Tiga Hari Setelah Pemboman Pangkalan AS, Pemerintahan Biden Justru Berbalik ke Pembicaraan Nuklir Iran

Zheng Gusheng

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (18/2/2021), menyatakan bahwa Amerika Serikat menerima undangan dari Uni Eropa untuk menghadiri “perundingan enam tambah satu” tentang masalah nuklir Iran. Hal demikian mengacu pada perundingan antara Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Komunis Tiongkok, Jerman dan Iran. 

“Negosiasi enam plus satu” mencapai “Perjanjian Nuklir Iran” pada tahun 2015. Akan tetapi pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian itu pada tahun 2018. AS kemudian sepenuhnya memulihkan sanksi terhadap Iran.

Selain itu, Amerika Serikat juga menyurati PBB untuk mencabut dokumen sanksi terhadap Iran. Sanksi itu  awalnya,  diajukan oleh pemerintahan Trump ke Dewan Keamanan PBB pada September tahun lalu. Pemerintahan Biden menyatakan dalam sebuah surat yang baru saja dikirim, bahwa sanksi komunitas internasional terhadap Iran telah dicabut melalui Resolusi PBB 2231. Sehingga sanksi baru terhadap Iran tidak valid.

Pemerintahan Biden juga mengumumkan, pelonggaran pembatasan pada diplomat Iran, yang memungkinkan mereka untuk bergerak bebas di New York dan sekitarnya. Pemerintahan Trump pernah menetapkan bahwa, semua diplomat Iran hanya boleh masuk dan keluar dari markas PBB di New York dan beberapa jalan terdekat. Itu juga dengan jelas mengatur rute pulang-pergi diplomat Iran dari Bandara Kennedy ke New York.

Pada Senin (15/2), setidaknya tiga roket menghantam pangkalan koalisi di Irak utara yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Menurut Reuters, seorang tentara Amerika dan lima kontraktor terluka dalam serangan itu, dan seorang kontraktor tewas. Dua pejabat AS menyatakan, bahwa korban tewas bukan orang Amerika.

Namun, “Oriental Daily” Hong Kong melaporkan bahwa serangan roket tersebut menyebabkan sedikitnya satu kematian dan delapan luka-luka. Dilaporkan bahwa kontraktor yang terbunuh adalah orang Amerika.

Kelompok militan Syiah baru bernama “Saraya Awliya al-Dam” yang dituduh pro-Iran, menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu. Menteri Luar Negeri AS, Blinken menyatakan “marah” atas masalah ini. Ia mengatakan bahwa dirinya akan “menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban.”

Minggu lalu, Biden mengatakan kepada media AS, bahwa AS tidak akan mencabut sanksi terhadap Iran untuk mengembalikan Iran ke meja perundingan. AS hanya akan mencabut sanksi ketika Teheran menghentikan pengayaan uranium.

Di masa lalu, pangkalan militer AS di Irak sering diserang oleh pemberontak lokal pro-Iran. Akibatnya, pemerintahan Trump telah berulang kali memerintahkan pemboman terhadap pemberontak Irak dan memenggal Komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani  yang mengejutkan dunia.

Trump juga mengatakan bahwa “Perjanjian Nuklir Iran” tahun 2015, hanyalah “kedok” bagi Iran untuk terus mengembangkan senjata nuklir. Oleh karena itu, beralih ke sanksi ekonomi dan tekanan militer, untuk memaksa Iran agar sepenuhnya meninggalkan senjata nuklirnya. Yang mana, pernah menempatkan Iran dalam kesulitan ekstrim. 

Setelah Trump meninggalkan Gedung Putih, Iran meminta pemerintahan Biden untuk mencabut sanksi. Iran juga meminta diberikan kompensasi  atas kerugian yang diklaim ditimbulkan oleh Trump. (hui)

Keterangan Foto : Pada 15 Februari 2021, pasukan keamanan berkumpul setelah sebuah roket menyerang Erbil, ibu kota Daerah Otonomi Kurdi di Irak utara. Sumber keamanan mengkonfirmasi bahwa setidaknya satu roket menghantam kompleks militer tempat koalisi pimpinan AS berada. (SAFIN HAMED / AFP melalui Getty Images)