Uni Eropa Adopsi Tekanan Dua Arah Tanggapi Krisis Venezuela

EpochTimesId – Uni Eropa akan menggabungkan tekanan diplomatik internasional dan tekanan bilateral langsung kepada Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Kebijakan itu sebagai bagian dari ‘jebakan tekanan’ dua arah untuk mencoba membendung krisis yang berkembang di Venezuela.

Para pejabat di ibukota Uni Eropa, Brussels sedang mempertimbangkan pendekatan baru terhadap Caracas. Pertimbangan ini di tengah meningkatnya kekhawatiran di Eropa, pada bencana kemanusiaan besar yang terjadi di negara Amerika Selatan itu.

Strategi terbaru didorong oleh Spanyol, yang baru-baru ini menggelar pemilihan umum dan dimenangkan oleh pemerintahan sayap kiri. Negara itu, dalam beberapa tahun terakhir menjadi tujuan utama bagi jutaan pengungsi yang melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan yang mengguncang Afrika dan Timur Tengah.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro ketika menghadiri pertemuan dengan sekretaris jenderal PBB pada 27 September 2018, di Markas PBB, New York, AS. (Don Emmert/AFP/Getty Images)

Ibu kota Eropa telah menargetkan anggota senior rezim Maduro dengan sanksi ekonomi. Sanksi termasuk larangan perjalanan ke Eropa dan pembekuan aset atas pelanggaran hak asasi manusia yang sistemik.

Pada 15 Oktober, para menteri luar negeri dari negara-negara Uni Eropa bertemu di Luksemburg. Mereka setuju untuk menjajaki pembentukan saluran dialog baru dengan Caracas, tetapi mereka tetap bersikeras bahwa pendekatan keras dari blok ekonomi itu masih akan dipertahankan.

Menteri Luar Negeri Spanyol, Josep Borrell mengatakan langkah itu bukan tentang mengubah politik dan meninggalkan sanksi. “Akan tetapi, kebijakan dialog juga tidak mungkin sangat keras hingga mencakup intervensi militer.”

“Ini bukan perubahan kebijakan, tetapi untuk menyempurnakannya, untuk melihat bagaimana UE dapat melakukan lebih dari sekedar memberikan bantuan kemanusiaan. Kita tidak dapat melakukan mukzizat, tetapi kita tidak bisa tetap tidak peduli.”

Ketika mengumumkan keputusan, perwakilan tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri, Federica Mogherini, mengatakan, “Uni Eropa tidak berusaha melakukan pelunakan posisi terhadap Venezuela dengan cara apa pun.”

“Di sisi lain kami juga percaya bahwa hanya ada solusi politik yang demokratis terhadap krisis saat ini di negara ini.”

Negara-negara Eropa merasa ngeri dengan tindakan pemerintahan Maduro. Rezim Maduro dituding mengeksekusi lawan-lawan politik dan memaksakan teror di jalanan.

Banyak orang Venezuela terpaksa melarikan diri dari negara tersebut. Eksodus terjadi setelah salah satu negara kaya hasil alam di Amerika Selatan itu menderi hiper-inflasi. Inflasi mencapai 1,37 juta persen, yang berarti orang-orang tidak mungkin mampu membawa cukup uang secara fisik untuk membeli produk kebutuhan sehari-hari.

Ada sekitar satu juta warga Uni Eropa di Venezuela. Kebanyakan di antaranya adalah pemegang kewarga-negara-an ganda Spanyol. Uni Eropa telah menjanjikan bantuan senilai 40 juta dolar AS untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan.

Seorang diplomat senior Uni Eropa, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan para pemimpin Eropa telah mengeksplorasi potensi untuk beberapa jenis kombinasi tekanan dan keterlibatan dunia luar dalam membuat perbedaan dan membawa solusi untuk krisis Venezuela. Diplomat itu mengatakan sikap Uni Eropa telah mengandung ‘elemen tekanan penting’ pada rezim Maduro. Saat ini bukan momen yang tepat untuk memberi sinyal bahwa tekanan sedang dicabut.

“Kami sangat ingin agar perangkap tekanan tidak diremehkan,” kata diplomat itu. “Konon, ada gelombang migrasi kemanusiaan yang mendesak untuk diperhatikan.”

“Secara politis, orang harus, tidak melupakan fakta bahwa ini adalah bencana buatan manusia. Kita harus sangat mendukung negara dan sisa-sisa masyarakat sipil di Venezuela.” (NICK GUTTERIDGE/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA