu, Masanjia juga mengatur ‘aktor’ yang akan diwawancara oleh para wartawan. Mereka diminta untuk mengatakan pernyataan yang sesuai dengan ‘kebijakan partai dan negara.” Mereka dijanjikan dengan pengurangan masa tahanan dan akan segera dipulangkan. Mereka diimingi ‘telah berjasa’ agar mau bersandiwara ‘berterima kasih’ dengan adegan menangis. Mereka pun harus mengatakan pada wartawan betapa baiknya kehidupan di dalam sana, polisi memperlakukan mereka dengan baik.

Dan, hari tamu-tamu itu datang, makanan di ruang makan pun mendadak menjadi sangat baik, yang biasanya hanya ada tahu, kubis, labu dan seledri rebus mendadak telah berubah menjadi ikan goreng dan sup telur ayam. Di malam hari setelah semua wartawan pergi, makanan pun kembali lagi seperti sedia kala.

Pemandangan ini sangat mirip dengan yang disaksikan oleh para wartawan di Kamp Konsentrasi di Xinjiang (Uighur)! Hanya saja telah berganti aktor dan berganti tempat saja.

Pertunjukan rekayasa yang begitu spektakuler itu, sangat mirip dengan cara yang dilakukan Nazi untuk menipu masyarakat internasional.

Pada Juni 1944, setelah informasi tentang Nazi yang telah mengorganisir pembantaian para tahanan Yahudi terungkap, Palang Merah Internasional diminta untuk melakukan investigasi di kamp Nazi, pihak Nazi pun membuka lebar pintu Kamp Theresienstadt yang berada di wilayah Jerman.

Kala itu, di dalam kamp ini, petugas PMI melihat pemandangan yang indah, di dalamnya ada café dan kios, rumah yang gres, bahkan ada stand music, padang rumput dan bunga. Para tamu dengan gembira menikmati opera yang dimainkan anak-anak, tidak ada yang percaya ini adalah bagian dari rencana pembunuhan Nazi, orang-orang Yahudi itu akan segera mengalami pembantaian genosida.

Penipuan ini telah sukses membohongi masyarakat Barat, sehingga Nazi kembali membuat sebuah film propaganda mengisahkan kamp konsentrasi tersebut, untuk menunjukkan ‘perhatian hangat’ dari Kekaisaran III (das dritte Reich) yang dialami orang Yahudi. Namun begitu film itu rampung, produsen dan para pemerannya dengan segera dikirim ke kamp kematian Auschwitz untuk dibunuh.

Yang membedakannya dengan Nazi adalah sempat mengecoh dunia. Tapi, sekarang semakin banyak kejahatan dan kemunafikan Komunis Tiongkok yang telah dikenali oleh dunia.

Sejumlah duta/pejabat pemerintahan negara lain dan wartawan asing yang diundang untuk berkunjung ke Kamp Konsentrasi Uighur, seharusnya tidak ada satu pun yang tertipu oleh rekayasa tersebut — kecuali mereka memang mengabaikan hati nuraninya dan bersedia berpihak kepada rezim ini.

Bagaimana pun Komunis Tiongkok berusaha membersihkan dirinya, hanya akan semakin membuatnya terlihat konyol di mata dunia. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi : 

Kecepatan Pergerakan Geomagnetik Kutub Utara Sedang Bertambah

0

oleh Gao Shan

Bumi itu hidup. Jauh di bawah kulitnya, darah kehidupannya, yakni besi cair, menggeliat di sekitar inti Bumi seperti denyut nadi. Elemen besi yang dapat bergerak ini menciptakan medan magnet yang memicu penampilan aurora dan menopang kehidupan kita.

Namun menurut jurnal ilmiah ‘Nature’, beberapa hal aneh sedang terjadi jauh di bawah permukaan Bumi. Di mana geomagnetik kutub utara Bumi sedang mengalami pergeseran yang abnormal, ia sedang bergerak dengan cepat dari Kanada menuju Siberia, Rusia. Para ahli geologi belum tahu mengapa bisa terjadi fenomena seperti ini.

‘Nature’ dalam laporannya menyebutkan : Geomagnetik kutub utara bergerak begitu cepat sehingga para ahli geomagnetism di seluruh dunia terpaksa mengambil respon yang langka.

Ilmuwan geomagnetik memutuskan untuk membuat pembaruan mendesak pada model geomagnetik dunia yang digunakan sebagai landasan sistem navigasi modern pada 30 Januari (Pekerjaan otoritas penerbangan AS terganggu akibat penutupan sebagian kantor lembaga pemerintah AS).

Model bidang geomagnetik ini merupakan bagian penting dari berbagai sistem geolokasi dan merupakan dasar dari platform navigasi dalam menentukan posisi.

Sistem ini meliputi sistem navigasi kapal yang berlayar di laut, peta untuk sistem pelacakan lokasi di smartphone yang kita gunakan dan banyak lagi.

Sebelumnya, model geomagnetik yang digunakan saat ini akan bisa bertahan hingga tahun 2020. Tetapi sekarang, karena geomagnetik kutub mulai bergerak cepat, sehingga model ini harus diperbaiki. Sebenarnya orang-orang telah menyadari hal ini pada tahun 2018.

Laporan dalam ‘Nature’ menyebutkan : Manusia telah menyadari bahwa metode navigasi dan penentuan posisi ini menjadi sangat tidak akurat karena sudah hampir melampaui batas toleransi bagi keamanan navigasi.

Pasang laut yang abnormal

Setiap tahun, ahli geofisika dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan British Geological Survey Inggris melakukan penelitian tentang perubahan medan magnet Bumi.

Ini diperlukan karena sama seperti pasang laut, zat besi cair yang menggeliat di inti Bumi pun tidak bergerak secara konsisten.

‘Nature’ dalam laporannya menyebutkan : Ambil contoh pada tahun 2016, beberapa medan magnet di kedalaman benua Amerika Selatan bagian utara dan Lautan Pasifik bagian timur mengalami pergerakan cepat yang sifatnya sementara. Misi Swarm dari Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil mendeteksi perubahan tersebut.

Sejak tahun 1831, gerakan geomagnetik kutub utara telah menjadi perhatian dan fokus penelitian. Pada awalnya, kecepatan pergerakannya adalah sekitar 15 kilometer per tahun. Namun, sejak pertengahan 1990-an, ia telah mempercepat gerakannya. Sekarang kecepatan pergerakannya adalah sekitar 55 kilometer per tahun.

Pada tahun 2001, geomagnetik kutub utara memasuki Samudra Arktik, pada tahun 2018 geomagnetik kutub utara telah melintasi garis tanggal internasional dan memasuki Belahan Bumi Timur. Saat ini, ia sedang bergerak ke arah Siberia, Rusia.

Hasil penelitian terbaru lainnya menunjukkan bahwa medan magnet bumi telah aktif selama sekitar 1.000 tahun.

Inti permasalahannya

Mengapa medan magnet bisa berubah begitu dramatis ? Alasannya masih belum diketahui.

‘Nature’ melaporkan : Seperti halnya pulsa geomagnetik yang terjadi pada tahun 2016, ini mungkin melibatkan gelombang ‘hidromagnetik’ yang dihasilkan di kedalaman inti Bumi. Gerakan cepat dari geomagnetik kutub utara mungkin berkaitan dengan semburan berkecepatan tinggi dari besi cair di bawah tanah Kanada. Aliran leleh yang mengalir cepat ini tampaknya sedang melemahkan medan magnet inti kereta bawah tanah Amerika Utara.

Phil Livermore dari Universitas Leeds di Inggris dalam Konferensi Persatuan Geofisika Amerika mengatakan : “Pergerakan geomagnetik kutub utara tampaknya dipengaruhi oleh dua medan magnet besar, satu di bawah tanah di Kanada dan satu di bawah tanah di Siberia”, “Medan magnet di Siberia yang memenangkan persaingan”

Seiring pemanasan global, akan makin banyak rute navigasi yang ke Rusia dan Kanada utara dibuka, yang juga berpotensi menimbulkan masalah fatal.

Arnaud Chuliat, ahli geofisika dari Universitas Colorado Boulder dan NOAA mengatakan : “Pergerakan cepat kutub membuat navigasi di daerah ini lebih rentan terhadap kesalahan fatal.” (Sin/asr)

Kisah Jurnalis Muslimah Uighur Tentang Penghilangan Paksa Keluarganya dan Berjuang Demi Keadilan

0

Oleh VENUS UPADHAYAYA – The Epoch Times

Ingatan Gulchehra Hoja masih segar saat masa-masa kecilnya yang riang di Xinjiang, Tiongkok. Dirinya menyukai berada di depan kamera. Dia pun bermimpi menjadi seorang pembawa acara TV.

Cita-cita Hoja pun tercapai. Dia menjadi pembawa acara dalam bahasa Tionghoa dan bahasa Uighur. Dia memulainya dengan program anak-anak di sebuah TV di Xinjiang. Wajahnya pun sangat familiar oleh pemirsa Xinjiang.

Pada tahun 2001 ketika sedang berlibur di Eropa, dia mendengar sesuatu di radio yang belum pernah dia dengar sebelumnya — sebuah laporan berita tanpa sensor tentang aksi protes di Xinjiang.

Dia memutuskan tak kembali ke Tiongkok. Sebaliknya, dia mulai bekerja sebagai jurnalis berbahasa Uighur dari luar negeri. Dia mendapatkan pekerjaan di Radio Free Asia (RFA) di Washington, Amerika Serikat.

BACA JUGA : Kesaksian Etnis Uighur yang Lolos dari “Kamp Pendidikan Ulang” di Xinjiang

Hoja menjadi seorang penyiar yang menyampaikan informasi ke wilayah-wilayah Asia tanpa kebebasan pers. Pendengarnya menjadi nara sumbernya dan membantunya dengan informasi tentang penganiayaan Uighur oleh rezim komunis Tiongkok.

Sudah 17 tahun Hoja berlangsung melaporkan nasib Uighur yang tindas oleh komunis Tiongkok. Tetapi, tak pernah terbesit dalam mimpi-mimpinya  bahwa pada suatu hari kelak, dia harus berbicara tentang penganiayaan yang dialami 25 anggota keluarganya termasuk adik laki-lakinya, Kaisar Keyum.

“Dia hanya satu setengah tahun lebih muda dariku. Saya merasa dia mengingat saya. Saya bermimpi tentang dia hampir setiap malam. Saya merasa dia menderita. Saya menderita perpisahan ini, tetapi dia lebih menderita,” kata Hoja saat diwawancarai The Epoch Times di rumahnya di Virginia, Amerika Serikat.

Hoja memiliki kenangan indah dengan satu-satunya saudara kandungnya ini. Hoja mengenang mereka sering berangkat ke sekolah bersama-sama dan selalu bersama saat masa kecil mereka.

“Setiap kali aku jatuh sakit, dia tidak akan meninggalkanku. Jika saya tidak pergi ke sekolah, dia juga menolak untuk pergi, “kata Hoja. Nama mereka memiliki arti yang serupa; sementara Gulchehra berarti “Seorang dengan wajah seperti bunga,” Kaisar berarti “Bunga Saffron”

Ketika Hoja bergabung dengan RFA, Keyum masih kuliah. Dia tidak pernah pulang lagi dan itu mengubah hidup Keyum selamanya. Interogasi polisi secara intens memaksanya untuk keluar dari sekolah, jadi dia harus mendapatkan pekerjaan sebagai penerjemah.

BACA JUGA : PKT Memperketat Pengawasan Xinjiang Menyebabkan Ribuan Muslim Uighur Hilang

“Dua kali, pernikahan (potensi) tidak terwujud karena polisi mendatangi keluarga perempuan dan menanyakan hal-hal seperti: Apakah Anda tahu latar belakang keluarganya? Mengapa Anda ingin berada dalam masalah?,” kata Hoja.

Keyum telah ditangkap sebanyak 10 kali, terakhir pada 28 September 2017. Dia kini masih mendekam di penjara.

Hoja kaget dan menangis ketika ibunya, Qimangul Zikri, mengatakan kepadanya bahwa polisi menyalahkan Hoja atas penangkapan Keyum. Karena panik, Zikri bertanya kepada polisi mengapa, dan petugas itu menjawab: “Kakaknya bekerja (untuk RFA). Apakah itu tidak cukup alasan untuk membawanya? ”

Tindakan sadis Komunis Tiongkok terhadap Muslim Uighur telah meningkat sejak 2016.  Sekitar 1 juta Uighur ditahan di berbagai pusat penahanan dan penjara pra-ajudikasi, yang keduanya merupakan fasilitas formal. Mereka juga ditahan di kamp-kamp pendidikan politik, yang tidak memiliki dasar di bawah hukum Tiongkok, sebagaimana diungkap lembaga HAM internasional, HRWG.

Pada bulan April 2017, Partai Komunis Tiongkok memperkenalkan Peraturan De-Ekstremisme Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, yang membahas ancaman terorisme yang dianggap oleh rezim komunis terkait dengan ekstremisme. Ini diungkap oleh Chinese Human Rights Defenders (CHRD), sebuah LSM internasional.

“Di bawah peraturan ini, seseorang dapat dikurung di kamp ‘pendidikan ulang’ atau dipaksa untuk menghadiri sesi indoktrinasi karena mempunyai produk halal tertentu, memiliki jenggot panjang, mengenakan jilbab, memilih nama anak-anak dengan ‘konotasi Islam, ‘Menolak untuk mengonsumsi televisi atau radio pemerintah, atau menolak untuk melanggar larangan dalam Islam,” demikian CHRD.

Sejatinya, Kamp re-edukasi adalah praktik lama bagi rezim Komunis Tiongkok untuk memberangus kelompok mana pun yang tidak cocok dengan ideologi komunisnya.

Sebuah laporan 2018 dari PBB untuk Committee on the Elimination of Racial Discrimination (Penghapusan Diskriminasi Rasial) oleh 18 ahli independen mengutip laporan yang dapat dipercaya tentang meluasnya penyiksaan terhadap kelompok etnis di kamp-kamp pendidikan ulang Tiongkok.  Penganiayaan terhadap praktisi dari spiritual Falun Gong dan jemaat Kristen juga banyak dilaporkan.

Penghilangan Paksa Keluarga Hoja

Pada 3 Februari, Hoja menerima telepon mengejutkan lainnya dari putri tetangganya: “Apakah Anda mendengar, Saudari, bahwa orangtua Anda, semua anggota keluarga Anda, 25 orang, ditangkap oleh pemerintah Tiongkok pada hari yang sama?”

“Saya terkejut. Saya tidak bisa mempercayainya. Saya berkata, “Mengapa? Bagaimana Anda tahu? “Dia berkata,” Saya tahu karena ibu saya memberi tahu saya. Dan kemudian saya langsung menelepon ke rumah saya, dan tidak ada yang mengangkat. Saya menelepon ayah saya, ibu saya, saudara lelaki saya, sepupu saya, seperti sekitar 30 orang — tidak ada yang mengangkat,” kata Hoja dengan air mata bercucuran.

Tepat di belakangnya, di ruang tamu, buah-buahan kering, kue, dan cokelat  di atas meja, siap disajikan dengan etken chai (teh Uyghur). Di sudut ke kiri terdapat foto orangtuanya dan di sebelah kanan adalah saudara laki-lakinya yang lain memgenakan jas dan dasi kupu-kupu.

“Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya saat itu. Rasa bersalah yang sangat besar, Anda tahu. … Karena aku, mereka telah ditangkap. Tetapi saya merasa sangat tidak berdaya, dan bahkan saya tidak tahu di mana mereka dibawa — apakah mereka hidup atau tidak?”

Ibu Hoja, Zikri, dibebaskan pada 10 Maret, tetapi yang lain masih ditahan, termasuk ayah Hoja yang berusia 77 tahun, yang setengah lumpuh setelah stroke dan ditempatkan di bawah penjagaan di kamar rumah sakitnya.

Sejak penangkapan terjadi, Hoja telah berbicara di berbagai forum-forum di seluruh Amerika Serikat tentang penderitaan keluarganya. Hoja pun bersaksi di depan Kongres Amerika Serikat pada bulan Juli tahun lalu.

BACA JUGA : Dunia Perlu Mengutuk Komunis Tiongkok yang Menindas Kebebasan Beragama

Amnesty International dan Human Rights Watch telah melaporkan kasus keluarganya. Artikel telah dituliskan ke seluruh dunia tentang perjuangannya demi keadilan.

Tetapi rasa sakit dalam dirinya menolak untuk mereda. Dia khawatir tentang tantenya  yang dibiarkan mengurus tiga cucu ciliknya sendirian. Setiap kali dia memasak kebab di dapurnya, dia ingat Keyum.

“Fotonya ada di meja (saya) setiap hari, di hati saya, sebenarnya! Saya ingin melihatnya. Jika dia muncul di hadapanku, aku tidak akan berhenti menciumnya dan aku akan berkata, “Maafkan aku!,” kata Hoja.

Di rumahnya di Virginia, tempat Hoja tinggal bersama suami dan tiga anaknya, ada sebuah kotak kaca yang penuh dengan memorabilia Uighur, termasuk sebuah batu yang dikirimkan ayahnya kepada dirinya.

Dia percaya ayahnya mengirim batu karena surat-suratnya selalu diawasi. Dengan mengirimkan batu, ayahnya berharap menjadi pengingat yang kuat agar tetap terhubung dengan suku dan budayanya. (asr)

Fotografi : Brendon Fallon

Artikel Ini Terbit di Theepochtimes.com dengan judul Uyghur Journalist Reports on Own Family’s Disappearance, Fights for Release

Video Rekomendasi : 

 

Penjualan Ponsel di Tiongkok Tahun 2018 Menurun

0

oleh Liu Yi

Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi Tiongkok (China Academy of Information and Communications Technology. CAICT) pada 8 Januari mengumumkan bahwa ponsel yang terjual ke pasar Tiongkok tahun lalu hanya berjumlah 414 juta unit atau menurun sebesar 15.6 % YoY  (year on year).

Selain ponsel, penjualan mobil juga mengalami penurunan. Tren ini  membuat otoritas Tiongkok yang  berharap melalui pertumbuhan konsumsi untuk mendorong perekonomian Tiongkok menjadi sia-sia.

Menurut data yang disampaikan CAICT terungkap bahwa pada saat yang sama pengiriman ponsel dari produsen menurun secara signifikan, ponsel baru yang dipasarkan pada tahun lalu berjumlah 764 tipe, berkurang sebanyak 27.5 % YoY.

Data juga menunjukkan bahwa pada bulan Desember tahun lalu, total pengiriman ponsel Tiongkok turun 16,3% YoY menjadi hanya 35 juta 547 ribu unit. Di antaranya, tipe baru ponsel yang dipasarkan hanya 42, menurun 53,3 % YoY.

Berita di media ‘Hongkong Economic Times’ menunjukkan. Penjualan ponsel dari 4 merk (Huawei, Xiaomi, Oppo, Vivo) juga turun lebih dari 10 % YoY selama liburan panjang 1 Oktober tahun lalu. Dan merk Oppo dan Vivo yang mengalami penurunan paling banyak (Oppo turun  33 %, Vivo turun 27 %).

Lembaga penelitian pasar ‘Canalys’ menyebutkan bahwa diperkirakan jumlah pengiriman ponsel Tiongkok ke pasar tahun ini akan turun menjadi kurang dari 400 juta unit, dan pasar ponsel pintar domestik akan menurun sebesar 3%.

Sementara pasar ponsel baru menurun, pasar ponsel bekas telah mengalami pertumbuhan. Laporan penelitian industri ponsel bekas menunjukkan bahwa di masa depan, transaksi telepon seluler bekas di daratan Tiongkok akan meningkat dari 15 % pangsa pasar saat ini menjadi sekitar 30 %.

Tahun ini, jumlah pengguna ponsel bekas di daratan akan mencapai 144 juta orang, meningkat dari tahun ke tahun.

Laporan tersebut menjelaskan bahwa penurunan kepercayaan konsumen dan berlanjutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi akan memperluas ukuran pasar ponsel pintar bekas.

Tidak hanya pasar ponsel, penjualan mobil tahun 2018 juga mengalami penurunan dan paling parah dalam 20 tahun terakhir.

Menurut pengumuman yang dikeluarkan oleh Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok pada 9 Januari, penjualan ritel kendaraan penumpang umum di daratan pada tahun 2018 adalah 22.724.000 unit, turun 6% dari tahun sebelumnya, merupakan penurunan tahunan pertama dalam lebih dari 20 tahun.

Volume penjualan mobil pribadi pada bulan Desember total adalah 2 juta 26 ribu unit, menurun 19 % dari tahun sebelumnya.

Total volume penjualan mobil sedan tahun 2018 adalah 1 juta 96 ribu unit, turun 16,9 % YoY, volume penjualan mobil jenis SUV adalah 966.ribu unit, turun 18,9 % YoY, Volume penjualan mobil MPV adalah 155.300 unit, turun 33,5% YoY.

Laporan Morgan Stanley juga menunjukkan bahwa permintaan domestik Tiongkok adalah kunci yang menyeret turunnya pasar mobil. Diperkirakan bahwa pelemahan pasar mobil akan memiliki dampak yang lebih besar pada penjualan mobil buatan domestik Tiongkok.

Wen Xiaogang, komentator mengatakan bahwa permintaan domestik Tiongkok melemah, konsumsi menurun, ditambah lagi dengan tekanan dari pelambatan pertumbuhan ekonomi dan perang dagang, sehingga membuat otoritas Tiongkok yang  berharap melalui pertumbuhan konsumsi untuk mendorong perekonomian Tiongkok menjadi sia-sia.

Meskipun baru-baru ini pemerintah berupaya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pemotongan pajak bagi usaha kecil dan menengah, tetapi bahkan jika pemotongan pajak dilaksanakan, itu tidak akan bertahan lama, karena setelah pemotongan pajak, lembaga-lembaga akan dirampingkan.

Sekarang lembaga-lembaga tersebut belum dirampingkan, jumlah pekerja masih banyak, pengeluaran keuangan masih sangat besar, sehingga pendapatan pemerintah berkurang, jika hal tersebut berlangsung lama maka pemotongan pajak akan menjadi tidak berarti.

Yu Yongding, anggota Akademi Ilmu Sosial Tiongkok dan anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Tiongkok mengatakan bahwa Tiongkok membutuhkan restrukturisasi ekonomi, pencegahan untuk risiko keuangan, gelembung real estate, leverage perusahaan yang tinggi, risiko banyaknya Bank gelap, dan macetnya pembayaran hutang pemerintah daerah dan banyak masalah lainnya, tetapi masalah yang paling krusial adalah terus menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Pada akhir tahun lalu, Bank-Bank investasi internasional memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB Tiongkok tahun ini akan lebih rendah dari 6,5%, di kisaran antara 6,1 ~ 6,2 %. (Sin/asr)

Warganet Paling Banyak Laporkan Pengaduan dari Konten Akun Twitter

0

Epochtimes.id- Hasil pantauan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akun twitter paling banyak dilaporkan warganet melalui saluran pengaduan konten @aduankonten, aduankonten.id dan nomor WA 08119224545.

Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan data sampai pada bulan Desember 2018 dari Subdirektorat Pengendalian Konten Internet Direktorat Pengendalian Ditjen Apliikasi Informatika Kementerian Kominfo menunjukkan pelaporan konten negatif di twitter sebanyak 531.304. 

Sementara itu, facebook dan instagram dilaporan sebanyak 11.740 kali karena dinilai warganet mengandung konten negatif.

Adapun Youtube dan google dilaporkan sebanyak 3.287 kali. Sementara situs file sharing dilaporkan sebanyak 532 kali.

Adapun aplikasi layanan pesan instan, terbanyak dilaporkan melalui kanal aduankonten adalah telegram sebanyak 614 laporan. Sementara LINE dan BBM masing-masing 19 dan 10 kali.

“Total keseluruhan laporan warganet mengenai konten negatif di media sosial sampai dengan tahun 2018 sebanyak 547.506 laporan,” demikian rilis Kominfo. 

 Menurut Fernandus, sesuai dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2018 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, terdapat 12 kelompok konten yang dikategorikan sebagai konten negatif.

Kategori konten negatif itu antara lain: pornografi/pornografi anak; perjudian; pemerasan; penipuan; kekerasan/kekerasan anak; fitnah/pencemaran nama baik; pelanggaran kekayaan intelektual; produk dengan aturan khusus; provokasi sara; berita bohong; terorisme/radikalisme; serta informasi/dokumen elektronik melanggar undang-undang lainnya.  

Sampai dengan akhir tahun 2018, penanganan konten negatif total sebanyak 984.441 konten. Angka itu termasuk yang dilaporkan dalam bentuk website.

Berdasarkan kategori konten tiga terbanyak konten yang paling banyak ditangani adalah pornografi, perjudian dan penipuan. 

Konten pornografi sebanyak 898.108, sementara perjudian sebanyak 78.698 dan konten yang penipuan 5.889.

Kementerian Kominfo mengimbau warganet untuk melaporkan konten internet dan media soaial yang diduga mengandung konten negatif melalui saluran pengaduan konten twitter @aduankonten, aduankonten.id dan nomor WA 08119224545. (asr)

Terjadi 11 Kali Gempa Beruntun di Selat Sunda, Tak Berpotensi Tsunami

0

Epochtimes.id- BMKG merilis wilayah Selat Sunda terjadi aktivitas gempa beruntun sebanyak 11 kali dengan magnitudo M=3.1, M=3.0, M=3.1, M=3.3, M=3.3, M=3.9, M=4.1, M=3,5, M=4.0, M=2.8 dan M=2.8 masing-masing memiliki kedalaman hiposenter 1 kilometer, pada rentang waktu mulai 16.59 WIB – 18.35 WIB, Kamis (10/1/2019).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan aktivitas gempa ini berada dalam radius 36.5 km dari Gunung Anak Krakatau.

Menurut dia, hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG menunjukkan bahwa hingga pukul 18.35 WIB aktivas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian muka air laut (tsunami) di sepanjang pantai Selat Sunda.

“Aktivitas gempa tersebut terdeteksi di 7 stasiun seismik milik BMKG yakni di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa,” tambahnya.

Sejak terjadi tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 hingga hari ini, Kamis 10 Januari 2019 hasil monitoring BMKG telah berhasil menentukan paramater 28 aktivitas kegempaan di Gunung Anak Krakatau.

Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi/ berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Informasi resmi hanya bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang disebarluaskan melalui kanal-kanal komunikasi terverifikasi. (asr)