KTT Iklim Berubah Menjadi Rapat Membual, Biden dan Xi Jinping Sama-Sama Melantur

Li Yun -NTD

Media ‘Central News Agency’ melaporkan, KTT Perubahan Iklim yang diselenggarakan secara online oleh AS mulai (22/4/2021). Acara itu digelar selama dua hari yang diikuti oleh para pemimpin dari 40 negara dan organisasi internasional di seluruh dunia. 

Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas bagaimana menghadapi krisis perubahan iklim.

Ini adalah pertama kalinya Biden menjadi tuan rumah KTT online para pemimpin internasional penting, para pesertanya termasuk Sekjen Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping , Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Media Inggris ‘Sky News’ memberitakan bahwa, KTT hari itu menjadi kesempatan masing-masing pemimpin untuk “membual”, membanggakan pencapaian mereka dalam bidang perubahan iklim dan cetak biru besar yang mereka miliki.

Vladimir Putin mengatakan dalam KTT tersebut bahwa dibandingkan dengan kebanyakan negara, Rusia lebih agresif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, dan 45% dari energi yang digunakan adalah energi rendah emisi.

Narendra Modi mengatakan dalam KTT tersebut, bahwa gaya hidup India telah membuat jejak karbon negaranya 60% lebih rendah dari rata-rata emisi global.

Boris Johnson menegaskan kembali, target Inggris dalam mencapai pengurangan emisi, yakni pada tahun 2035, emisi Inggris akan berkurang sebesar 78% dari tingkat tahun 1990. Dia juga mengatakan bahwa, Inggris telah berbuat sebanyak yang dilakukan Amerika Serikat.

Lewat KTT tersebut, Joe Biden mengumumkan bahwa pada tahun 2030, Amerika Serikat akan mengurangi emisi karbon sebesar 50% hingga 52% berdasarkan emisi tahun 2005. Dan Amerika Serikat akan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. Ini bahkan hampir dua kali lipat daripada yang pernah dijanjikan sebelumnya.

Biden juga mengatakan bahwa, tidak ada negara yang bisa menghadapi krisis iklim sendirian. Sebagai negara yang menyumbang kurang dari 15% emisi karbon dunia, Amerika Serikat juga menghimbau semua negara untuk menunjukkan tekad dan tindakan nyata tanpa menunda-nunda.

Xi Jinping menyatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok berharap dapat bekerja sama dengan komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat untuk mempromosikan tata kelola lingkungan global. Ia juga menyatakan bahwa, pihaknya berupaya untuk mencapai puncak emisi karbon pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.

Xi Jinping juga menekankan bahwa, komitmen Beijing untuk mencapai waktu dari puncak karbon hingga netralitas karbon, jauh lebih singkat daripada waktu yang ditempuh oleh negara-negara maju, dan Itu membutuhkan kerja keras dari Tiongkok.

Usai KTT, Kantor Berita Xinhua langsung mempublikasikan isi pidato Xi Jinping, namun “dibumbui” dengan Xi Jinping seakan meminta semua negara untuk bekerja sama dengan tidak saling menyalahkan, tekun dilakukan dan tidak sering mengubah-ubah rencana. Jaga integritas dengan menepati janji yang sudah dibuat. Padahal sebenarnya Xi Jinping tidak mengutarakan hal ini dalam pidatonya. 

Radio Free Asia menyebutkan bahwa, dalam isu perubahan iklim di mana AS dan komunis Tiongkok dapat bekerja sama, isi manuskrip Kantor Berita Xinhua itu sedang mencerminkan adanya ambisi Beijing untuk menjadi “guru dunia”.

Bonnie Glaser, Direktur Program Asia dari German Marshall Fund di Amerika Serikat mengatakan : Komunis Tiongkok selama ini menuduh Amerika Serikat-lah yang menyebabkan kemerosotan hubungan AS – Tiongkok. Ia juga menggambarkan dirinya sebagai model pemerintahan global, multilateralisme, dan pendukung globalisasi, meskipun kedua negara bekerjasama dalam bidang iklim, tetapi persaingan strategis niscaya akan terus berlanjut.

Jennifer Turner, direktur Program Lingkungan di Wilson Center, sebuah lembaga pemikir Washington yang telah lama berfokus pada kerja sama iklim AS – Tiongkok mengatakan bahwa, meskipun Beijing mungkin telah memenuhi komitmennya dalam Perjanjian Paris, tetapi 80% dari investasinya pada proyek “One Belt One Road” adalah Industri batu bara dan minyak bumi, batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik adalah berbahan bakar batu bara yang lebih murah, bukan menggunakan batu bara bersih (Clean Coal).

Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan dalam program “Fox Business Tonight” pada 21 April malam bahwa, dilihat dari pengalaman, tampaknya komunis Tiongkok tidak pernah bersedia memenuhi janji apa pun yang dibuat di KTT tersebut.

Pompeo mengatakan : “Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah mengingkari lebih banyak janji mereka sendiri”. “Kita perlu melihat tindakan nyata …. bukan apa yang mereka katakan di KTT”.  Pompeo berharap pemerintah komunis Tiongkok, bersedia untuk kembali ke jalan yang benar, meskipun tidak ada alasan untuk percaya bahwa ini memang fakta”. (sin)

Video Rekomendasi :