Menyoroti Agresi Rezim Komunis Tiongkok di Perbatasan yang Dipersengketakan dengan India

Venus Upadhayaya

Agresi rezim komunis Tiongkok di perbatasan yang dipersengketakan dengan India menarik perhatian dunia internasional. Analis mempertanyakan saat-saat pertempuran kecil antara pasukan patroli negara Asia yang bertetangga di dua lokasi dalam beberapa minggu terakhir.

Sejumlah bentrokan baru-baru ini terjadi di sepanjang sekitar 3.500 KM dari perbatasan yang disengketakan, dikenal sebagai Line of Actual Control atau LAC di wilayah Himalaya India Timur di Ladakh dan wilayah Himalaya Tengah India di Sikkim yang turut berbagi perbatasan dengan Bhutan.

Konflik baru-baru ini dimulai pada 5 Mei dan 6 Mei 2020, antara pasukan patroli Tiongkok dan India di wilayah danau Pangong Tso, di mana Ladakh bertemu dengan wilayah Tibet. Hal demikian disampaikan oleh  Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat India, Letjen (purn) Gurmit Singh yang pensiun setelah 40 tahun melayani angkatan darat India.

“Jadi pada tanggal 5 Mei, mereka terlibat saling dorong. Pada tanggal 9 Mei, ada lagi saling berhadapan di wilayah Sikkim Utara antara dua pasukan patroli, mereka terlibat saling dorong. Tujuh orang tentara Tiongkok dan empat tentara India terluka,” kata Singh kepada The Epoch Times edisi Bahasa Inggris melalui sambungan telepon dari New Delhi.

Singh menambahkan : “Sejak itu, terjadi peningkatan eskalasi  di wilayah lembah Galwan, yang berada di utara wilayah danau Pangong Tso dan juga di wilayah Ladakh timur.” Ia menambahkan bahwa, perselisihan itu terjadi antara India dan Tiongkok karena setiap negara memiliki persepsi berbeda tentang Line of Actual Control.  

Sejak konflik dimulai, Tiongkok telah mendirikan 80 hingga 100 kemah dengan mengerahkan kendaraan dan senjata berat. Bahkan, mulai membangun bunker di lembah Galwan. Sementara itu, India mengerahkan tentara di wilayah tersebut.

Singh mengatakan saluran hotline antara kedua pihak tetap dibuka antara komandan pasukan Tiongkok dan India di wilayah Ladakh Timur, bersamaan dengan saluran diplomatik lainnya. Dia juga mengatakan bahwa tentara India sudah siap siaga. 

Menurut laporan media India, Press Trust of India, pihak Komunis Tiongkok menyalahkan India atas ketegangan yang terjadi. Tiongkok berdalih bahwa pihak India masuk tanpa izin ke wilayah Tiongkok, yang mana ditolak oleh India.

‘Berdebat Tentang Teritori dan Terus Mendorong’

Tindakan rezim komunis Tiongkok membangun bunker di sepanjang wilayah dipersengketakan dengan India di Ladakh adalah taktik yang sudah digunakannya dengan negara-negara lain yang berbatasan dengannya. 

Hal demikian disampaikan oleh Aparna Pande, seorang peneliti dan Direktur di Hudson Institute’s Initiative on the Future of India and South Asia di Washington, kepada The Epoch Times.

“Ini taktik mereka: berdebat tentang teritori, terus mendorong dan mendorong serta menguji pada sisi lain, maka ketika anda dapat membangun bunker secara permanen dan kemudian duduk di sana. Kemudian lagi, setelah beberapa saat, merayap maju,” kata Pande. Ia menambahkan bahwa rezim Tiongkok sama agresifnya dengan Jepang, Rusia, Myanmar, Vietnam, dan Filipina.

“Ingat, Tiongkok melakukannya di darat-laut, menciptakan pulau, dan mengklaim wilayah serta menciptakan klaim fiktif, ” tambahnya.

Gurmit Singh mengatakan pembangunan bunker oleh Tentara Pembebasan Rakyat adalah sangat signifikan  karena dilakukan di Line of Actual Control dan bukan di perbatasan yang diselesaikan. Termasuk dikarenakan insiden strategis lainnya di wilayah yang lebih besar pada waktu yang sama.

Dia mengutip sebagai contoh jalan raya yang diresmikan oleh India pada 5 Mei di negara bagian Uttaranchal, di wilayah perbatasan Nepal dan Tiongkok, yang diprotes oleh Nepal. Serta bendungan yang sedang dibangun oleh Pakistan di wilayah Khyber Pakhtunkhwa di bawah pendudukan Pakistan atas wilayah Jammu dan Kashmir yang disengketakan.

Bendungan itu diresmikan pada 2 Mei 2020, terletak di wilayah yang sama di mana Komunis Tiongkok dan Pakistan membangun Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan, bagian dari proyek ambisius Belt and Road Initiative (BRI) rezim Tiongkok dari Xinjiang ke pantai selatan Pakistan.

Bendungan itu adalah perusahaan patungan dari perusahaan utama, Grup Gezhouba China Cos. (CGGC), dan perusahaan Pakistan, Descon Engineering

Sementara itu, Singh mengatakan “semua titik ini perlu dihubungkan” untuk menganalisa situasi, sedangkan Aparna Pande mengatakan rezim Tiongkok menggunakan Pakistan dan Nepal untuk menekan India.

AS Bersedia Jadi Mediator Terkait Sengketa Perbatasan

Pande menilai rezim Tiongkok berusaha mengaburkan perhatian dunia dari pandemi dengan agresi di perbatasannya yang dipersengketakan dengan India.

“Tiongkok telah membangun banyak infrastruktur di sisi perbatasannya selama bertahun-tahun. India lambat melakukan hal itu, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, India  membangun banyak ”landasan terbang, jalan segala cuaca, dan sebagainya,” katanya.

Pande menegaskan : “Tindakan berperang Tiongkok adalah upaya untuk mencegah India memperkuat sisi perbatasannya. Beijing juga berharap perhatian dunia akan dialihkan dari COVID. “

Presiden Trump mengatakan pada 27 Mei 2020 bahwa Amerika Serikat bersedia menengahi konflik antara India dan Tiongkok. Tujuannya untuk membantu menyelesaikan sengketa perbatasan yang sedang berlangsung.

“Kami  memberitahukan kepada India dan Tiongkok bahwa Amerika Serikat siap, mau, dan mampu memediasi atau menengahi perselisihan perbatasan mereka yang kini berkecamuk. Terima kasih!” demikian Trump dalam cuitannya di Twitter.

Sementara itu, India maupun Tiongkok tidak mencari intervensi dari Amerika Serikat atau komunitas internasional, sedangkan tawaran Trump akan mengecewakan Tiongkok.

“Beijing akan lebih kesal dengan tawaran Presiden Trump daripada Delhi, ini karena AS menganggap India dan Tiongkok sederajat dan sesuatu yang belum pernah diterima oleh Beijing,” kata Pande.

Singh mengatakan mungkin ada banyak alasan di balik agresi Tiongkok baru-baru ini di perbatasan. Ia mengatakan bisa jadi situasi politik internal Tiongkok serta tekanan global pada rezim Tiongkok untuk menjawab pertanyaan tentang pandemi, atau bisa jadi dampak perang dingin AS— Tiongkok.

Singh mengatakan, ada kemungkinan lainnya dikarenakan India mengambil peran kepemimpinan sebagai ketua dewan eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia pada 22 Mei lalu. Atau dikarenakan banyak negara menginginkan Taiwan diberi status pengamat di Majelis Kesehatan Dunia. (asr)

FOTO : Wisatawan berfoto saat memandang ke depan Danau Pangong di distrik Leh di Union of Ladakh yang berbatasan dengan India dan Tiongkok. pada 14 September 2018. Sumber-sumber pertahanan India mengatakan ratusan tentara Tiongkok telah pindah ke zona sengketa sepanjang 3.500 kilometre perbatasan panjang (2.200 mil) setelah bentrok kecil baru-baru ini. (Prakash Singh / AFP / Getty Images)

Video Rekomendasi :