Mengungkap Tujuan Arsitektur yang Lebih Tinggi

J.H. WHITE

Jika Anda menyanyikan nada yang sempurna tepat di tengah panggung, orang di belakang amfiteater dapat mendengarnya sama seperti orang di depan,” kata James H. Smith, pendidik dan pendiri Cartio, studio fotografi dan desain arsitektur. Amfiteater Yunani kuno “bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Ini adalah desain yang sangat canggih.”

Kini James menjadi desainer rumah-rumah di New York, tetapi dia dibesarkan di Australia. 

Ayahnya seorang pilot, jadi mereka bisa mengunjungi banyak tempat di masa mudanya. Dia akan selalu mengingat perjalanannya ke Yunani saat masih kecil. Saat berjalan- jalan di sekitar Athena, dia memperhatikan pahatan yang indah dan ornamen arsitektur. Dia juga masih ingat alun-alun publik yang turun 3 meter di bawah permukaan jalan, mengungkapkan reruntuhan kuno. Arsitekturnya, yang menghiasi tampilan kota, menciptakan kesan abadi padanya.

James H. Smith. (Courtesy of James H. Smith)

“Seluruh bentuk seni dan kearifan kuno ini ada di hadapan Anda, hadir dalam kehidupan sehari-hari,” katanya tentang arsitektur kuno kota.

James menjelaskan bahwa para filsuf Yunani kuno mengilhami alam spiritual pemikiran yang mengatur nada untuk desain arsitek klasik berikutnya. Plato misalnya, memahami kebenaran yang lebih tinggi dan hubungan antara kemanusiaan dan keilahian.

“Ada keindahan dan keteraturan di alam eksistensi yang lebih tinggi tempat kita semua berasal,” kata James tentang filosofi Plato. “Proporsi, ritme, warna, ruang, cahaya, geometri, dan ornamen akan bersatu  menciptakan kesatuan,  keteraturan, dan keindahan.

Bangunan yang dikomposisikan dengan cermat ini merangsang jiwa saat kita terhubung dengan hakikat ciptaan.”

Parthenon memancarkan perasaan yang dalam. Duduk di atas Acropolis, menghadap ke kota, menurut James, “Ini menakjubkan, sangat berani dan indah. Memiliki kehadiran yang nyata dan agung untuk itu.”

James percaya bahwa peran arsitektur klasik memiliki tujuan yang lebih tinggi.

“Pengalaman pasif sehari-hari dari pengaturan yang terinspirasi secara klasik menciptakan lingkungan hidup setengah Dewa dan, dengan cara ini, alam manusia selaras dengan Tuhan,” katanya.

Saat kebisingan memudar, keindahan muncul 

Selama masa mudanya, James telah menjelajahi berbagai disiplin spiritual. Seorang teman baik memperkenalkannya pada Falun Dafa, sebuah latihan meditasi dari Tiongkok yang mengubah hidupnya.

James mengalami patah punggung, dan ketika dia mulai  melakukan  latihan  meditasi Falun Dafa yang lembut, dalam beberapa minggu lukanya sembuh sendiri. Posturnya menjadi tegak  dan tidurnya  semakin membaik. Tetapi latihan tersebut tidak hanya memperbaiki tubuh fisiknya.

“Falun Dafa benar-benar mulai menjernihkan pikiran saya,” katanya. “Secara bertahap, seiring waktu, semua kebisingan itu hilang.” Dia menyamakannya dengan tinggal di kota. Anda terbiasa dengan klakson mobil dan kebisingan kota. Saat Anda berkendara ke pedesaan, tiba-tiba suasana menjadi begitu damai.

“Kultivasi juga seperti itu; pikiran menjadi jernih dan terbuka. Dalam proses itu, ketika kabut pikiran menghilang, saya mulai lebih mengamati keindahan.”

Selama perjalanan pertamanya ke Italia misalnya, dia terpesona ketika memasuki piazza dan melihat  keindahan  sebuah bangunan dengan  fasad  travertine  (sejenis batu pualam yang menakjubkan).

“Tidak berlebihan. Sangat indah dan elegan,” ungkap James. Dia berhutang pengalaman pada latihan spiritualnya, yang memberinya ketenangan mental untuk memperlambat dan  menghargai keindahannya yang sederhana.

“Dalam keadaan pikiran yang damai, keindahan, kekuatan arsitektur klasik benar- benar menghantam saya. Menghentikan Anda di tempat. Terhubung langsung ke hati Anda,” jelasnya. 

Perjalanan itu yang kemudian meng- inspirasinya untuk menjadi desainer arsitektur gaya Klasik Baru.

Belajar dari Renaisans

“Arsitektur mengintegrasikan seni visual,” jelas James, yang pernah menjadi pematung sebelum mempelajari arsitektur. “Belajar dan menyatukan keindahan lukisan dan patung, mengintegrasikannya ke dalam kehidupan masyarakat,” katanya.

James mengatakan bahwa selain mempelajari seni visual, fotografi telah membantunya dalam memahami desain.

“Fotografi memberi Anda pemahaman dasar tentang desain. Garis, corak, tekstur, bentuk, dan warna adalah dasar dari keseluruhan komposisi dalam fotografi,” yang diterjemahkan ke dalam merancang rumah, katanya.

Demikian pula, selama Renaisans, arsitek memahami dasar-dasar komposisi melalui studi menggambar, melukis, dan memahat.

“Mempelajari seni visual adalah langkah dasar untuk memahami bagaimana  aturan seni bersatu dalam arsitektur,” katanya. 

Pendekatan holistik Zaman Keemasan untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu berbeda dengan pendekatan modernis saat ini. Misalnya, yang terakhir mengabaikan pelatihan yang lebih luas. Siswa jarang mempelajari dasar-dasar inti yang  mendasari bidang desain yang lebih luas.

The Seid House, Rumah Klasik Baru yang dirancang James H. Smith. ( James H. Smith)

“Dalam tiga tahun sarjana dan dua tahun pascasarjana, saya tidak ingat satu kelas pun yang mengajarkan komposisi estetika proporsi hanyalah sebuah kata yang dikatakan untuk mengkritik pekerjaan Anda, tetapi tidak pernah diajarkan,” kata James, yang menghadiri sekolah desain top di Australia. “Kami tidak diajarkan beberapa tata bahasa dasar dari bahasa yang kami coba pelajari.”

“Keindahan adalah hal yang membuat orang sukacita,” kata James. Sekolah-sekolah di masa lalu secara sistematis mengajarkan dan menciptakan keindahan. 

Arsitektur yang indah ada di mana-mana di seluruh Eropa. Dalam satu perjalanan baru-baru ini, James mengunjungi Versailles. Sementara periode setelah Renaisans, di Italia menjadi terlalu banyak ornamen, James percaya bahwa di Prancis, Raja Louis XIV semakin meningkatkan keanggunan zaman itu.

“Raja Louis XIV mempertahankan kesederhanaan Renaisans, tetapi dia menyempurnakannya, membuatnya  sangat berkelas, elegan, dan bernuansa,” katanya. Itulah gaya arsitektur yang menginspirasi desain James saat ini, katanya.

Setelah Louis XIV menetapkan standar, yang lain melanjutkannya. Louis XV, misalnya, membangun Petit Trianon, château bergaya neoklasik di Versailles.

“Ia memiliki kesopanan atau kemuliaan untuk itu. Proporsinya sederhana; bangunan itu cerdas,” puji James.

“Cara jendela Prancis memiliki vertikalitas ini, dihiasi dengan elegan. Mereka berbicara ke alam batiniah saya. Itu membuat saya merasa lebih menegakkan diri sebagai pribadi dan lebih hidup,” katanya. 

James percaya  bahwa efek stimulasi ini adalah momen ketika kita terhubung dengan diri sejati  kita yang  berasal  dari alam yang  lebih tinggi, seperti yang dibahas oleh Plato.

“Pengaturan klasik menciptakan lingkungan hidup yang mulia, tegak, dan bermartabat yang merangsang jati diri dalam diri kita masing-masing dan membangkitkan karakter sejati seseorang.” (ajg)

J.H. White adalah jurnalis seni, budaya, dan mode pria yang tinggal di New York.

Keterangan Gambar : Petit Trianon, château bergaya neoklasik di Versailles. (Courtesy of J.H. Smith)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=C4E8W5lyw3M