Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (8-1)

Cai Daya

Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem, sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.

Kapan Ada Kedamaian di Kota Suci: Abad ke-19 ~ Sekarang

  1. Arus Kembali Ke Kampung Halaman Bangsa Yahudi

Hari-hari Kota Suci di bawah kekuasaan Kerajaan Ottoman Turki sangat suram dan panjang, seolah telah dilupakan oleh dunia. Kalaupun ada yang mengenangnya, mungkin hanya orang-orang Yahudi saja, karena bagaimanapun juga kota itu adalah kampung halaman mereka.

Sejak diusir oleh bangsa Romawi di tahun 135 M keluar dari tanah Palestina, orang Yahudi terus mengembara di dataran Eropa, Asia, Afrika, dan selalu hidup di negeri orang.

Mereka kerap didiskriminasi dan dirampok, bahkan menjadi kambing hitam atas segala bencana serta musibah, seperti saat lebih dari separuh dataran Eropa dilanda wabah hitam (penyakit pes) pada Abad Pertengahan (sekitar 476 – 1453), dianggap berkaitan dengan orang Yahudi.

Dalam komunitas umat Kristen, orang Yahudi dianggap telah mencelakakan Yesus dan dalang penindasan umat Kristen zaman dulu. Sehingga selalu mendapat perlakuan tidak adil, sebagai contoh orang Yahudi dibatasi wilayah pemukimannya, wajib mengenakan busana yang ditetapkan, hanya boleh melakukan sedikit pekerjaan di bidang yang telah ditentukan, dan lain sebagainya.

Negara Eropa Barat pada abad ke-14 mulai mengusir bangsa Yahudi, sehingga orang Yahudi terpaksa harus hijrah ke berbagai tempat di Eropa Timur. Tapi mereka tetap tidak bisa hidup tenang, karena bangsa Slavia di Eropa Timur kemudian menerima agama Yunani ortodoks yang satu aliran dengan agama Kristen, kebencian mereka terhadap Yahudi pun tidak kalah dibanding negara Eropa Barat.

Paham Nasionalis yang marak di abad ke-19 semakin memperkuat kesadaran bangsa yang dijajah untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri. hal tersebut juga memicu keinginan bangsa Yahudi untuk mengakhiri masa tertindas di negeri orang, dan kembali ke kampung halaman serta membangun kembali negerinya.

Sejak saat itu bangsa Yahudi pun memulai gelombang demi gelombang “Gerakan Kembali”, memanfaatkan momentum Ottoman Turki tidak mampu mengendalikan, orang Yahudi terus hijrah ke Yerusalem.

Wilayah kota lama Yerusalem. (Mattes/Wikimedia Commons)

Semakin bertambahnya populasi di Kota Suci, wilayah kota lama sudah terlalu padat dan tidak mampu lagi menampung imigran baru, bangsa Yahudi pun mulai membangun kota baru di luar tembok. Bangsa lain pun ikut meniru mereka, memperluas wilayahnya masing-masing di berbagai pelosok berbeda sehingga berkembanglah wilayah kota Yerusalem yang baru.

  1. Konflik Bangsa Yahudi Dengan Bangsa Arab

Pada masa PD-I (1914~1918) Kerajaan Ottoman Turki bergabung dalam kubu sekutu yang dipimpin oleh Jerman dan Austria.

Pada akhir tahun 1917 sebelum PD-I berakhir, Inggris yang berada di pihak musuh menduduki Yerusalem dan wilayah Palestina, sampai berakhirnya PD-I tahun 1918.

Setelah itu karena Aliansi Internasional mempercayakan pengelolaan wilayah Palestina pada Inggris dalam membantu mendirikan sebuah negara Yahudi, sehingga menjadikan Inggris sebagai mandatarisnya.

Selama dikelola oleh Inggris, wilayah baru Yerusalem telah menjadi wilayah pemukiman yang semrawut, dan wilayah kota lama bahkan lebih kumuh lagi.

Untuk mempertahankan paras asli wilayah Kota Lama, Inggris pun menetapkan aturan penggunaan material bagi eksterior bangunan yang ada di dalam kota wajib menggunakan bahan yang terbuat dari sandstone (batu pasir).

Pada abad ke-20, di wilayah Palestina terdapat kurang dari 600.000 jiwa warga Muslim, dan lebih dari 80.000 jiwa orang Yahudi serta sekitar 70.000 jiwa umat Kristen.

Namun populasi orang Yahudi kian hari kian banyak akibat menyelamatkan diri dari gerakan anti-Yahudi yang kian sengit di Eropa. Karena rasa nasionalisme sehingga kembali ke wilayah ini, yang kemudian membuat persentase bangsa Yahudi meningkat sampai 30% dari total populasi.

Situasi wilayah Yerusalem yang tadinya masih terkendalikan relatif stabil perlahan mulai kacau, konflik antara kaum Yahudi dan bangsa Arab terus meningkat. Kedua pihak menggunakan senjata untuk saling menyerang. Bangsa Arab tidak puas terhadap Inggris yang telah menerima banyak imigran Yahudi, bahkan kemudian terjadi penyerangan terhadap orang Inggris, Palestina pun menjadi bola panas di tangan orang Inggris.

Untuk meredakan suasana yang tegang itu, sebelum meletus PD-II di Eropa (tahun 1939), Inggris mengeluarkan “Buku Putih Palestina.” Isi buku itu membatasi migrasi orang Yahudi, juga membatasi orang Yahudi membeli tanah milik orang Arab, di saat yang sama juga bersiap-siap mengalihkan wilayah Palestina ini kepada bangsa Arab yang merupakan kaum mayoritas di wilayah tersebut. Namun tetap mengijinkan kaum Yahudi memiliki hak otonomi yang tinggi di bawah rezim Arab.

Buku putih tersebut menuai reaksi keras baik dari bangsa Yahudi maupun bangsa Arab. Bangsa Yahudi menganggap tindakan itu telah melanggar kebijakan Timur Tengah yang sebelumnya dideklarasikan oleh Kerajaan Inggris yakni mendukung pendirian negara Yahudi.

Sementara bangsa Arab beranggapan Inggris seharusnya sepenuhnya melarang orang Yahudi di tanah Palestina dan bukan hanya membatasi bermigrasinya orang Yahudi ke tanah Palestina. Akhirnya kebijakan yang serba salah ini akibat PD-II (1937 di Asia dan di Eropa 1939 ~ 1945) belum dapat diterapkan.

Pasca PD-II, ratusan ribu orang Yahudi yang berhasil selamat dari kamp konsentrasi NAZI menyerbu masuk ke Palestina. Pada saat itu jumlah orang Yahudi telah mencapai 600.000 jiwa. Angka ini hampir setara dengan jumlah orang Arab.

Akibat tekanan dan opini internasional, Inggris tidak berani menolak menerima imigran Yahudi, juga tak berdaya menyelesaikan konflik antara orang Arab dengan orang Yahudi, ditambah lagi kaum radikal Yahudi di Inggris melancarkan berbagai aksi kekerasan yang terus meningkat, memaksa Inggris harus mengalihkan permasalahan Palestina untuk diselesaikan oleh PBB.

Tahun 1947 PBB mengambil suara meloloskan sebuah resolusi, yakni membolehkan orang Yahudi dan orang Arab mendirikan negaranya masing-masing di wilayah Palestina. Luas wilayah dibagi berdasarkan persentase jumlah penduduknya; sementara kota Yerusalem ditetapkan sebagai wilayah administratif khusus, yang tidak menjadi milik Israel maupun Arab, melainkan berada langsung di bawah pengawasan PBB.

Bangsa Yahudi menerima resolusi ini. Namun bangsa Arab menentangnya keras, karena Arab beranggapan PBB terlalu berpihak kepada Yahudi. Alasannya,  pada masa mendatang akan ada lebih banyak lagi orang Yahudi bermigrasi ke wilayah tersebut, sehingga mereka akan diberikan wilayah lebih luas, sama saja dengan membantu orang Yahudi menguasai wilayah pemukiman yang telah dimiliki oleh bangsa Arab selama ribuan tahun ini.

Begitu resolusi PBB ini disahkan, langsung terjadi peristiwa kekerasan yang serius di Palestina. Para petinggi Arab memerintahkan serangan terhadap wilayah pemukiman Yahudi, yang kemudian berujung pada konflik kekerasan kedua pihak.

Konflik tersebut terus berlanjut hingga Perang Timur Tengah yang pertama. Setelah itu api peperangan pun kembali berkobar di wilayah Asia Barat, dan resolusi PBB tersebut tidak pernah bisa diterapkan. (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (1)

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (2)

Penantian Ilahi di Kota Suci – Kisah 4000 Tahun Yerusalem (3)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerussalem (4)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (5)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (6)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-1)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-2)