Misionaris Asia-Amerika Dibunuh Suku Pribumi Pulau Terpencil di Teluk Benggala

oleh Gao Shan

Seorang turis Amerika etnis Tionghoa yang juga merupakan misionari baru-baru ini mencoba untuk melakukan perjalanan ke sebuah pulau terpencil yang merupakan bagian dari Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, India telah mati terbunuh oleh suku pribumi pulau tersebut yang masih dipersenjatai dengan busur dan panah.

Dikabarkan oleh ‘Fox News Network’, polisi India pada Rabu (21/11/2018)  memberitakan bahwa seorang turis dari Amerika yang mencoba mengunjungi sebuah pulau yang subur namun sangat terpencil di India telah dibunuh oleh suku pribumi yang benar-benar terisolasi dari dunia luar.

Suku tersebut dikenal karena seringnya menggunakan busur dan anak panah untuk menyerang orang luar.

Pulau ini adalah Pulau Sentinel Utara di Teluk Benggala yang letaknya berada di antara India dan Myanmar dan merupakan bagian dari Kepulauan Andaman dan Nikobar.

Pemerintah India telah mengkonfirmasi identitas korban, ia adalah John Allen Chau (transliterasi) yang berusia 27 tahun. Mr. Zhou ini pergi ke pulau itu minggu lalu ketika ia mendanai nelayan setempat untuk mengangkutnya pergi ke pulau itu.

Berita terakhirnya di media sosial Instagram yang diperbarui pada 2 Nopember ia menulis : Petualangan sudah menunggu, lintah (pacet) air juga sudah menunggu.

Di halaman Facebook-nya, Mr. Zhou memperkenalkan dirinya sebagai seorang pelatih sepak bola, pelancong dan penulis.

Dia secara teratur akan memposting foto-foto perjalanan dan petualangannya yang ia lakukan di seluruh dunia, seperti hiking di Negara Bagian Washington dan perjalanannya ke India di waktu lalu.

Untuk melestarikan gaya hidup penduduk setempat dan mencegah penyebaran penyakit, pemerintah India secara ketat melarang orang luar berkunjung ke bagian utara pulau itu, dan kontak dengan suku setempat dinyatakan ilegal.

Menurut BBC, suku di pulau itu adalah salah satu suku pertama yang berhasil beremigrasi dari Afrika.

Para ilmuwan percaya bahwa mereka tiba di daerah tersebut sekitar 60.000 tahun yang lampau.

Sumber polisi India kepada Reuters menyebutkan bahwa Mr. Zhou adalah seorang misionaris yang telah merencanakan untuk mengunjungi pulau itu pada masa lalu dan sangat ingin melihat suku tersebut.

Sumber itu juga mengatakan bahwa Mr. Zhou telah menyatakan keinginannya untuk memberikan khotbah kepada suku pribumi.

Menurut Dependera Pathak, Kepala Kantor Polisi Kepulauan Andaman-Nicobar yang disampaikan kepada Associated Press bahwa, Mr. Zhou pada 16 Oktober lalu kembali mendatangi wilayah luar dari kepulauan tersebut untuk melakukan persiapan mengunjungi pulau tertutup. Ia sempat menginap di hotel lokal.

Dependera Pathak juga mengungkapkan, Mr. Zhou mengatur perjalanan ke pulau terpencil melalui seorang teman. Temannya menyewa 7 orang nelayan setempat untuk menyeret perahu kayaknya menuju pulau terdekat dengan biaya USD. 325,–

Dependera Pathak mengatakan bahwa Mr. Zhou berhasil mendarat di pantai pulau terpencil dengan menggunakan kapal kayaknya pada 15 Nopember dan membiarkan ketujuh orang nelayan berikut perahu nelayannya untuk meninggalkannya dengan maksud agar tidak ketahuan.

Ia mencoba untuk berinteraksi sendiri dengan beberapa orang suku di pulau itu dan berusaha memberi mereka hadiah yang sudah disiapkan, seperti sepak bola dan ikan-ikan.

Tetapi para anggota suku ini menjadi sangat marah dan melepaskan sebuah panah ke arahnya, dan panah itu seolah mengenai buku yang dibawa di tangannya.

Kayak warga Amerika itu rusak sehingga ia terpaksa berenang menuju perahu nelayan. Perahu nelayan yang mengirimnya sedang menunggu di sebuah lokasi yang sudah diatur sebelumnya.

Zhou sempat menghabiskan satu malam di sana dan menuliskan pengalamannya sendiri di atas kertas dan menyerahkannya kepada para nelayan.

Keesokan harinya, Mr. Zhou sekali lagi berangkat ke pulau itu. Sumber-sumber setempat mengatakan kepada AFP bahwa ia tahu bahwa begitu dia menginjakkan kakinya di pulau itu, ia akan diserang oleh busur dan anak panah, tetapi ia masih bersikeras untuk mendatanginya.

Seorang sumber menambahkan : “Para nelayan yang mengirimnya kemudian melihat orang-orang suku pribumi melilitkan tali ke lehernya dan menarik jasadnya”.

Setelah menyaksikan kematian Zhou, para nelayan pergi ke pelabuhan Blair, ibu kota Kepulauan Andaman-Nicobar untuk memberitahu teman Zhou. Temannya itu lalu memberitakan kepada keluarganya. Dan keluarganya kemudian menghubungi polisi India dan pejabat konsulat AS.

Dependera Pathak mengungkapkan bahwa hingga Rabu (21/11/2018) jenasah Zhou belum ditemukan tetapi beberapa orang nelayan setempat yang disewa Zhou itu sudah tertangkap.

Kejadian penyerangan terhadap pendatang bukan untuk pertama kalinya terjadi di pulau terpencil itu.

Pada tahun 2006, 2 orang nelayan meninggal dunia setelah perahu mereka tidak sengaja memasuki perairan pulau itu, dan keberadaan jenasahnya juga masih belum diketahui hingga saat ini.

Setelah kejadian itu, sebuah helikopter dari Penjaga Pantai India berusaha mendarat di pulau itu untuk mencari kedua orang tersebut, tetapi harus berbalik setelah diserang oleh busur dan anak panah.

Dua tahun lalu, sebuah helikopter angkatan laut India diserang oleh busur dan anak panah suku pribumi ketika terbang di atas udara pulau itu setelah tsunami Samudra Hindia untuk memantau situasi bencana yang dialami penduduk pulau itu. (Sin/asr)