Puluhan Ribu Wanita Belarusia Kembali Turun ke Jalan Berunjuk Rasa, Menuntut Lukashenko Mundur Hingga 46 Orang Ditangkap

Pasca pemilihan presiden di Belarus pada 9 Agustus lalu, memicu beberapa aksi protes terhadap hasil pemilihan tersebut. Pada 12 September 2020, puluhan ribu wanita kembali turun ke jalan di ibukota Minsk, menuntut Presiden Lukashenko mundur dan membebaskan pemimpin oposisi yang telah ditangkap sebelumnya. Sedikitnya 46 orang ditangkap dalam aksi protes itu.

Melansir laman “Associated Press”, demonstrasi anti-pemerintah Belarusia telah berlangsung selama 35 hari. Pada tanggal 12 September kemudian, puluhan ribu wanita Belarusia berunjuk rasa di jalan-jalan ibu kota Minsk.

Sejumlah besar wanita berkumpul di pusat kota pada 12 September 2020 siang hari. Beberapa demonstran memukul panci dengan sendok dan yang lainnya meneriakkan “Kembalikan Masha kami”, mengacu pada pemimpin oposisi Maria Kolesnikova. 

Banyak yang mengangkat foto pemimpin oposisi Maria Kolesnikova dan menuntut diktator Lukashenko mundur.

Salah satu pengunjuk rasa mengangkat slogan yang mendukung sejumlah pemimpin oposisi, menyatakan bahwa “Sviatlana Tsikhanouskaya adalah presiden saya dan Maria Kolesnikova adalah ratu saya.”

Pemimpin demonstrasi Belarusia, Maria Kolesnikova menghilang setelah dibawa pergi orang-orang bertopeng di Minsk, pada Senin 7 September 2020. Orang-orang tak dikenal menangkap Kolesnikova di Minsk tengah dan membawanya pergi dengan minibus bertanda ‘Komunikasi’. Kata saksi mata kepada markas besar tim kampanye yang dipimpinnya. Rumor mengatakan bahwa dia ditahan oleh pemerintah Belarusia.

Pengacara Kolesnikova mengatakan bahwa setelah diculik, Kolesnikova dideportasi ke perbatasan Ukraina, tetapi paspornya robek dan menolak untuk meninggalkan Belarus.

Dilaporkan bahwa komite koordinasi Kolesnikova secara aktif berusaha untuk mengadakan pemilu ulang. Karena Lukashenko menolak untuk bertemu dengan komite koordinasi, sebagian besar pemimpin organisasi tersebut telah ditangkap atau melarikan diri ke luar negeri. 

Sementara itu, pemerintah Rusia mengatakan 11 September 2020 bahwa Presiden Belarusia Lukashenko akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di Rusia. Ini adalah pertama kalinya keduanya bertemu sejak demonstrasi anti-pemerintah meletus.

Vladimir Putin sebelumnya menyatakan bahwa jika protes menjadi kekerasan, polisi Rusia akan dikirim ke Belarus untuk membantu memulihkan ketertiban. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan aneksasi Belarus oleh otoritas Moskow.

Menurut laporan, meskipun Rusia adalah sekutu Lukashenko yang paling kuat, namun hubungan Lukashenko dengan Rusia banyak mengalami perubahan, dan terkadang akan membuat Rusia dan Uni Eropa (UE) saling menyikut untuk mendapatkan keuntungan darinya. Tetapi setelah menghadapi demonstrasi domestik skala besar, dia masih mencari nasihat dan bantuan dari Putin.

Rusia telah memberikan bantuan militer kepada Lukashenko dan mendesak Belarusia untuk lebih berintegrasi dengan Rusia. Saat ini, kedua negara telah membentuk “Negara Persatuan Rusia dan Belarusia” untuk menghubungkan militer dan ekonomi satu sama lain, tetapi Lukashenko menentang reunifikasi total. Sementara Putin telah berulang kali menyerukan hubungan yang lebih dekat antara kedua belah pihak.  (jon)

Editor : Lu Yongxin

Keterangan Foto : Lebih dari 10.000 wanita turun ke jalan di Minsk, ibu kota Belarusia, pada tanggal 12 Sept, menuntut Presiden Lukashenko mundur dan membebaskan pemimpin oposisi yang ditangkap sebelumnya. (TUT.BY/AFP melalui Getty Images)