Top Restoran di Situs TripAdvisor ini Ternyata Palsu

EpochTimesId – Sebuah gudang dan kebun disulap menjadi restoran dengan nilai tertinggi aplikasi TripAdvisor London baru-baru ini. Seorang penulis dan teman-temannya mengusili situs informasi traveling tersebut dengan mengirimkan ulasan palsu berantai.

Oobah Butler menciptakan sebuah situs web untuk restoran fiktif yang ia sebut The Shed. Pria 26 itu menjadikannya restoran yang hanya pelayani pelanggan dengan perjanjian, sehingga ia tidak perlu mengungkapkan alamatnya di Dulwich, London selatan.

Restoran ini segera mendapatkan peringkat pertama di situs untuk ulasan pelanggan. Padahal belum ada satu pun pelanggan menginjakkan kaki di tempat itu.

Butler, seperti dikutip The Epoch Times dari majalah VICE, mengatakan bahwa dia mengemukakan gagasan tersebut dari pekerjaan sebelumnya. Dimana dia dibayar 10 pounsterling agar menulis ulasan palsu untuk restoran yang tidak pernah dia datangi untuk makan.

The Shed pada akhirnya menjadi sangat diminati oleh pelanggan. Oobah pun harus menggelar malam pembukaan restoran di gudangnya, di mana pelanggan disuguhi makanan siap saji beku.

Oobah Butler melayani pelanggan di gudangnya pada ‘malam pembukaan’ (Theo McInnes/VICE/The Epoch Times)

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di majalah tersebut, dia mengungkapkan saat dia memutuskan untuk memulai tipuan tersebut.

“Suatu hari, duduk di gudang tempat saya tinggal, saya memiliki sebuah ide, dalam iklim informasi yang salah saat ini, dan kemauan masyarakat untuk percaya omong kosong, mungkin restoran palsu akan menjadi restoran beneran? Mungkin itu (gudang) jenis tempat yang bisa jadi hit? Pada saat itu, itu menjadi misi saya. Dengan bantuan ulasan palsu, mistik, dan omong kosong, saya akan melakukannya, mengubah gudang saya menjadi restoran top-rated London di TripAdvisor,” kisah Oobah.

Oobah Butler segera dibanjiri telepon dan email dari orang-orang yang ingin makan di gudangnya. (Theo McInnes/VICE/The Epoch Times)

Restoran awalnya mulai dengan peringkat 18.149 di situs ini, menjadikannya restoran terburuk di London. Namun berkat ulasan yang meyakinkan, gudang tersebut segera memanjat peringngkat, meski belum pernah melayani pelanggan.

Namun, setelah ‘digarap’ restoran palsu itu segera dibanjiri telepon dan email, dengan orang-orang yang ingin memesan, kadang-kadang berbulan-bulan yang akan datang.
Pada bulan Agustus restoran itu menempati peringkat 30 restoran terbaik di London.

Beberapa ‘piring’ yang difoto sebenarnya terbuat dari busa dan pemutih.

“Restoran dengan janji temu yang terletak di London Selatan, The Shed telah beroperasi secara pribadi selama bertahun-tahun. Pada 2017, ia memutuskan untuk membuka pintunya. Sampai November tahun itu, itu adalah restoran top-rated di London,” tulis Oobah di Situs web restoran palsu-nya.

Menu yang juga dipublikasikan di website tersebut didasarkan pada ‘mood’ menurut situs web.

“Alih-alih makan, menu kami terdiri dari suasana hati. Anda memilih yang sesuai dengan hari Anda, dan koki kami menafsirkannya. Kami juga dapat menyesuaikan piring untuk acara-acara khusus dan dengan biaya tambahan,” tulisnya lagi.

Seorang juru bicara TripAdvisor mengatakan kepada The Times, bahwa pada umumnya, satu-satunya orang yang membuat daftar restoran palsu adalah wartawan yang mencoba untuk menguji mereka.

“Karena tidak ada insentif bagi siapa pun di dunia nyata untuk menciptakan restoran palsu, ini bukan masalah yang kita alami dengan komunitas reguler kita. Oleh karena itu ‘ujian’ ini bukanlah contoh dunia nyata,” ujarnya.

Sejak menyadarinya, Tripadvisor telah menghapus posting Restoran The Shed.

Tripadvisor mengatakan bahwa situs tersebut telah berada di radar mereka untuk beberapa waktu. Karena ulasan yang mencurigakan, dan bahwa mereka telah menurunkan rangkingnya dan menyingkirkan beberapa ulasan sebelum diungkap sebagai penipuan.

“Sejak saat ini sistem kami mengidentifikasi pola peninjauan yang mencurigakan, hanya masalah waktu sebelum kami menyadari dan menutup daftar ini,” kata juru bicara tersebut.

Kritikus makanan terkenal Inggris, Jay Rayner memainkan sebagian kecil triknya, dengan menge-tweet, “Akhirnya: restoran yang mengenali makanan adalah tentang suasana hati. Dari semua pengalaman makan berbasis gudang di luar sana, ini terdengar seperti yang terbaik.”

Kemudian pada tanggal 6 Desember, Rayner menge-tweet bahwa lelucon itu, “Adalah sebuah ide yang dieksekusi dengan cemerlang.” (waa)