Penceramah Islam Radikal Dibebaskan dari Penjara Inggris

EpochTimesId – Penceramah Islam Inggris, Anjem Choudary menghirup udara bebas setelah dipenjara sejak tahun 2016. Dia dipenjara karena mendorong orang lain untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

Choudary dibebaskan pada 19 Oktober 2018, setelah menjalani setengah dari hukuman lima tahun yang dijatuhkan oleh pengadilan. Namun, ideologi ekstremisnya kini diduga masih sama kerasnya dengan batu karang.

Walau berada diantara kebebasan berbicara dan terorisme, Choudary tidak pernah terlibat langsung dalam plot teror. Akan tetapi, dia dikenal gemar ‘mengobarkan api ekstremisme’ yang menelurkan para teroris.

Pakar keamanan dan kontra-terorisme, Will Geddes mengatakan bahwa Choudary mungkin adalah tokoh ekstremis paling berpengaruh di luar ISIS. Penilaian yang juga pernah disampaikan oleh sejumlah ahli terorisme lainnya.

Choudary dikaitkan dengan sejumlah orang yang melanjutkan pemikirannya untuk melakukan tindakan terorisme. Para teroris itu termasuk pelaku pemenggalan kepala tentara Inggris Lee Rigby, teror bom 7/7 yang menewaskan 52 orang pada tahun 2005, dan serangan Jembatan London pada 2017 yang menewaskan delapan orang. Dia juga dinilai turut serta meradikalisasi ratusan warga Inggris lainnya yang kemudian bergabung dengan ISIS.

Geddes menggambarkannya sebagai ‘karakter yang sangat berpengaruh’. Dia juga mengatakan bahwa Choudary lebih berbahaya daripada pengkhotbah Abu Hamza, yang saat ini menjalani hukuman seumur hidup di Amerika Serikat.

Menyalakan Bara Api Namun Tidak Ditangkap

Di bawah undang-undang hak Eropa, aparat penegak hukum Inggris terbatasi dalam cara menangani ancaman seperti Choudary.

Namun, Choudary kini menghadapi pengawasan ketat sebagai bagian dari pembebasan bersyaratnya, termasuk larangan penggunaan internet, larangan berkhotbah atau mendatangi masjid tertentu, dan larangan perjalanan yang secara efektif akan membisukannya.

“Tidak banyak, dalam teori, yang bisa dia lakukan,” kata Geddes. “Tapi itu tidak akan menjadi kejutan besar jika dia menemukan cara untuk menghindari pembatasan tersebut.”

Sebagai seorang pengacara yang terlatih, Choudary tetap selangkah lebih maju dari hukum ketika membangkitkan ideologi ekstremis di bawah naungan berbagai organisasi.

“Begitu api mulai keluar dari kontrol, pihak berwenang akan datang dan memberi cap di atasnya,” kata Geddes. “Dia kemudian akan menghidupkan api baru lagi, maka pihak berwenang akan memadamkan lagi, tapi dia akan pindah lagi kepada bara berikutnya untuk dijadikan api.”

“Setiap kali, dia selalu tidak terlalu dekat dengan api untuk bisa menyelamatkan diri.”

Misalnya, Choudary mendirikan al-Muhajiroun pada tahun 1996, dan membubarkannya pada tahun 2004 tepat sebelum larangan pemerintah mulai berlaku. Dia kemudian melanjutkan untuk mendirikan berbagai organisasi baru, termasuk ‘Islam4UK, Muslim Against Crusades, Call to Submission, Islamic Path, dan London School of Syariah’.

Bangkai bus bertingkat yang diledakkan dengan bom pada 7 Juli 2005 di Tavistock Square, London, Inggris. (Dylan Martinez/AFP/Getty Images)

Ayah lima anak itu dikenal mendorong jihadis untuk mengikuti teladannya dan hidup dari sistem kesejahteraan Inggris yang dikenal sebagai ‘pencari tunjangan’, atau “jihadi seekers allowance.”

Choudary akhirnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan karena menghasut sejumlah orang untuk bergabung dengan organisasi teroris.

Choudary dibebaskan secara otomatis setelah menjalani setengah dari lima tahun hukumannya, mengikuti protokol pembebasan bersyarat standar. Dia akan menjalani separuh sisanya di bawah ijin khusus.

Organisasi kontra-ekstremisme, Quilliam mengatakan bahwa Choudary tidak menunjukkan tanda-tanda akan melunakkan sikap ideologisnya.

“Kami tidak melihat perkembangan apa pun. Ideologinya masih sekeras batu,” kata Salah al-Ansaril, peneliti senior di Quilliam, dan mantan imam Masjid Pusat London.

Al-Ansaril khawatir tentang apa yang terjadi ketika pengawasan terhadap Choudary dicabut 2,5 tahun mendatang.

Dia mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk deradikalisasi ancaman narasi Choudary adalah melalui debat terbuka tentang ekstremisme Islam. Sesuatu yang dia sebut sebagai “ideologi politik Islamisme.”

Al-Ansaril mengatakan masyarakat seharusnya tidak menghindar dari peran kunci yang dimainkan ideologi dalam menggerakkan ekstremisme. Ancaman radikalisasi menurutnya masih sama seperti ketika Choudary masuk penjara dua tahun lalu.

“Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ISIS dan kelompok yang sama lebih lemah, tetapi ideologi mereka masih menarik untuk beberapa jenis mentalitas.”

Tahun lalu, 36 orang tewas dalam serangan ekstremis Islam di Inggris, termasuk bom bunuh diri di sebuah konser di Manchester, Inggris barat laut, yang menewaskan 22 orang.

Awal tahun ini, Menteri Dalam Negeri Sajid Javid mengatakan bahwa 25 plot ekstrimis Islam memiliki radikalisasi dalam lima tahun terakhir, dengan 500 operasi langsung, dan 20.000 orang dalam daftar pengawasan.

Inggris memiliki kekuatan pengawasan paling luas di dunia Barat dan program deradikalisasi kontroversial yang membutuhkan sekitar 400.000 staf garis depan untuk melaporkan mereka yang menunjukkan tanda-tanda ekstremisme.

Al-Ansaril mengatakan bahwa deradikalisasi dapat berhasil, menunjukkan bahwa beberapa orang dalam organisasinya sendiri adalah reformis yang telah direformasi. Termasuk mantan direktur Adam Dean yang pernah dikendalikan oleh organisasi Al-Muhajiroun milik Choudary. (SIMON VEAZEY/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ